Hampir dua jam Ubay dan adik-adiknya bermain hujan. Mereka menyelinap masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang.
“Ya Allah Ya Rabb! Kenapa ini lumpur semua?!”
Ummah Hana yang tengah memasak di dapur memergoki ke empat anaknya yang basah kuyup masuk dari pintu belakang.
“Ubaidillah, Utaybi, Ukasya, Umaysa! Kalian hujan-hujan?”
Keempatnya berjajar di depan pintu seperti kambing congek.
“Kalian ini sudah besar, kenapa kayak anak kecil?”
Keempat saudara itu awalnya saling diam, mereka seolah kembali ke masa lalu. Setiap kali mandi hujan, mereka akan diceramahi oleh ibu mereka.
“Kalian itu umur berapa sekarang? Kalian sudah dewasa! Kalian pikir kalian anak-anak?”
Keempatnya mengangguk membuat Ummah Hana melotot. Meski tengah memperingatkan anaknya, suara Ummah Hana tetaplah lembut. Itulah kenapa anak-anaknya tak pernah ambil pusing jika surga mereka itu tengah memberi nasehat.
“Kami kan anak-anak. Anak Ummah,” jawab Ubay.
Ketiga adiknya tertawa.
“Ubay! Kamu itu udah dewasa, malah ngajarin adiknya aneh-aneh!”
“Ummah, sekalipun kami udah tua nanti, kami kan tetap anak Ummah. Lagian, besok Uta sama Uka pergi. Anggaplah ini jadi perpisahan buat kami, Ummah.”
Amarah Hana seketika menguap. Dia memandangi keempat anaknya, ada sedikit kesedihan disana. Fakta bahwa besok dia harus melepas dua putranya bertolak ke Mesir membuat lelehan air mata tak tertahankan.
“Ummah,” panggil ke empat anaknya sebelum memeluk sang ibu.
Mereka lupa jika tubuh mereka semua basah kuyup.
“Uta, titip Uka ya. Jaga dia. Jangan dimarahi kalau dia salah. Sabar asuh adikmu,” pinta Ummah Hana pada putra keduanya.
“Nggih, Ummah.”
Ubay memeluk keempat orang yang ia sayangi itu. Kehangatan tersalur satu sama lain.
“Mas, Mas nggak mau ikut kami?” tanya Uta.
“Utaybi, kamu nggak bosen nanya gitu sama Mas?” jawab Ubay sambil mengusap rambut basah adiknya.
“Ummah, kalau Mas Ubay ikut kami boleh kan ya? Mas Ubay boleh kan ke Mesir?”
“Boleh, kenapa enggak?” kata Ummah Hana sembari mengecup pipi si bungsu May.
“May ikhlas kok di sini sendiri. Mas Ubay ikut aja sana. Sekolah lagi, dari pada nikah sama orang yang nggak dicinta,” celetuk May.
“Umaysa!” tegur Ubay,
“Aku setuju sama May, dari pada Mas harus nikah sama orang asing.”
Deheman terdengar dari arah ruang tengah, Kelima orang itu tahu siapa yang ada di sana.
“Ummah, dapat titipan dari Nyai Farida. Calon besanmu.”
Ummah Hana melepaskan diri dari kepungan anaknya dan menyambut sang suami.
“Wah, alhamdulillah. Kita mau balas apa ini, Bah?”
“Terserah, Ummah yang lebih paham masalah seperti ini kan? Kalian ngapain?” tanya Ustadz Kafaby saat mendapati keempat anaknya seperti tikus tercebur di got.
“Kalian hujan-hujanan?” tanya Ustadz Kafaby.
Keempatnya mengangguk tanpa berani menatap sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLAH GUIDE ME (TAMAT)
Romance"Ya Allahu Ya Rabb, tuntun aku ke Jalan-Mu. Jalan lurus yang Engkau ridhoi."