Part 17. Berubah

367 74 15
                                    

Derai hujan mengiringi persiapan perjalanan keluarga Ustadz Kafaby ke Jogja. Mereka akan mengantarkan Uta dan Uka untuk berangkat ke Mesir. Penerbangan dari Jogja akan mengantar dua putra sang ustadz ke Jakarta sebelum nantinya terbang ke negara tujuan.

"Ukasya!" pekik seseorang.

Sang pemuda menoleh. Seorang akhwat berlari ke arahnya. Dengan cepat dia memberi kode sang gadis untuk mengubah arah.

"Kenapa sih lari-lari?"

"Kamu beneran pergi?" tanya Almira dengan napas pendek-pendek.

"Iya lah. Masak boongan. Duit bapak gue udah masuk ke sana banyak weh," jawab Uka santai.

Almira memberikan sebuah plastik padanya.

"Apaan nih?"

"Buka aja nanti. Inget ya, walau di sana banyak mumi yang cantik, jangan lupain mantanmu yang paling hitz ini. Terus walau di sana banyak spinx cantik, jangan lupa kalau ada si pinky yang nungguin."

Almira mengatakannya tanpa malu sama sekali.

"Ngaku-ngaku mantan," kekeh Uka.

"Lah emang kita mantan kan?"

"Aku nggak pernah mengiyakan ajakanmu pacaran kan?"

"Ya udahlah, bodo amatlah." Almira tak menunjukkan rasa sedih sama sekali.

"Jangan kangen ya? Jaga diri, jaga hafalan, jaga imun, jaga iman, jaㅡ"

"Jagain pesantren sekalian jadi satpam?" sahut Almira memotong kalimat Uka.

Uka menghembus napas.

"Dengerin dulu kalau Mas lagi ngomong, Neng Rara. Jaga hatimu. Insyaallah kalau memang jalannya, sejauh apapun aku pergi, sejauh apapun kita dipisahkan, jika memang namamu yang tertulis di Lauh Mahfudz untukku, kita pasti akan bersama."

Almira menatap Uka sejenak sebelum menunduk.

"Ya udah sana," ucap Almira kali ini dengan nada bergetar.

"Neng Ra?" panggil Uka.

"Hm?"

"Nangis?"

"Iya," jujur Almira.

Uka terkekeh. "Berdoalah, semoga aku diberi kesempatan untuk membayar kejahatanku. Kejahatanku bikin kamu nangis. Suatu hari nanti."

"Aku tagih di akhirat kalau Mas nggak nepatin di dunia," tantang Almira.

"Neng Rara, Mas berangkat dulu ya. Kalau memang ada yang lebih baik dari Mas datang ngelamar kamu, terima aja. Mas ikhlas."

Almira menggeleng. "Aku masih mau jadi guru. Aku belum mikir nikah."

Uka terkekeh. "Semoga Allah mengabulkan keinginanmu. Mas pamit ya, Neng."

"Kalau Mas pulang empat tahun lagi, aku udah nggak di sini."

"I know. Sejauh apapun perbedaan Idhzar dan Idgham, mereka masih sama-sama disebut  ilmu tajwid."

"Sejauh apapun perbedaan aku dan kamu, kita masih sama-sama saling sebut di doa," lanjut Almira dan Uka bersamaan.

Keduanya saling tersenyum.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Neng Rara."

"Wa alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, Gus Ukasya."

"Mas Uka," koreksi Uka.

Almira tersenyum. "Nggih, Mas Uka."

"Good girl."

ALLAH GUIDE ME (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang