PAHLAWAN ERA PANDEMI

1 0 0
                                    

Ada yang terasa berbeda pada perayaan hari kemerdekaan beberapa tahun lalu dengan saat ini. Dulu, orang-orang merayakan hari kemerdekaan dengan meriah. Banyak anak-anak kecil berlari sembari menggenggam miniatur bendera merah putih, beberapa di antaranya mengikuti berbagai macam lomba yang diadakan di setiap RT atau RW, seperti lomba makan kerupuk, lomba memasukkan jarum ke dalam botol, lomba balap kelereng, lomba tarik tambang, dan sebagainya. Tidak jarang, ibu-ibu dan bapak-bapak mengadakan acara makan bersama sebagai salah satu tanda syukur, tak juga lupa melakukan swafoto sembari menunjukkan senyum manis mereka. Bertolak belakang dengan yang terjadi saat ini, hari kemerdekaan terasa sangat sepi dan sendu. Setiap orang diharuskan berdiam diri di rumah, tidak ada kemeriahan perayaan, setiap rumah hanya diperkenankan untuk memasang bendera merah putih di depan rumah, tidak ada kerumunan, tak bisa menampakkan tawa dan senyum karena tertutupi masker. Memang rasanya pandemi ini tidaklah mudah bagi semua orang, banyak orang yang dirumahkan dari pekerjaannya sehingga pengangguran dan kemiskinan semakin meningkat, jalanan pun dipenuhi dengan ambulans yang berpacu dengan waktu dari satu tempat ke tempat lainnya.

Tersadari, bahwa merdeka tak selalu harus berarti kita berdiri melawan penjajahan bangsa lain. Perjuangan para pahlawan tak selalu harus bertumpah darah di medan perang dengan membawa senjata. Perlombaan dan kemeriahan hari kemerdekaan hanyalah simbolis perjuangan para pahlawan terdahulu, tetapi bukan makna perjuangan itu sendiri. Berjuang melawan virus dan melawan kebodohan diri sendiri membutuhkan perjuangan yang sama. Para tenaga kesehatan jatuh bangun merawat para penyintas Covid-19 sejak hampir dua tahun lalu, mereka rela untuk tidak bertemu keluarga selama menangani pasien untuk menjaga keluarga mereka agar tidak sakit. Petugas ambulans dan tim penggali kubur, harus rela memakai APD berlapis dengan jam kerja yang tinggi karena banyaknya angka infeksi dan kematian. Para peneliti bekerja dari pagi hingga malam untuk dapat menemukan vaksin Merah Putih. Anak-anak harus belajar di rumah melalui media daring yang tentunya tidak mudah dilakukan bagi para guru. Namun tidak hanya para tenaga kesehatan, petugas ambulans, penggali kubur, para peneliti, serta para guru yang menjadi pahlawan saat ini. Diri kita sendiri adalah pahlawan untuk bangsa Indonesia. Selama kita selalu menerapkan protokol kesehatan dengan benar, menghindari bepergian tanpa kepentingan mendesak, kita tidak hanya menjaga diri kita dari virus, tetapi semua orang. Kita bersemangat belajar, meski tak bisa saling bertemu dan belajar di sekolah seperti biasanya, menandakan bahwa kita telah berupaya untuk memerdekakan diri dari kebodohan. Selain itu, terdapat banyak hal positif yang bisa kita lakukan untuk mengisi hari kemerdekaan tahun ini, seperti menulis puisi, pantun, dan mengikuti perlombaan virtual yang dapat mengembangkan potensi diri kita. Generasi muda penerus bangsa seperti kitalah yang suatu saat akan dititipkan amanah untuk menjaga Indonesia, untuk itu tetaplah berupaya agar memiliki pemikiran yang maju, wawasan yang luas, mampu berempati, serta memiliki integritas dan kejujuran di era ini.

PAHLAWAN ERA PANDEMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang