Bab 12

40 17 4
                                    

Vote and enjoy!

Semenjak kejadian Tama memeluk Tami secara tidak sengaja, hubungan Tama dan Tami makin menjauh. Tidak ada lagi senyuman atau sapaan yang Tami berikan untuk pria itu. Begitu pun dengan Tama. Entah mengapa ada rasa bersalah yang menggelayut di hatinya. Sebenarnya ia menyadari jika tidak seharusnya saat itu dirinya marah, bahkan mungkin seharusnya ia meminta maaf. Tetapi lagi-lagi Tama tidak bisa mengatur sikapnya ketika berhadapan dengan wanita. Tama selalu merasa marah jika berhadapan dengan wanita, sehingga ia selalu tidak bisa mengontrol emosinya.

Setiap kali melihat Tami yang melewatinya seakan ia makhluk tak kasat mata saja. Sikap Tami yang seperti itu sebenarnya sudah membuat Tama seperti tertampar. Membuat ia menyadari kesalahannya dan ingin meminta maaf pada Tami, tetapi ia tidak tahu bagaimana caranya. Sudah sangat lama ia tidak berinteraksi dengan wanita. Bahkan ingatan yang masih ia punya tentang wanita hanyalah hal-hal yang mengerikan, sehingga Tama urung untuk memulai percakapan terlebih dahulu dengan Tami, jadi... untuk meminta maaf saja, Tama memerlukan banyak keberanian.

Seperti malam ini, hampir setiap weekend para penghuni kos selalu menghabiskan waktu di ruang TV dan kebetulan saat itu sedang menayangkan film action yang membuat pria-pria itu enggan meninggalkan ruangan tersebut. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam ketika Tami berhasil sampai di lantai atas dan masuk ke dalam kamarnya.

Tami sempat menyapa teman-temannya, terkecuali Tama. Tami memang sudah tidak dendam, hanya saja ia memilih untuk menghindar dari pria itu. Ada perasaan tidak nyaman dalam dirinya  ketika berdekatan dengan Tama.

Perempuan mana yang tidak was-was jika sudah dua kali bagian tubuhnya dipegang oleh lawan jenis. Terlebih sebelumnya tidak ada orang yang pernah menyentuh area itu. Melihat gelagat keduanya yang masih acuh dan tidak saling sapa, membuat Derby mendesah lelah. Sejujurnya ia tidak menyukai situasi seperti ini. Keadaan ini juga buruk untuk Tama, mengingat pria itu seperti kembali ke titik nol. Bukannya maju malah mundur, pikirnya.

"Kalian masih belum tergur sapa?" tanya Randu yang juga memperhatikan interaksi keduanya.

"Buat apa?" Tama bukannya menjawab pertanyaan Randu malah balik bertanya pada pria itu. Ia sejujurnya bingung, Tama ingin mengatakan permintaan maaf pada Tami namun bagaimana caranya? Ia juga tidak mau teman-temannya tau kelemahannya ini. Ia tidak ingin dinilai lemah, sehingga ia memilih bersikap acuh saja.

"Lo gak pengen minta maaf sama Tami gitu?" Kali ini Derby melontarkan pertanyaan dengan nada sindiran. Ia heran bagaimana bisa seorang Tama yang dinilai orang-orang sebagai sosok yang baik dan tidak keras kepala bisa seegois ini untuk mengucapkan kata maaf.

"Lo sadar gak sih kalau sudah berlaku kurang ajar sama cewek, lo-" Derby belum menyelesaikan kalimatnya, ketika kalimat sanggahan sudah terlontar dari bibir Tama.

"Kan gue sudah bilang gak sengaja, jadi bu,-" Derby tidak mau kalah, ia juga akan memotong perkataan Tama yang belum selesai.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang