Sisi Lain Asma:Daya Tarik

224 39 8
                                    

Assalamualaikum

💜💜💜

"Aku tahu...
Semuanya hanya perlu waktu.
Dan selama itu aku menunggu."

°°°
"Tidak tau pasti. Tapi aku bersyukur untuk sekarang," kataku setelah berpikir beberapa detik,"aku lebih leluasa dalam berbuat sesuatu jika sedang bersama mereka, ya walaupun masih ada canggung. Dan, aku juga tidak terlalu khawatir atau was-was entah sebab apa."Lanjutku.

Beberapa staff  yang mendengar jawabanku mengangguk paham. Aku dan Daehyun sedang menghabiskan waktu istirahat dengan beberapa staff  di kafetaria agensi.

"Kita juga senang dengan keadaan kalian, Asma. Apa lagi nih kalau aku nggak sengaja liat kamu jalan bareng di samping Bangtan, happy aku liatnya," ucap Daehyun.

"Aku juga,"jawabku sambil tersenyum.
"Semoga kita selalu bisa lihat kalian seperti itu, atau lebih Deket mungkin?" Ucap Choi Noona dengan sedikit kekehan di akhir kalimat, begitu juga yang lain, mereka tertawa.

"Majayo,"ucap Daehyun.

"Kalau kamu kasih penjelasan gini, kita jadi tahu keadaan kalian sekarang. Gomawo, Asma kamu sudah mau bercerita dengan kita walaupun kita tidak terlalu dekat." Ucap Kim Noona. Aku langsung melambaikan tangan tak setuju,"tidak, jangan seperti itu. Aku menganggap kita semua keluarga."

"Tetapi aku belum mengerti, Asma."
Satu suara terdengar tak jauh dari meja kita, aku menoleh dan mendapati Seunggi berdiri beberapa meter dari kami. Dengan raut muka agak lelah seperti yang lain setelah bekerja, seperti biasanya.

"Apa yang tidak kamu mengerti, gi?"tanyaku,

"Aku tidak mengerti bagaimana caranya berhenti mikirin kamu, yang sekarang jarang sama aku," gombalnya dan aku menanggapi gombalan itu dengan sunggingan senyum.
"Ah, maksudku kami."ralatnya.

Seunggi memang seperti itu, lebih tepatnya Lee Seunggi. Sudah satu bulan aku mengenalnya dan kita cukup dekat. Kita selalu bisa akrab, mungkin karena seumuran dan aku merasa selalu Kloop atau satu rasa dalam segala hal.

"Aigo, Asma juga pilih-pilih pasti dalam memilih jodoh, gi. Di godain mulu," cibir Park Yuncho yang tiba-tiba muncul dari belakang tubuh jangkung Seunggi.

"Apa sih. Rasanya aku ingin menyanyikan lagu SNSD, Cho,"celetuknya.

"Lagu apa itu?"

"If dari Taeyeon,"jawabnya.

Mendengar itu keningku mengernyit.

"Naega babo gataseo barabolsu bakkeman eobtneungeon amado... Wemyeon haljidomoreul ni maeumgwa ddo keuraeseo... Deo marejil Saiga dwelggabwa..."

Aku sedikit terhenyak dan ingin tertawa saat mendengarnya bernyanyi.

"Jeongmal babo gataseo... Saranghanda haji mothaneungeon Amado... "

Lanjutnya dengan tatapan lebih intens. Apa benar apa yang dikatakan Yeonsoo beberapa waktu lalu kalau Seunggi menyukai aku? Dia memang sering memberiku perhatian, mengirim aku pesan dari yang memang penting sampai hanya menanyakan kabar dan makan. Selama ini aku hanya menganggapnya sebagai teman, itu saja.

"Harusnya itu tentang lagu berhenti berharap, lebih cocok untukmu."

Seorang yang tak pernah terduga tiba-tiba muncul. Sontak membuat aku terkejut. Ah ralat, membuat kami semua terkejut. Dia Park Jimin.

"Tamat riwayatmu!" Bisik Yuncho ke Seunggi yang terdengar jelas di telingaku.

Jimin berjalan mendekat, dua manik matanya menghunus ke arah Seunggi. Seunggi yang ditatap seperti itu malah menatap balik Jimin. Sedangkan Yuncho yang ber- diri disampingnya itu berusaha menarik baju Seunggi untuk mengajaknya pergi.

Beberapa puluh detik mereka bertatapan. Aura keduanya menyeramkan. Saling menghunuskan pandangan yang tajam. Aku menelan Saliva, tidak tahu harus berbuat apa. Eh, tapi kenapa aku merasa senang ya melihat Jimin seperti itu? Seakan dia peduli padaku dan tak terima karena tadi Seunggi baru saja menggodaku.

"Gi, ayo keluar! Pabo nih anak!" Bisik Yuncho sambil terus berusaha menarik tangan Seunggi.

Jimin menyilangkan tangan di dada, masih dengan tatapan tidak sukanya ke arah Seunggi. Bahkan kini dia menaikkan alis kirinya, seolah menantang Seunggi.

Melihat reaksi Jimin yang seperti itu tiba-tiba Seunggi membalikkan badan sambil berkata,"aku pulang! Tanpa dendam!" Sambil keluar dari pintu kafetaria.

Sontak membuatku tertawa.

"Kenapa ketawa?"tanya Jimin.

Sekarang dia menatapku dengan tatapan yang sama. Menghunus seperti pedang yang tajam. Aku langsung membungkam mulutku dengan tangan.

"Ada apa kesini?"tanyaku setelah membuka mulut.

"Ajak kamu pulang. Sudah tak ada jadwal kan?"
Keningku mengernyit, heran. Tumben. Biasanya juga tidak pernah mengajak. Bahkan sering ditinggal oleh mereka, meski berangkat bareng. Kok tumben?

"O-oh, iya."

Aku segera mengambil tas yang ada dikursi. Kami berjalan melewati ruangan para staff. Namun, Jimin berhenti, aku melihatnya, melihat matanya kembali menghunus seperti tadi. Aku bingung harus apa, sepertinya Jimin tengah berperang tatapan lagi dengan Seunggi.

"Kaja,"ajakku.

Kemudian Jimin melangkah dari tempatnya, namun sebelum itu tangan kananya menyeret pergelangan tanganku. Dia sengaja di depan Seunggi. Sikapnya ini tentu membuat wajahku sedikit merona. Dan tidak salah lagi, Jimin tak suka dengan sikap Seunggi tadi padaku.

Tapi aku juga tak merasa nyaman, bagaimana tidak? Pergelangan tanganku dipegang Jimin, walaupun terhalang lengan bajuku tetap saja rasanya berbeda karena tidak terbiasa.

Oh, Ya Rabb. Kenapa hatiku sangat berbunga-bunga? Masya Allah.

°°°
Maaf kalo ada typo,
Aku mau bilang aku update nya nggak tentu tergantung ada waktu atau nggak🙏

;Terimakasih, jangan lupa bersyukur ya

Because They ( Tidak Dilanjutkan )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang