3.

3.2K 208 7
                                    


***

BRAK!

Suara pintu ruang UKS terbuka dengan kasar oleh seorang, di ambang pintu itu menampilkan caca yang sedang menahan amarah. Aya dan Sagara terkaget, datang tanpa permisi dan membuka pintu kasar.

"Lo apa-apaan hah!? Gak sopan! Kalo mau masuk ketuk pintu dulu! " Ketus Sagara tak suka melihat Caca.

Caca mengacuhkan Sagara, ia kini beralih pada Aya yang menatapnya bingung. "Lo kan yang buat gara-gara, ay? LO KAN YANG BUAT REGAN MARAH SAMA GUE?!! " Tanya Caca berteriak, amarahnya memuncak melihat Aya.

"Maksud kamu apa ca? Kalo ngomong yang jelas. " Balas Aya masih tak mengerti, perasaan dia tak melakukan apa-apa.

Caca terkekeh geli mendengar nya. "Jijik tau gak!! Cara lo busuk banget ay, lo ngejelekin gue di depan Regan!! Salah gue apa sama lo hah!?! " Ujar caca tak santai. Sagara menatap nya jengah.

"Aku gak pernah ngejelek-jelekin kamu di depan Regan ca. Tadi sehabis dari kelas nya Regan aku sama Sagara aja. " Jelas Aya mengundang tawa caca.

"Lo pikir gue gak tau? Tadi di kelas lo ngapain sama Regan? Ciuman? Gimana? Enak gak, gue yakin nih sepulang sekolah lo bakal lanjutin aksi itu di tempat yang sepi kan. Sejam berapa ay? Jijik gue! " Fitnah Caca ngawur.

Aya terkejut dengan ucapan Caca, ia berdiri dari duduknya, menatap Caca nyalang. " Kok kamu berubah ca. Kamu fitnah aku begitu seolah aku adalah wanita murahan! Aku memang miskin! Tapi gak pernah kepikiran buat kerja yang kayak gitu! Kita ini temenan cuma dua hari ya ca? Sampe kamu beranggapan kayak gitu. KITA TEMENAN BERTAHUN-TAHUN TAPI KAMU MASIH AJA KAYAK GINI!" Aya mengeluarkan cairan bening dari mata nya yang sedari tadi ia tahan. Hatinya sakit selalu di fitnah yang tidak-tidak.

Caca menatap Aya benci. " Gue tau lo suka sama Regan ay!! GUE TAU LO MASIH NYIMPEN RASA SAMA DIA! TAPI GAK GINI CARANYA!! "

"BEGINI GIMANANYA!?! AKU GAK PERNAH NGAPA-NGAPAIN SAMA REGAN!! "Potong Aya cepat.

Sagara hanya diam menatap Aya sendu, wajah gadis itu memerah menahan isak tangis. Lalu ia beralih menatap caca jijik, dulu mereka memang dekat, tapi setelah melihat watak asli caca membuat nya menghindar.

"Lo tau, lo itu cuma anak yang gak pernah di kasi kasih sayang sama orang tua lo! Lo itu parasit bagi orang tua lo! Bahkan adik-adik lo pun tau itu! Gue benci sama lo! Lo hancurin hubungan gue sama Regan! Belagak sok baik! Bermuka dua! " Ujar caca tak terkontrol hingga membuat hati Aya sesak.

Aya tersenyum getir tak percaya jika teman nya akan seperti ini. " Aku tau, aku memang gak pernah di sayang sama ayah, bunda. Tapi apakah kamu berhak bicara kayak gitu, sedangkan kita gak pernah punya hubungan apa-apa selain teman. Kamu tau ca, selama ini kamu selalu ngelukain aku, tapi kamu gak sadar hal itu. Luka fisik aku dapet, luka hati pun ia. Apa itu gak cukup bagi kamu? Aku selama ini cuma diem. Aku tau kamu sekongkol sama geng malisca buat ngejatuhin aku kan" Ucap Aya mengeluarkan semua isi hatinya. Tak peduli dengan Sagara yang masih setia menatapnya.

"Aku tau kamu bakal jadi musuh aku setelah malisca. Kamu suruh aku supaya ikhlasin Regan sama kamu, padahal dulu kamu tau betul gimana aku suka sama Regan. Tapi apa yang kamu lakuin? Kamu maksa aku ngelakuin hal itu, hati aku sakit ca, sakit! Dari dulu aku pendem sendiri tanpa ada temen curhat. Aku mau cerita sama kamu tapi gak pernah ada waktu, selalu menghindar, kamu selalu nyuruh aku ngelakuin hal yang aku gak suka. Kamu tau aku ada konflik sama keluarga tapi kenapa kamu gak pernah ngizinin aku buat bercerita dan bersandar di bahu kamu? Aku, aku, hiks" Aya tak kuat berada di sini, dadanya sesak mengingat masa lalu nya. Ia keluar tanpa memperdulikan caca dan Sagara.

"Bajingan! Anjing! Babi lo!! " Maki Sagara pada caca yang masih diam membisu. Ia mengikuti langkah Aya yang sudah jauh.

Sedangkan caca tersenyum puas, tak ada rasa bersalah sedikitpun di dalam hati nya. " Orang tua gue cerai, gue butuh pelampiasan, ya itu lo ay. Gue tau lo suka sama Regan dari dulu, tapi gue sengaja ngerebut dia dari lo. Dengan embel-embel keluarga yang gak harmonis. Gue mau selalu bahagia, gue gak peduli dengan orang lain yang tersakiti karena gue. Itu urusan mereka karena bodoh. Lo bodoh ay, bodoh! "

***

Sehabis sekolah Aya pergi bekerja di kafe dekat rumahnya. Setelah bertengkar dengan caca tadi ia selalu diam tak seperti biasanya. Kerja paruh waktu hanya untuk memenuhi kebutuhannya. Tak ada uang dari ayah ataupun bundanya, Aya selalu bekerja, apapun itu ia kerjakan.

Soal kemarin kalau ayah yang memeberinya uang itu bohong. Ia tak ingin kalem dan nenek tau jika dia bekerja, jika tidak mereka akan marah dan menyuruh Aya berhenti bekerja. Jika dia berhenti makan siapa yang akan bekerja? Tidak mungkin kakek kan karena dia sudah tua.

Perkataan caca tadi masih teringat jelas di otaknya. Dia sudah tau pasti setelah ini maka akan ada masalah selanjutnya.

Aya memberikan sapaan dan juga senyuman pada pengunjung. Tetap ramah pada pembeli walau ada aja yang ngeselin. Sore ini kafe cukup ramai karena malam minggu, pasti malam juga akan begitu ramai membuat Aya terkadang kewalahan, tapi tak ayal dia senang.

Setiap malam minggu ia lembur, jika masalah kakek dan nenek dia sudah berbohong. Terkadang dia juga tak tega selalu meninggal kakek, nenek di rumah. Tapi apa boleh buat, tenang Aya sudah lengkap menyiapkan makanan di atas meja. Jadi nenek tak usah repot repot ke dapur untuk melayani kakek.

"Darr!! "

Aya terperanjat melihat pelanggan mengagetinnya. Lamunan Aya seketika buyar, ada ada aja ni pelanggan.

"Mau pesan apa mas? " Tanya Aya ramah.

"Eyy kamu yang manisszzz" Bukannya menjawab pelanggan tersebut malah menggoda Aya membuat Aya sedikit tertawa karena kaget.

"Mau pesan apa mas? " Tanya Aya lagi

"Dhum-"

"Tolol! Cepet pesen! Ihhh nyesel gue ngajak lo sumpah! " Kesal temannya, sepertinya Aya kenal logat itu, ia mencoba mengingat dimana ia mendengar kata itu keluar dengan nada yang sama. Sedetik berikutnya ia tersadar dan merubah raut wajah menjadi ketakutan membuat sang pelanggan mengernyit bingung.

"C-cepet, mau pesen apa mas?" Tanya Aya gugup, tangannya kembali gemetar.

"Eh mba, kenapa? " Tanya sang pelanggan.

"Yan, kayaknya dia inget kita deh, elo sihh! Kenapa malah nerima tawarannya si malisca! " Bisik lelaki tersebut pada temannya yang bernama Adrian.

"Gue terpaksa bego! Ngapa nyalahin gue! "

"Mba kenapa takut? Emang kita copet ya? Perasaan saya ganteng deh, gak ada tampang jahat nya. " Ucap geo bingung.

"Anjing! Lo malu-maluin tau gak! Mending diem aja deh! " Kesal lintang menabok kepada geo membuat lelaki itu meringis kesakitan.

"Sabar.. Ini ujian"

"Eumm, kita pesen boba chocolate aja sama kue nya mba, terserah mau apa aja yang penting enak" Ujar Adrian memesan. Aya mengangguk pelan.

Lalu mereka mengambil duduk sembari menunggu pesanan datang.

***

Setitik Luka Untuk Aya [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang