₹Reader POV₹
"Eat this"
"I'm full Sam"
"No you're not, just 2 bite you eat the burrito"
Hah, mulai deh mode babysitting Sam.
"Stop doing that and eat or i will destroy"
"Oh, come on! Steve look your friend!"
"Dih, ngadu"
"[Y/n], eat the burrito i know you are hungry"
"Shut the fuck up mister Barnes!"
"Langue [y/n]", Steve jangan kau juga. "Just eat for your healthy"
"Fine", aku merebut burrito dari tangan Sam.
Kami berhenti tidak jauh dari pom bensin.
Sekedar mengisi bensin dan makan.
Memang bahaya tapi pom bensin ini punya kenalanku.
Aku sudah mengancamnya jadi tidak apa.
Jauh juga untuk ke sana.
Apalagi dengan status kriminal begini.
"Aku ke toilet dulu", kebiasaan Sam.
"Aku mau cek bagasi, perlu sesuatu?", Steve juga?
"Tolong lihat kan ada alatku atau tidak", bisa berguna.
"Ok, and you buddy?"
"Untuk sekarang tidak"
Aku tidak menaruh curiga tapi ini ada yang aneh.
Steve hanya tersenyum dan pergi setelahnya.
Senyummu mencurigakan seperti lukisan Monalisa, Steve.
Aku meremas kertas burrito dan meletakkannya di kantong plastik lagi.
Aku membuka kursi lagi, di sana kotak harta karun tersembunyiku ada.
"So...british huh?"
Cuekin saja dia.
Nanti juga dia diam sendiri.
"That accent make you look sexy"
"What did you say?"
"Nothing, forget it doll"
Apa semua pria dari zaman perang dunia 2 itu perayu?
Annoying.
"Tidak jika kau tidak memaafkanku doll, aku memang tidak pantas untuk dimaafkan"
"Woah, kau mengatakan maaf dengan mudah seperti merayu perempuan ya"
Sampai membuat tanganku berhenti bekerja.
Dia tidak menatapku langsung.
"Setelah semua itu?", buatku emosi saja. "You give me a hope! You give me a freedom! And what? You trapped me again!"
Jangan menangis! Kalau aku menangis berarti aku lemah!
"Kau tidak tahu aku sekarat berkali-kali? Ya memang kau tidak tahu! Aku ingin mati...tapi Tuhan selalu meberiku kesemlatan hidup! Aku tidak tahu untuk apa Dia berlaku seperti itu padaku mister Barnes!"
Aku jatuh ke jurang ke putus asaan.
Ditarik lagi ke cahaya harapan.
Lalu dihempaskan lagi ke kegelapan putus asa.
"You just saw it...you broke me mister Barnes"
"Aku akan menembus kesalahanku doll, aku janji"
"Kalau begitu kembalikan keluargaku", konyol aku. "See? You can't bring them again"
"I will make you happy"
"Aku muak dengan semua kebohonganmu!"
Ah, aku tidak bisa mengontrol air mataku.
Sudah jatuh berderai.
"I'm sorry doll..."
Aku keluar mobil untuk menjernihkan pikiranku.
"[Y/n]", sapa Steve. "Everything okay?"
"Yeah...just tired", aku menghapus air mataku dengan kasar.
Aku tidak mau terlihat menangis.
"Setelah kupikir, kau boleh menyetir setelah ini"
"Wow, thanks Steve", aku perlu.
"Coba cek ini, aku tidak tahu yang mana alatmu"
"Oh, iya, maaf aku tidak memberitahumu...ada modifikasi sedikit"
"Jangan terlalu memaksakkan diri [y/n]"
Aku hanya mengangguk dan ke bagasi belakang, memgecek barangku.
Steve masuk ke mobil.
Aku yakin sedang terjadi perbincangan antar pria tua.
Nostalgia masa lalu mungkin.
Atau hal lain? Siapa yang tahu.
Aku mengecek semua barang yang ada di kotak.
"Awas saja si Sharon itu tidak memasukkan alatku, dasar wanita ular"
Sejak bertemu awal dengannya aku sudah tidak suka entah kenapa.
Seakan tahu kalau dia akan memanfaatkan orang yang ia pikir bisa melindunginya.
Well, memabntu kami yang berstatus kriminal bisa beresiko baginya.
Sangat.
But whatever.
"Cess~"
"Ah! Sam!", bisa-bisa tempelin minuman ke pipiku.
"Haha, serius amat sih, milkshake nih"
"Thanks"
"Apa dia buatmu menangis?"
Holy crap, aku lupa dia terlalu peka.
Sekalipun sudah aku hapus jejaknya dia pasti tahu.
"Aku yang terlalu emosional Sam"
"Apa yang kalian bicarakan?"
"Masa lalu dan permintaan maaf"
"Apologise huh?"
Aku masih belum bisa memaafkannya.
Aku ingin membencinya tapi aku tidak bisa.
Aku benci perasaan ini.
Sungguh mengganggu.
"Coba dengarkan dia sesekali tidak buruk juga [y/n]"
"Complicated Sam"
"Nyeh, nyeh, nyeh, aku tidak peduli, apa salahnya salimg bicara hm?"
"But--"
"Ssh~ just drink your milkshake and fix this"
Crap.