BAB 14

973 58 3
                                    

Dalam hidup Dante,Dante tidak pernah merasakan takut kehilangan terhadap seseorang. Terutama seorang wanita. Bagi Dante yang tidak pernah mempercayai cinta ada. Hal-hal seperti itu sulit untuk bisa dia terima dan dipercayai. Tapi Amanda, wanita ini memberikan warna dan rasa baru kepada hati seorang Dante yang terasa sudah lama mati. Rasa yang sudah tidak pernah dia rasakan lagi kecuali di masa kecilnya. Takut kehilangan dan keinginan untuk memiliki dan menjaga.

"Kenapa aku harus tinggal bersamamu?itu tidak ada dalam perjanjian kita Dante."Amanda menatap Dante kebingungan. Sikap pria ini semakin membuat Amanda bingung. Amanda memang polos soal cinta. Tapi bukan dia tidak tahu rasanya ketika seorang pria menginginkan dirinya.

"Aku hanya tidak ingin terluka. Aku memiliki banyak musuh. Aku hanya ingin kau tetap aman dan cara paling aman adalah berada dekat disisiku."Dante bukan pria yang bisa memberikan alasan dengan baik. Dia tidak pandai bertutur kata manis. Tapi tindakan dan sikapnya cukup membuat Amanda memahami. Pria itu menginginkan dirinya.

"Stay close to you?"

"Ya, hanya itu."

"Tapi berada dekat dengamu adalah ketidakamanan yang nyata,"gumam Amanda lirih. Amanda juga bukan wanita yang bisa mengukapkan kekhawatirannya. Pikiran-pikirannya. Ketika hal itu datang kepadanya dia sudah terbiasa menyimpannya. Begitu juga dengan perasaan yang dia miliki.

"Apa maksudmu?" Dante mengeryitkan dahinya dalam. Menatap manik hijau Amanda yang seperti menyimpan sebuah kegelisahan disana. Tapi Dante sendiri tidak tahu itu apa. Karena dia sendiri bukan orang yang pandai membaca hati orang. Meski terkadang instingnya memberitahu tapi dia justru menolak dengan logikanya.

"Bukan apa-apa."Amanda tersenyum tipis. Menatap keluar jendela mobil. Pria itu kini memenuhi segala pikiran Amanda. Satu-satunya hal yang masih dijaga oleh Amanda adalah kesadaran dan hatinya. Sadar bahwa pria ini hanya membutuhkanya untuk ketenangan hidupnya. Tidak lebih dari itu.

Dan dia sadar bahwa hatinya tidak boleh jatuh kepada pria itu. Tidak karena Amanda tahu Dante tidak pernah merasakan cinta untuknya. Pria itu memiliki ketakutan sendiri yang bisa Amanda lihat dimatanya. Ketakutan yang tidak bisa Amanda tanyakan. Karena Amanda tahu Dante sudah memberikan batasan yang jelas untuk tidak memasuki dirinya terlalu jauh. Ada benteng yang tinggi Dante pasang untuk dirinya disana. Meski pria itu menginginkan dirinya untuk tetap dekat disampingnya.

"Aku akan mengantarkanmu ke apartemen untuk membawa beberapa barangmu."

"Baiklah."

Amanda tidak punya alasan untuk menolak. Dia sudah terikat perjanjian dengan pria itu. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah menerimanya. Meski dia tahu berada dekat dengan pria itu membuat semua emosi yang ada dalam jiwa Amanda bergejolak.

Dante seperti sebuah ranjau yang mungkin kapan saja bisa membuatnya terperangkap atau terjatuh disana. Yang bisa membuat Amanda terluka ketika berada dekat dengannya. Dia adalah ketidakamanan yang nyata. Tapi, disisi hati dan pikirannya meminta untuk tidak meninggalkan pria itu. Seolah jiwa Dante berteriak meminta kepadanya. Tetap berada disampingnya apapun yang terjadi.

Mobil Dante memasuki komplek apartemen susun Amanda. Amanda turun dari mobil untuk mengambil beberapa barang miliknya. Membuka apartemennya Amanda menghela nafas. Amanda masih bertanya-tanya mengapa Dante terlihat begitu gelisah. Dia ingin bertanya tapi sepertinya pria itu tidak akan mengungkapkan perasaannya walau Amanda menanyakannya.

Ya Dante sudah terbiasa menyimpan segala perasaannya sendiri. Dan Amanda bisa dengan jelas melihat itu semua. Dibalik bahunya yang kokoh. Pria itu menyimpan banyak luka yang coba dia tutupi dari dunia. Tapi Amanda adalah wanita yang peka terutama terhadap luka seseorang. Dan dia sudah terlahir seperti itu. Terlahir untuk bisa memahami perasaan orang lain meski terkadang mereka tidak mengatakannya.

****

The Darkness Of DanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang