Part One

6 5 3
                                    

Happy Reading!!

***

Seperti hari-hari biasanya, Dokter muda pemilik mata Abu-abu itu tengah beristirahat diruangan pribadinya seusai kurang lebih 9 jam terkurung dalam ruang operasi. Menanggung beban sangat berat yaitu harus mempertahankan serta menyelamatkan sebuah nyawa. Profesinya sebagai dokter bedah mengharuskannya bersikap kompeten dan tanggung jawab, dalam prakteknya, ia dituntut untuk tak melakukan kesalahan sekecil apapun agar tak menjadi masalah yang fatal nantinya.

Selama menjalani pekerjaan ini, ia sudah melakukan sesi operasi besar seperti yang baru saja ia lakukan sebanyak 3x. Dan ia sangat bersyukur tak pernah gagal melakukannya, tentu iapun tak bekerja sendirian. Dalam operasi skala besar yang membutuhkan waktu bukan hanya satu atau dua jam, ada beberapa dokter ahli senior dan teman seangkatannya yang juga ikut membantu.

Tok ... Tok ... Tok!

"Maaf, permisi, dokter. Kamar no.172 sudah saatnya minum obat dan ganti infus, tapi katanya ia tak mau dibantu oleh suster. Ia maunya Dokter Nyx yang menangani," ucap seorang perawat yang masuk ke ruangannya yang kebetulan pintunya terbuka.

Dokter bernama Nyx itu tersenyum tipis, sangat tipis. "Ya sudah, katakan padanya saya akan segera kesana."

Suster tersebut mengangguk lalu pamit padanya. Sejenak, Gadis muda bernama lengkap Peonyx Aeryzandra itu mengembuskan napas lelah. Tentu saja, ia baru saja istirahat dari tugas operasi selama 9 jam penuh tanpa istirahat. Dan kini waktu untuk istirahatnya berkurang karena pasien yang sejak pertama kali dirawat di sana bisa dikatakan sangat bergantung pada dirinya.

"Capek banget astaga, kapan aku istirahatnya gusti. Huh! Semangat, Nyx. Satu lagi dan kamu bakal tidur sepuasnya nanti!" serunya menyemangati dirinya sendiri lalu bergegas ke ruangan yang dimaksud perawat tadi.

Seorang wanita renta berambut putih dan bermata teduh itu adalah orang yang berhasil Nyx selamatkan ketika hendak menyeberang jalan hingga hampir tertabrak kendaraan yang berlalu lalang. Penglihatannya yang tak lagi jernih membuatnya bingung dan tak tahu jika lampu lalu lintas masih menyala hijau.

Beruntung ada Nyx yang langsung menghampirinya saat itu, tak memikirkan apapun Nyx akhirnya menepikan mobilnya lalu segera berlari menghampiri si Nenek. Wanita tua itu tersenyum ramah padanya sebelum akhirnya terbatuk hingga mengeluarkan darah dan jatuh pingsan.

"Selamat sore, nek! Gimana perasaan nenek sekarang? Apakah merasakan sakit diarea tertentu?" tanya Nyx begitu ramah pada si nenek.

Nenek yang bahkan belum ia ketahui namanyapun menggeleng dengan tampang kuyunya. Beliau mengangkat sebelah tangannya seakan menyuruh Nyx mendekat. Mengerti maksud si nenek, Nyxpun mendekat dan memegang tangan nenek tersebut.

"Ada yang nenek butuhkan? Biar saya periksa keadaan nenek, ya?" ujar Nyx yang melihat nenek itu hanya terdiam memandangnya dengan pandangan yang tiba-tiba sendu namun bibirnya tersungging senyum tipis.

Nenek itu menggeleng lagi. Dengan sebelah tangan yang masih menggenggam erat jemari Nyx, tangan yang satu lagi terlihat meraba sesuatu didalam saku pakaiannya yang terlihat amat lusuh. Sempat diminta oleh Nyx agar berganti dengan pakaian rumah sakit saja, tapi si nenek bersi keras menolak dan memilih tetap mengenakan pakaiannya yang dinilai masih nyaman dikenakan.

Tak lama, nenek itu menengadahkan tangan yang tadi menggerayangi kantungnya. Sebuah kalung berbentuk bulan sabit dengan metahari di tengahnya, dengan rantai berwarna perak. Nyx bingung ketika kalung itu diangsurkan sang nenek padanya.

"Ini ...."

"Ambillah, segeralah pulang, nak. Dan ingatlah, apapun yang akan terjadi dalam hidupmu nantinya, terima dengan hati yang lapang. Percayalah bahagiamu akan lebih indah setelah kesakitanmu yang tak terkira. Jangan sampai hilang, jagalah selalu kalung ini seperti kamu menjaga nyawamu sendiri. Nada yang sempurna, melambangkan keindahan bulan dan matahari yang tiada tara."

Became A GeneralTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang