Bab 33 (Never be the Same)

173 31 14
                                    


Suasana muram dan sepi, bahkan suara jarum jam di ruang tengah keluarga Sumanjaya yang tadinya Riuh itu pun terdengar. Para balita sudah dibawa susternya masing-masing. Orang-orang dari butik juga sudah pamit karena keadaan sudah tidak terkondisikan lagi. Sesekali terdengar isakan Jayana Sumanjaya yang sedang ditenangkan Dea menantunya yang tertua.

Sementara anggota keluarga yang lain hanya duduk diam dan lesu.

"Sudah, kamu harus tegar, kita semua harus bisa berpikir jernih di saat seperti ini, Jayana"

Yang berbicara adalah Wiranti, menantu tertua keluarga Sumanjaya, Ibu dari Gege dan dua kembar cantik Rossa dan Agnes. Seperti suaminya, dia memiliki perangai yang lebih tegas dan masih fokus dalam bisnis keluarga. Dia baru saja meminta Agnes dan Rossa untuk memberikan arahan kepada kepala pelayan untuk tidak memberikan informasi apapun keluar dan tidak menerima telepon dari wartawan atau kerabat lain mengenai permasalahan yang baru saja terjadi.

Dan benar saja, telepon di rumah itu tidak berhenti berdering sehingga membuat keluarga itu memutuskan untuk melepas sambungan untuk sementara. Jayana Nampak sangat syok dan terpukul. Terry memang tidak pernah menganggap dia ibunya tetapi untuk Jayana, Terry yang sejak usia 13 tahun sudah diasuhnya tetaplah anaknya. Anak kandung dari sahabat dan anak yang diakui juga oleh adik iparnya sendiri .

Semua hal buruk yang terjadi kepada Terry terasa sama buruknya seperti jika Jayden atau pun Syeden yang mengalaminya.

"Aku hanya tidak habis pikir Mbak, kenapa Terry harus mengalami kejadian seperti ini, sungguh kasihan anak itu" Turur Jayana di sela-sela tangisnya

"Kita harus cari tahu dulu kebenarannya, apakah itu benar-benar Gendhis dan Terry atau bukan" Jawab Wiranti mencoba untuk tenang.

Mina sedari tadi Nampak geram, perempuan yang perutnya sudah mulai terlihat membuncit itu mulai tidak tenang duduknya. Dia ingin segera bertindak dan melakukan sesuatu berdasarkan insting dan analisisnya.

Mina baru saja bangkit ketika mama mertuanya menegurnya.

"Mau ke mana Mina?" Tanya Wiranti yang kini duduk di sebelah Jayana.

"Biarkan Mina melakukan sesuatu, Ma, Mina tahu sesuatu" Jawab Mina

"Duduk, kita harus satu suara , ini perkara sensitive, jangan bertindak sendiri, tunggu papamu selesai bicara dengan Terry" Jawab Mama Mertua Mina tegas.

Mina duduk kembali dengan tenang, bahkan dia tidak berani mendengus, diliriknya Tria yang duduk di seberangnya. Perempuan itu hanya sibuk mematikan panggilan-panggilan di ponselnya dengan wajah yang tidak bisa menyembunyikan ketegangan.

Setengah jam berlalu, Syeden lah yang pertama kali keluar dari ruang baca, diikuti Jayden , Gege , dan kedua iparnya.

Jayana mendongak ke arah anak bungsunya, berharap segera mendepat informasi penting.

"Itu bukan Terry" Kata Syeden mengawali membuat semua sempat berucap hamdalah.

"Tapi itu memang Gendhis" Katanya bergetar dan sangat hati – hati, membuat semua lebih syok.

"Lalu keputusan keluarga bagaimana?" Tanya Wiranti

"Papa dan uwak ingin dengar pendapat mama dan Uwak Wi juga, silakan ke ruang baca"

Ketegangan bukannya mencair malah semakin memuncak. Wiranti dan Jayana bergegas ke ruang baca.

Mereka mendapati Terry yang sedang duduk membungkuk dan tampak ingin menangis.

Seperti layaknya seorang ibu, Jayana langsung memeluknya hingga tangis anak itu kembali pecah dan memilukan.

"Nangis Terry, tidak apa-apa, ada kami semua , kami akan dukung keputusanmu!" Kata Jayana menenangkan.

My Boo (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang