Bab 13

42 16 5
                                    

Vote and enjoy!

Tami baru saja selesai mengganti seragamnya dengan pakaian yang ia bawa di dalam loker. Wanita itu sedikit meregangkan tubuhnya yang terasa lelah. Hari itu kafe sangat ramai, ia sampai kualahan melayani customer yang datang silih berganti. Disampingnya ada Shana yang juga tengah bersiap-siap untuk pulang. "Mi, balik sama siapa?" tanya Shana yang sedang menyemprotkan parfum di tubuhnya.

"Seperti biasa. Sendirian dong," jawab Tami seraya cengengesan, sementara Shana hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Tami. Dasar jomlo.

"Gue duluan, yah. Si Dimas sudah nungguin dari tadi. Ngeri ngambek dia, susah baik-baikinnya." Ucapan Shana hanya dibalas anggukan oleh Tami. Semenjak Shana dan Dimas resmi berpacaran, Dimas mendapatkan tugas tambahan mengantar dan menjemput kekasihnya itu. Bukan Shana yang memaksa, hanya saja Dimas tidak mengizinkan wanita itu berkeliaran di malam hari tanpa dirinya, katanya tidak aman. Sungguh beruntung Shana, karena mendapatkan Dimas yang menjadikan wanita itu bagai ratu yang harus dilindungi. Gak boleh lecetlah pokoknya kalau kata Dimas.

Ketika keluar dari ruang loker, suasana kafe sudah mulai temaram. Lampu-lampu utama sudah dimatikan. Tami pun buru-buru  keluar dari kafe. Sesampainya di luar, Tami menengok ke kanan dan ke kiri, mencari ojek yang sudah ia pesan sejak tadi. Tidak berapa lama, yang ditunggu Tami pun tiba. Setelah memastikan itu ojek pesanannya, Tami pun langsung naik.

Selama perjalanan baik Tami maupun si pengemudi ojek lebih memilih diam. Malam yang larut dan tubuh yang lelah, membuat Tami hanya memikirkan kasur nyamannya di kos. Ia ingin segera bertemu kangen dengan benda itu untuk melepas lelahnya. Hingga tiba-tiba motor yang ia tumpangi mendadak berjalan tidak stabil dan berhenti secara mendadak. Membuat Tami bingung. "Kenapa mas?" tanya Tami dengan wajah panik. Ini sudah malam dan sangat tidak lucu sekali jika motor ini mogok.

"Kayaknya mogok ini, Mba," ucap sang pengemudi seraya turun untuk mengecek kondisi motornya. Mendengar itu, Tami hanya bisa menghela napas lelah. Ia pun ikut turun dari motor dengan pasrah dan terpaksa.

"Waduh Mba, mesinnya gak bisa di nyalain. Mba bisa cari ojek lain atau mau jalan aja? Sudah dekat tujuan juga kan, Mba?" tanya sang pengemudi dengan wajah yang tampak merasa bersalah pada Tami.

"Yah udah deh, Mas. Ini uangnya," ucap Tami seraya menyerahkan uang untik ongkos ojeknya.

"Gak usah, Mba. Ini kan salah saya," tolak sang pengemudi ketika melihat Tami menyodorkan uang padanya.

"Gak apa-apa, Mas. Dipakai aja untuk perbaiki motornya." Tami memberikan uangnya kepada sang pengemudi, lalu mulai melangkah menuju ke kos. Untung sudah deket, pikirnya sambil melangkah dengan cepat karena malam semakin larut.

Penasaran sama kelanjutan ceritanya, cuss ke aplikasi Fizzo, di sana lebih lengkap dengan ekstra part. Search aja "When We Meet"

When We Meet (Complete) Move To FizzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang