|GOBLIN DAN MONSTER MENARA|
Suatu hari hiduplah seorang goblin yang mengembara tanpa tujuan . Goblin itu selalu berjalan dengan tatapan kosong dan menundukan kepalanya, ketika orang-orang menghampirinya dan bertanya kemana dia akan pergi dia hanya menggeleng dan berlalu begitu saja tanpa sepatah katapun.
Lama kelamaan orang-orang menganggap goblin itu aneh dan tidak mau berbicara dengannya lagi. Sang goblin tidak mempedulikan hal itu ataupun merasa sedih, karna ia merasa tidak membutuhkan siapapun.
Goblin terus berjalan tanpa arah dan tujuan ,ia hanya mengikuti kemana arah kakinya melangkah. Hingga saat ia menyadari dia telah berada didalam hutan yang gelap dah terlihat menyeramkan. Mata hari mulai tenggelam berganti bulan yang sedikit redup karna tertimbun gumpalan awan, suasana malam itu cukup mencekam namun tidak mampu membuat sang goblin ketakutan.
Ia terus melangkahkan kakinya tanpa mempedulikan suara-suara aneh di sekitarnya , hingga tiba-tiba langkahnya terhenti, dari kejauhan terlihat sebuah menara besar dan sangat tinggi. Untuk pertama kalinya sang goblin mengangkat kepalanya , tatapan matanya yang semula kosong menelisik jauh ke arah menara tersebut . tatapannya terpaku pada sosok bayangan yang samar dibalik kegelapan di atas menara.
Karena digeluti rasa penasaran goblin pun mendekati menara itu agar dapat melihat dengan jelas siapa pemilik bayangan itu. Saat tiba lebih dekat ternyata menara itu di kelilingi oleh tanaman semak berduri runcing yang terkenal sangat beracun, orang biasa tidak akan berani mendekati tanaman itu.
Sang goblin kembali menatap ke atas menara tepat dimana sosok itu berada, kali ini sosok itu juga menatap kearahnya. Sang goblin terpaku pada mata hitam legam seperti langit malam itu , sesaat ia teringat pada cerita warga yang tinggal di dekat hutan ini saat ia sedang di perjalanan, orang itu tiba-tiba saja menghentikan langkah sang goblin dan berkata.
" Apakah kamu ingin pergi ke hutan itu? Katanya didalam hutan terdapat sebuah menara yang di huni oleh monster dan penyihir jahat , Siapa pun yang mendekati menara mereka akan di kutuk dengan rasa putus asa dan di kurung dalam penjara kegelapan yang di penuhi oleh penderitaan, jadi sebaiknya jangan kesana "
Kata-kata orang itu terlintas di fikiranya , namun itu tidak membuatnya takut tetapi justru semakin penasaran akan kebenaran cerita itu. Tatapan sang goblin masih belum teralihkan dari sosok tersebut .Opsidian sekelam langit di malam itu menatap lurus kearah sang goblin seakan berbicara dalam diamnya. Mata itu memancarkan aura tidak suka juga seperti ada kesedihan didalamnya, tiba-tiba sosok tersebut menghilang dibalik tirai putih usang yang melambai diterpa angin malam yang semakin dingin.
Sang goblin ikut tersadar bersamaan dengan hal itu, lalu mencari cara untuk masuk kedalam menara . Ia pun menggunakan pedangnya , ketika pedang itu di cabut dari wadah pelindungnya api biru pun ikut terpancar dari pedang itu, sang goblin mengangkat pedang tersebut dengan kedua tangannya dan menebas semak berduri yang menjulang hampir setengah menara itu.
Sang goblin menebas semak tersebut dengan sekali ayunan pedang namun anehnya semakin lama semak itu malah bertumbuh lagi dan semakin tinggi , hal itu membuat goblin yang dikenal sebagai mahluk tanpa perasaan itu seketika meledak . Ada sesuatu didalam dirinya yang bergejolak selain rasa penasaran akan apa yang ada di dalam sana .
Sang goblin kembali mengayunkan pedangnya dan menggunakan seluruh kekuatan yang ada.
/SRINGGGG
Suara ayunan pedang dari sang goblin memancarkan cahaya biru disertai percikan api yang membelah semak tersebut. Semak berduri itu perlahan lenyap bersama cahaya biru yang kian redup. Kini pintu menara itu terpampang dihadapannya dengan perasaan yang masih tak karuan. jujur saja ada sedikit rasa takut dalam hati sang goblin tapi itu tak menyurutkan niat nya untuk masuk kedalam sana.
Goblin mendorong pintu besar itu dan kegelapan yang pekat menyambutnya . Ia kembali menggunakan kekuatannya untuk sedikit menerangi menara itu , sesaat setelah itu ia menemukan sebuah tangga menuju bagian atas menara dimana tempat sosok yang ia lihat tadi berada .
Sang goblin menyusuri anak tangga tak berujung itu satu persatu, hingga saat ia menginjakan kaki pada ujung tangga terakhir, langkahnya terhenti dan matanya kembali terpaku pada sosok yang tadi ia lihat .
Sosok yang sedari beberapa detik lalu memunggunginya kini berbalik dan menatap tepat pada netra opsidian sang Goblin, pandangan itu solah menghipnotis Goblin dan jiwanya seakan ditarik ke masa lalu.
Ia berdiri tepat di samping sosok yang serupa dengannya itu. Sosok itu menatap lurus ke depan seperti memperhatikan sesuatu dengan tatapan yang tak dapat diartikan.sang Goblin pun mengikuti arah pandangan sosok itu lalu tubuhnya seolah membeku di sana hatinya tak karuan kala melihat apa yang terjadi di hadapannya , itu adalah dirinya di masa lalu jauh berabad-abad lalu dimana ia melakukan hal yang tak semestinya ia lakukan karena mengikuti kemarahan dan dendam akibat selalu di remehkan oleh orang-orang karena tak sehebat dewa kematian.
Tubuh sang Goblin kian gemetar hingga terjatuh ke tanah kala menyaksikan apa yang dirinya lakukan di masa lalu, perasaan bersalah , marah dan kesedihan muncul menyerbu hati sang Goblin. Tanpa sadar ia telah kembali ke menara dan berhadapan dengan sosok bermata kelam yang menatapnya lekat lalu berkata.
" Aku adalah gambaran dari rasa penyesalan dan keputusasaan mu yang telah berabad-abad menunggu kau datang dan menerima apa yang sepantasnya , setelah berabad-abad berkelana tanpa tujuan Kau akan terkurung di sini selamanya dan hidup dalam penyesalan. Ingatlah semua kesalahanmu dan hiduplah dengan sengsara disini hingga dewa kematian membebaskan mu dengan ampunanya."
Setelah berkata demikian sosok itupun lenyap bersama sinar bulan yang kian meredup, Sang goblin pun terkurung didalam menara itu selamanya dengan rasa penyesalan dan keputusasaan karena telah membunuh sahabatnya sendiri.
Ratusan purnama berlalu kejadian itupun menjadi dongeng legenda yang menjadi cerita pengantar tidur untuk anak-anak kala kantuk tak kunjung menyambangi.Namun bersamaan dengan waktu yang berlalu terdapat pertanyaan yang tak pernah bisa terjawab.
Bagaimana bisa sang Goblin membunuh dewa kematian sedangkan dewa kematian adalah wujud dari kematian itu sendiri ?
mungkinkah sang Goblin masih hidup dalam penyesalan hingga saat ini karena dewa kematian tidak mungkin mendatanginya dan memberikan ampunan?
Entahlah , hanya semesta yang memiliki jawaban atas pertanyaan serupa paradoks tersebut.
ʕ'•ᴥ•'ʔFINDʕ'•ᴥ•'ʔ