Fika memperhatikan jalanan kota sore hari ini, banyak kendaraan yang berlalu melewatinya. Laju motor Alfi selalu pelan ketika memboncengnya dan Fika selalu menikmati itu. Sedari tadi ia hanya diam dan tidak berniat mengeluarkan sepatah kata, sedangkan Alfi juga hanya diam, membonceng Fika dengan motornya. Alfi masih menyayangi nyawanya, hingga ia tidak berani bicara jika mood Fika sangat jelek.
Harga kue tadi berapa yah? Kalau uang gue nggak cukup bagaimana? Gue kan cuma bawa uang 100 rb. Bagaimana kalau harganya lebih 100 rb? Kan malu kalau uangnya nggak cukup. Haihhh kenapa juga gue nggak tanya mama tadi, sih? Ehhh... Kan ceritanya gue lagi marah. Tapi, gimana dong kalau nggak genap? Ahhh bodo amat! Genapin aja kalau nggak genap, sekalian pake daun aja!
Alfi melirik Fika dari kaca spion, entah apa yang sedang Fika bicarakan, mulutnya hanya bergerutu tidak jelas.
"Ngomong apa, lo?" tanya Alfi memberanikan dirinya.
"Hah?! Lo ngomong apa?!" tanya Fika lebih keras.
"Lo ngomong apa tadi?!" ulang Alfi, suaranya juga bertambah keras.
"Nggak ada! Lo fokus lihat jalanan! Gue nggak mau kecelakaan, yah!"
"Iya, iya! Bawel banget sih lo!"
Fika tak segan-segan memukul punggung Alfi. Bukannya kesakitan, Alfi malah terkekeh, gemas melihat wajah kesal Fika dari kaca spion.
Mereka kembali diam, Alfi yang sedang fokus mengendara, sedangkan Fika fokus dengan pikirannya sendiri.
Ehhh kalau gue ke toko itu, berarti gue ketemu cowok itu lagi dong? Haihhhhhhh,,,, nggakkk mauu! Gue nggak mau lihat muka dia! Gue nggak mau ketemu sama dia! Gue benci dia! Poko....
"Udah sampai, turun!" ucap Alfi dan berhasil menghentikan pemikiran Fika.
Fika dapat merasakan tangannya mulai berkeringat, ia melihat toko di depannya, ada tulisan Cheese Cakes, di depan toko. Fika belum saja turun dari motor, Alfi menoleh dan melihat Fika hanya diam melihat toko Cheese Cakes.
"Lo nggak mau turun?"
Fika mengerjap beberapa kali, ia melihat Alfi yang sedang menoleh kepadanya. Wajahnya seketika berbinar karena menemukan ide yang sangat-sangat cemerlang.
Alfi meneguk ludahnya, ia merasa was-was sendiri ketika Fika tiba-tiba menatapnya seperti itu. Ia sangat yakin, Fika akan....
"Pion, gue minta tolong sama lo, yah," ucap Fika dengan mengedip-ngedipkan matanya.
Nah kan, Alfi sudah menebak. Jika, Fika menatapnya dengan penuh harap, pasti ada apa-apanya.
"Nggak!" tolak Alfi cepat.
"Ihhh belum juga gue ngomong, lo udah nolak. Pionnnnnnnn.... pleaseeeee..... Gue mau minta tolong, nggak macam-macam kok, suer," ucap Fika sambil mengangkat tangannya membentuk huruf V dengan jari telunjuk dan jari tengah.
Alfi menghela nafas pelan, "apaan emang?"
"Hehehe... Lo yang masuk ke toko yah, beli kue"
"Kenapa bukan lo aja?"
Fika memasang wajah cemberut, "ihh masa lo nggak mau tolong gue, sih? Menolong orang itu kan pahala. Masa lo nggak mau dapat pahala, setidaknya pahala lo bisa ngurangin dosa lo yang udah menumpuk"
"Minta tolong kok ngatain," sindir Alfi
"Heheh.... Pion yang sangat sangat sangat ganteng dan baik hati. Tolongin Fika yang manis ini, yah?"
Alfi mencibir, yah begini lah Fika kalau ada maunya. Kita akan di baik-baikin.
"Yaudah mana uang lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Takdir [NEW STORY]
General FictionTAKDIR satu kata yang sangat berpengaruh dalam hidup seseorang. Kemana takdir akan membawa kita? Kesengsaraan kah atau kebahagiaan? RAFIKA FAISLA, gadis yang sangat ceroboh namun pintar. Gadis yang sama sekali tidak menyangka takdir akan membawanya...