17. akhirnya...

135 11 0
                                    

Happy Reading...!

Sudah beberapa hari semenjak kejadian dilapangan, Rajni dan Javas tidak saling berinteraksi atau berkomunikasi. Libur semester pun sudah tiba. Terhitung sudah seminggu mereka memasuki libur semester. Selama itupun hanya Rajni gunakan untuk berdiam diri dirumahnya. Padahal teman-temannya selalu mengajak Rajni untuk keluar entah belanja di mall ataupun hanya sekedar nongkrong biasa.

Rajni menatap langit-langit kamarnya. Perasaan menyesal sudah menyia-nyiakan Javas sepertinya mulai terasa. Biasanya ponselnya akan penuh dari notif dari Javas. Tapi kali ini ponselnya benar-benar sepi. Terhitung semenjak kejadian itu Javas tidak lagi mengiriminya pesan.

"Gue salah ya?" gumam Rajni. "Tapi gue ngelakuin itu demi kebaikan gue sama Javas..." lanjutnya.

Di sisi lain, Javas dan Nathalia sedang berbincang di halaman depan gereja tempat mereka ibadah. Mereka baru saja selesai melaksanakan ibadah.

"Rajni belom ada ngehubungin elo?" Nathalia memulai pembicaraan.

"Belom,"

"Jav, lo yakin waktu itu Rajni kayak gitu karena kemauan dia sendiri?"

"Maksudnya?"

Nathalia menatap Javas serius. "Kalo nanti Rajni ngehubungin lo untuk minta maaf, tolong lo maafin aja ya?" pinta Rajni.

"Gue gak ngerti, maksudnya apa?" tanya Javas menuntut penjelasan.

Nathalia menarik nafas sejenak. Mungkin memberi tahu Javas dapat membantu hubungan Javas dengan Rajni segera membaik. Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya Nathalia mulai menceritakan semuanya.

"Rajni di suruh sama om Edgar."

"Hah?" beo Javas.

"Lo tau sendiri sampai kapanpun om Edgar gaakan pernah ijinin anaknya sama pasangan yang beda keyakinankan?"

"Iya.."

"Om Edgar nasehatin banyak hal ke Rajni tentang konsekuensi kalo kalian tetep berhubungan. Dan Rajni gak mau nerima konsekuensi itu, akhirnya dia menyetujui saran om Edgar untuk buat lo benci sama dia. Makanya dia kayak gitu waktu di lapangan."

prang.

Javas mematung ditempatnya ketika mendengar penjelasan Nathalia. Ia benar-benar tidak menyangka kejadian beberapa minggu lalu ternyata karena ulah Ayahnya sendiri. Javas tau jika Ayahnya tidak akan menyetujui dirinya dengan Rajni, mengingat perbedaan keyakinan diantara mereka. Tapi apakah Ayahnya harus melakukan seperti itu?

"Jav, gue cewek. Gue bisa tau isi hati sesama perempuan. Bohong kalau Rajni gak punya perasaan sama lo. Dia udah mulai ada rasa, tapi dia masih takut sama akhir dari kisah kalian kalo kalian tetep kekeuh pengen bareng-bareng." ujar Nathalia seraya tersenyum.

Berat untuk seorang Nathalia mengucapkan hal seperti ini disaat hatinya masih di isi penuh oleh seorang Javas Parama Wishaka.

Javas masih terdiam mencerna semuanya. Ia bingung apa yang sekarang harus Ia lakukan.

"Gue harus apa, Thal?"

Nathalia tersenyum lalu mengacak gemas rambut Javas. "Gak tau kenapa, semenjak sama Rajni lo jadi bego kalo soal cinta." ujarnya seraya terkekeh pelan.

"Gak usah megang rambut gue, cuma ayang jeni yang boleh gini." kesal Javas.

"Iya iya, maaf."

"Yaudah terus gue harus gimana?" tanya Javas lagi.

"Maafin Rajni kalo dia minta maaf, abis itu lo perjuangin lagi. Yakinin Rajni kalo hubungan lo berdua bisa berhasil. Lagiankan kita gak ada yang tau kedepannya gimana, kali aja lo berdua berjodoh kan?" ujar Nathalia.

Nekat Bucin (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang