“Disaat semuanya tak sesuai ekspektasi melain berubah menjadi berantakan dari situlah Allah akan menggantikan hal baru yang lebih baik dari kemarin.”
-Agaraya-
Sesampainya di taman yang tuju, mereka mencari keberadaan Bintang.
Raya memutarkan bola matanya kesana kemari melihat dekorasi yang telah dibuat Bintang, banyak sekali lampu kelap-kelip membuatnya takjub. Begitupun dengan Rain juga tak menyangka ini hasil pekerjaan dari Bintang.
Bahkan dekorasinya simpel dan elegan daripada kemarin yang dia buat waktu ulangtahun Raya. Sampai pada akhirnya dia melihat Bintang tersenyum tipis dengan rambut klimis dan rapi bukan seperti biasanya acak-acakan, tapi mereka heran tidak ada Dika, Raka, maupun Aga yang berada kesini.
"Malam Raya," sapa Bintang membuat gadis itu tersipu malu baru kali ini laki-laki berpenampilan berbeda.
"Malam juga, Tang," balas Raya.
"Aga, Dika sama Raka kemana, kok ga ada?" tanya Raya menoleh kesana kemari mencari keberadaan mereka bertiga.
Sementara Rain hanya diam membisu tak berani mengungkapkan apapun pada Bintang, kecuali kalau keadaannya mendesak seperti waktu dulu laki-laki itu menghina sahabatnya maka dia mau tak mau harus turun tangan.
"Kalau si cupu palingan nanti kesini, Raka sama Dika ada, tapi dia ga terlihat, kan?" tanya Bintang.
"Jangan panggil si cupu, dia punya nama," bantah Raya membuat eskpresi Bintang dari semula tenang menjadi panas dan tatapan datar.
"Anai aja Elo tahu Ray. Dia ga sepolos yang Elo kira, bahkan dia udah bohongin Elo," gumam Bintang membuat Raya menaikkan alisnya. "Maksud Elo apa? Gue ga denger?"
"Gapapa gue cuman mau peringatan sama elo dan Rain kalau harus hati-hati sama si cupu," peringat Bintang membuat mereka berdua bingung.
'Emang kenapa sama Aga? Apa dia jahat? Keknya enggak orang kelihatannya ramah' batin Rain bertanya-tanya.
"Hmm, terus Dika sama Raka kemana? Elo culik ya?" tuduh Raya mengalihkan pembicaraan karena tak ingin merusak suasana dengan membahas soal Aga.
Bintang justru terkekeh mendengar pertanyaan dari Raya. "Ga enggak lah ngapain. Udah biarin aja mereka pasti kesini kalau waktunya udah tepat."
"Oke," balas Raya singkat.
5 menit kemudian
Mereka berempat berkumpul di satu tempat, Aga kini telah datang meskipun telat.
"Acaranya kita mulai ya," kata Bintang kepada semuanya.
"Tolong semua tutup mata ya," pinta Bintang.
Raya mengerutkan keningnya. "Kenapa harus gitu?"
Bintang tersenyum. "Ada deh udah tutup aja jangan kepo."
"Hmm terserah elo," cicit Raya menekuk wajahnya.
Saat mereka bertiga menutup mata. Bintang pergi memberikan arahan ke Dika dan Raka untuk menyalakan petasan, tak lupa dia mengambil setangkai bunga melati untuk mengungkapkan perasaannya ke Raya. Dia memilih warna putih karena melambangkan ketulusan dan kesucian. Kalau warna merah itu warna darah seperti bunga mawar yang dicari banyak orang, tapi bisa menyakiti dengan durinya.
"Kalau gue ngasih kode pakai tangan hitungan tiga, langsung hidupkan petasannya," katanya memberikan arahan dibalas anggukan kecil oleh mereka.
Bintang kembali ke tempat semula. Dia membungkukkan badannya ke arah Raya dengan tangan kanan membawa setangkai bunga melati. Dia memberikan aba-aba menggunakan tangan kiri hitungan satu, dua, tiga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agaraya [END]
Teen Fiction"𝙺𝚒𝚝𝚊 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚜𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚔𝚒𝚛 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚍𝚞𝚔𝚊." ㅡ𝙰𝚐𝚊𝚜𝚊 𝙷𝚊𝚛𝚢𝚖𝚞𝚛𝚝𝚒ㅡ Aga dan Raya tidak salah hanya ingin saling menjaga justru berujung kesalahfahaman karena yang salah adala...