Chapter 2 | Di fitnah

19 2 3
                                    

Happy reading guys!
Typo pasti bertebaran!

Ruby memang punya keluarga, tapi dirinya merasa seperti anak yatim piatu.

Keluarga yang dimiliki oleh Ruby bisa dikatakan keluarga psycho, tidak aneh jika setiap hari dirinya selalu mendapatkan luka baru. Luka fisik maupun luka bathin.

***

Guru mata pelajaran pertama sudah datang ke kelas, dan berkata. "Assalamualaikum, selamat pagi anak-anak!"

"PAGI BU!" seru semua murid XI ips 1, terkecuali Ruby.

Guru mata pelajaran pertama adalah Bu Marsya, dia merupakan sosok yang tegas namun juga baik hati terhadap siapapun, meskipun terkesan galak, tetapi Bu Marsya sosok yang ramah dan juga lembut.

Dia juga merasa iba sekali terhadap Ruby, dia sudah paham. Setiap hati dirinya selalu membawa makanan seperti Roti dan juga susu untuk Ruby.

"Oke anak-anak. Pelajaran akan ibu mulai 15 menit kemudian, untuk itu jika ada yang belum sarapan, silahkan sarapan terlebih dahulu," katanya.

Lalu dia memanggil Ruby dan berkata. "Ruby, ini sarapannya, jangan lupa di habiskan ya!"

Ruby maju ke meja Bu Marsya dan menerima satu kotak Roti dan juga Satu botol minum susu, dan berkata. "Terimakasih ya bu."

"Sama-sama nak," tutur Bu Marsya.

Ruby kembali ke meja dan bangkunya dan menikmati sarapannya bersama sahabatnya itu Raini.

Setelah sarapan, mereka langsung memulai jam pelajaran. Hingga tiba waktu istirahat.

KRIIIINGGGGG!!

"Wehhh, warung Bi Inah wehh," ucap salah satu murid laki-laki.

Ruby dan Raini keluar bersama menuju kantin, tapi Ruby hanya menemani Raini saja, dia tidak jajan. Di karenakan tidak punya uang, dirinya hanya di beri uang Lima belas ribu rupiah saja, sementara harga makanan di kantin sekolah itu cukup mahal.

Hanya Raini, yang mau menemaninya kemanapun, selain itu tidak ada! Bahkan Ruby selaku jadi bahan bully ketika Raini tidak sekolah.

Dirinya sangat bersyukur sekali, setidaknya masih ada satu atau dua orang yang peduli terhadapnya.

Banyak orang lain yang menganggap Ruby adalah ratu drama, padahal mereka tidak tahu saja, bagaimana rasanya tidak di anggap keluarga, di cap sebagai beban. Rasanya benar-benar menyakitkan.

Ejekan dan cemoohan sering ia rasakan di sekolah, bahkan saat pergi ke kantin,ke toilet dirinya tak bisa menghindar.

"Jalang."

"Dasar ratu drama!"

"Mati aja lo!"

Bahkan ada murid laki-laki yang berkata sangat kurang ajar, ia mengatakan. "Berapa si semalem, pasti enak nih goyangannya nih."

Mereka berdua berhenti ketika mendengar ucapan si anak cowok brengsek itu.

Plakkkk!

"Maksud lo apaan anjing!"

"HAH!"

Bugghhh!

"Setan lo anjing."

"Ya alloh, Raini stop Raini!" kata Ruby, lalu dirinya berusaha memisahkan Raini dan si cowok itu.

Ya! Raini lah pelakunya, Raini yang menonjok pria itu.

"HEY, APA-APAAN KALIAN INI!? BERHENTI!" ucap salah satu guru yang lewat.

KISAH MENYEDIHKAN RUBYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang