Flashback
Angin berhembus membelai pepohonan, daun-daun berlambai mengikuti arah angin. Awan-awan mulai menghitam, pertanda akan turun hujan.
Namun ada seorang gadis yang tetap terduduk tenang di bawah pohon. Ia merenung, kenapa semua ini terjadi padanya? Matanya memanas mengingat kejadian pagi itu, dimana kedua orang tuanya bertengkar hebat.
"Kanaya!" Panggil Shanetta. Kanaya tersentak, lalu dengan cepat menghapus air mata yang akan terjatuh.
Shanetta tau sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja, ia menghampirinya lalu memeluknya dengan erat. Yang dibutuhkan sahabatnya ini hanya sebuah pelukan dan kata-kata penyemangat.
Ia melepaskan pelukannya, lalu menatap mata Kanaya, "Naya, dunia tidak akan memusuhimu bila kamu menangis. Menangislah bila kamu ingin, agar sesak yang didadamu itu reda, aku akan disini bersamamu."
Sebuah kalimat yang diucapkan Shanetta mampu membuat Kanaya menangis terisak-isak. Ia mengadu pada dunia, kenapa semua ini terjadi padanya. Ia beberapa kali mengambil nafas, sambil sesekali memukuli dadanya yang terasa sangat sesak.
"Tidak apa-apa Naya, semua akan baik-baik saja. Tuhan tidak akan pernah memberikan cobaan melebihi kemampuan umatnya." Ucap Shanetta sambil memeluk Kanaya.
"Netta makasih, tanpa kamu aku ga tau harus gimana."
"No problem nay, aku sahabat kamu sudah sepantesnya aku ada disisi kamu senang ataupun susah. Jadi jangan keberatan ya? Lebih baik kita ke kelas aja udah bel loh, tapi kalau kamu pengen bolos juga aku mah hayu aja sih" Shanetta terkekeh diakhirnya, ia mencoba untuk menghibur Kanaya.
Naya ikutan tertawa sampai-sampai matanya menyipit, "hayu kita bolos aja kagol lagian geh kalo masuk kelas tar dihukum, mending sekalian"
Hari itu Kanaya dan Shanetta bolos kelas, mereka bermain bersama sambil hujan-hujanan. Tawa mereka yang riang beradu dengan suara hujan yang deras.
**
1 tahun kemudian....
Seorang perempuan tampak berdecak kesal saat HP nya berbunyi untuk ke tiga kalinya. Ia akhirnya mengangkat telfon itu, "Ada apa? Lo berisik banget nelfon gue trus, gue aja baru keluar dari bandara."
Dari ujung sana terdengar kekehan pelan, ia tersenyum membayangkan wajah kesal Kanaya. "Sorry beb, abis gue kangen sama lo." Terdengar helaan nafas sebal kanaya menanggapai ucapan Theo.
"Beb beb ndas mu, gue tau lo bukan kangen sama gue ya Theo!"
Theo berdehem sambil mengangguk membenarkan ucapan Kanaya. "Gue cuman mau ingetin waktu lo disana ga banyak nay, jadi jangan main-main dan jaga kesehatan lo." Ucap Theo, lalu tanpa kata lagi ia segera menutup telfon tersebut.
Kanaya menggenggam HPnya erat saat mendengar penuturan Theo, tanpa Theo beritahupun ia sudah tau. Tidak apa-apa, ia ingin setidaknya ia bisa bersama Shanetta walau sebentar.
Mata Naya memanas, oh ayolah ia kesini untuk bersenang-senang jangan sampai ia terlarut dalam kesedihannya.
Semua perlengkapan Naya untuk sekolah di SMA Bakti Nusa sudah selesai, ya dia akan satu SMA dengan Netta. Itu merupakan cita-citanya dari ia SMP, namun sayangnya itu tidak terkabulkan karena dia pindah ke luar negeri untuk sesuatu.
Kanaya tidak sabar untuk bertemu Shanetta kembali, semoga besok berjalan lancar.
**
Pukul 6 pagi Kanaya sudah siap dengan seragamnya, ia sangat antusias sekali. Naya berjalan menuju ke arah dapur, tak lama senyum yang menghiasi bibirnya itu luntur. Dadanya sesak saat mengingat kedua orang tuanya.