Sepuluh

165 16 0
                                    

Jae Hyun telah siap dengan seragam basketnya dengan angka nomor 4 di punggungnya. Waktu semakin sore, semakin mendekati giliran timnya untuk tanding dengan lawan mainnya dari jurusan science. Degub jantungnya makin tak karuan dan membuatnya terus-terusan menoleh ke arah dinding ruang tunggu, memperhatikan jarum jam dinding yang semakin bergulir.

Perasaannya tak tenang. Bola basket di tangannya pun tak berhasil mengalihkan kegelisahannya tersebut. Berkali-kali bola tersebut memantul pelan ke lantai, ditangkap kedua tangannya, kemudian ia pantulkan lagi tanpa tenaga. Tetapi, rasanya percuma. Ia sendiri tak paham apa yang tengah ia lakukan saat ini.

Seluruh temannya telah berpencar. Sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Sekedar untuk pemanasan, memastikan ikatan sepatunya kencang, atau mengisi botol-botol air minum untuk persediaannya di pinggir lapangan nanti. Berbeda dengan Jae Hyun yang memilih untuk melamun dengan bola basketnya.

Ini sudah sore. Dan, kalimat yang berputar terus dalam kepala Jae Hyun adalah──

"Aku akan menyatakan cinta nanti sore,"

──ucapan wanita itu.

Artinya, sore ini wanita itu tak akan ada di deretan kursi penonton untuk menyaksikannya mencetak angka demi angka. Ia akan menghampiri pria incarannya dan menyatakan cinta. Ah.

Sejak siang tadi, Ji Na juga tak menampakkan diri. Wanita itu menghabiskan waktu di ruang latihan teater untuk berlatih, kata Ten pada Jae Hyun beberapa waktu lalu. Ten bahkan sudah selesai dari latihan teater, bergandengan dengan Soo Hwa dan mendeklarasikan bahwa ia akan menonton pertandingan basket Jae Hyun hari ini. Tapi, Ji Na tak ada kabar sama sekali.

"Jay," panggil Min Gyu sambil menepuk bahu Jae Hyun dan duduk di sisi kanannya.

"Hm?" jawab Jae Hyun malas.

"Berbahaya ini," ucapan Min Gyu berhasil membuat Jae Hyun menoleh ke arahnya, "ke mana support systemmu?"

Jae Hyun terdiam.

"Dia tak datang?" tanya Min Gyu sekali lagi.

Jae Hyun melengos sambil diam-diam membuang napas melalui hidungnya. "Tidak," Jae Hyun melempar bola basketnya hingga berhasil memasuki keranjang berisi tumpukkan bola-bola lainnya, "jangan tanyakan dia terus."

Pria itu lantas beranjak berdiri, merebut handuk dan botol minumnya sambil melengang pergi. Meninggalkan Min Gyu yang tercengang di tempat sambil memperhatikannya berlalu dengan bingung.

*

Sepanjang langkah yang Ji Na ambil terasa menegangkan sekali. Ia tak mengerti bahwa menyatakan cinta akan sangat mendebarkan seperti ini. Rasanya persis seperti saat akan tampil teater untuk pertama kalinya di depan umum. Menegangkan, tapi sangat bahagia jika dibayangkan.

Wanita itu tak henti-hentinya menyungingkan senyum begitu lebar di bibirnya. Kotak bekal warna biru langit ia peluk erat-erat, seolah itu adalah barang paling berharga yang ia punya. Isinya adalah mini cake dengan lapisan krim putih yang membalut chiffon cake berwarna merah di dalamnya. Ya, kue yang menggambarkan tentang perasaan cinta yang selama ini Ji Na pendam.

"Oh my God!" Ji Na memekik tertahan. "Aku pasti sudah gila karena memutuskan untuk menyatakan cinta duluan!"

Ia menggigit bibir bawahnya. Jantungnya terasa ingin meledak. Bahkan, setelah ia menginjakkan kakinya di ambang pintu aula basket tempat Jae Hyun tanding kali ini. Ia berhenti di sana, mengedarkan pandangannya sejenak untuk menemukan targetnya.

Jung Jae Hyun. Ada di tepi salah satu sisi lapangan basket dengan teman-temannya. Pria itu sibuk dengan bola basketnya, terkadang mengopernya dengan temannya atau mendribblenya sendiri. Intinya, ia tengah sibuk melakukan pemanasan sebelum pertandingannya di mulai.

SOUL.MATE = Don't Wanna Be Just FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang