Suara bising begitu terdengar jelas. Langkah langkah kaki menandakan ada begitu banyak orang. Sapaan, suara orang berbicara atau anjing yang menggonggong karena bertemu satu sama lain menjadi satu. Ditambah juga suara roda sepeda yang berbenturan dengan jalan.
Namun seseorang begitu menikmati hal itu. Setidaknya hanya suara lah yang mampu membuatnya merasa ada begitu banyak orang disekitarnya.
Memandang lurus kedepan, hanya ada gelap yang dia rasa. Tak ada warna lain selain hitam yang dilihatnya.
Tangannya memegang erat tongkatnya kala telinganya mendengar suara anak kecil yang tengah menangis.Jika saja.
Jika saja dia bisa melihat, ia akan membantu anak kecil itu dan menghiburnya agar berhenti menangis.
Tapi dia tak bisa menyalahkan takdir yang membuatnya harus kehilangan penglihatannya.Lee Chaeyeon berdiri. Menepuk kecil tongkatnya pada permukaan tanah yang kasar. Ia tak takut tersesat karena sudah hapal dengan jalan ini.
Sudah menjadi rutinitas sorenya untuk datang ke taman."Ah sayang sekali padahal dia begitu menawan"
"Dia buta, menyedihkan sekali"
"Jika dia tak buta aku dengan senang hati menjadi kekasihnya"
"Tapi dia sangat mempesona"
Chaeyeon menutup telinganya rapat rapat mendengar ucapan orang orang. Tidak bisakah mereka mengerti jika dia bisa mendengar. Tolonglah, Chaeyeon hanya tidak bisa melihat namun telinganya dapat mendengar dengan baik ucapan orang orang yang berbicara tentang keadaannya.
"Eey untuk apa menjadi kekasihnya dia hanya akan merepotkan"
Chaeyeon memegang erat tongkatnya, ia pikir perkataan tadi begitu menyingunggnya. Jika dia menganggap dirinya merepotkan apakah Chaeyeon meminta bantuan pada gadis itu untuk membantunya berjalan? Dia bahkan berjalan sendiri.
"Kenapa kalian mengurusi hidup orang lain" suara lembut namun tegas terdengar mengalun.
Chaeyeon menghentikan langkahnya mendengar ucapan wanita tersebut."Kau tak berhak mencacinya seperti itu, apakah dia meminta bantuan mu. Atau membuat dirimu kerepotan. Kalian bahkan tidak mengenalnya kenapa begitu merendahkannya"
Chaeyeon mendengar derap langkah kaki. Pasti wanita yang mengatainya tadi telah pergi.
"Kau tak apa?"
Sentuhan kecil di lengan kanannya membuat Chaeyeon menunduk."Aku tak apa, terimaksih"
Chaeyeon berbalik, kembali berjalan dengan bantuan tongkatnya. Dibelakangnya wanita yang membelanya tadi ikut berjalan bersamanya.
Chaeyeon berhenti sejenak, membalikan badannya.
"Aku tahu kau mengikutiku"
Wanita itu berlari menghampiri Chaeyeon, berdiri disampingnya.
"Aku pikir kau tidak tahu"
"Parfum mu, tidak hilang"
Meskipun tak melihat, Chaeyeon terbantu dengan pendengaran dan penciumannya. Dan parfum gadis itu, ia langsung mengenalinya. Wangi vanilla.
"Namaku Noh Jihye" Jihye mengulurkan tangannya, lalu menyadari sesuatu. Ia mengambil tangan Chaeyeon dan mengaitkan pada tangannya.
"Lee Chaeyeon"
"Namamu bagus" puji Jihye.
"Kau juga"
Chaeyeon kembali berjalan, dengan Jihye yang berada disampingnya. Tak ada percakapan diantara mereka. Chaeyeon terlalu canggung dengan orang baru.