Shibuya, Tokyo
Cekrek... Cekrek... Cekrek...
Suara kamera berkali-kali berbunyi diiringi lampu kilat yang memenuhi ruangan membuat mata perih,namun sang gadis yang berada tepat didepan kamera itu tetap fokus pada pose-pose cantiknya.
"Sempurna,hari ini cukup. Beristirahatlah, Kairi!" ujar Ferdinand,fotografer berusia 35 tahun yang lahir di Eropa itu kini tengah meregangkan tubuhnya sambil berbicara pada kru yang lain termasuk pada modelnya.
"Bagaimana hasilnya?" gadis cantik bernama Kairi itu menghampiri Ferdinand.
"Sempurna," Ferdinand tersenyum bangga.
"Seperti biasa?" tanya Kairi diakhiri smirk.
Ferdinand pun ikut tersenyum miring mendengar rasa percaya diri Kairi yang selangit itu,"seperti biasa... Kau bisa pulang lebih awal,istirahatlah Kairi!"
Kairi tersenyum kemudian mengangguk,"nah,ayo kita pulang." Kairi dikejutkan dengan suara yang berasal dari pintu keluar.
"Cho!!" Kairi menghambur kepelukan Cho sambil berlari.
"Hei, hati-hati!!" Bentak Cho namun ia segera membalas pelukan Kairi.
Setelah beberapa detik Kairi melepas pelukannya,"sejak kapan kamu kemari?" tanya Kairi.
"Sepuluh menit yang lalu..."
"Hei,Cho... Hisasiburi!" sapa Ferdinand kemudian menjabat tangan Cho singkat.
"Hai... Bagaimana kabar keluargamu?" tanya Cho sekedar untuk basa-basi.
"Mereka semua baik,tumben mendadak?" tanya Ferdinand.
Cho melirik kearah Kairi,"tadinya ini kejutan sih,tapi aku sudah kehilangan niat ketika dijalan..."
Ketiganya tertawa ringan mendengar candaan Cho. Kemudian Kairi segera mengganti pakaiannya lalu pulang bersama Cho.
"Cho,aku lapar..." rengek Kairi manja saat keduanya berada didalam mobil menuju apartemen.
"Baiklah," kemudian Cho membelokkan mobil ke kawasan sebuah restoran yang cukup besar.
"Tapi aku ingin makan masakanmu..."
"Aku sedang malas,Kairi... Kita makan malam diluar saja," jawaban Cho sontak membuat Kairi cemberut sambil menghembuskan napas kesal. Pasalnya Cho selalu memasakkan makanan kesukaan Kairi ketika ia berkunjung ke Tokyo.
Akhirnya keduanya pun masuk kedalam restoran bernuansa eropa, pemilik restoran itu memang aslinya lahir di Prancis. Siapapun yang memasuki restoran itu akan langsung merasa nyaman, mengingatkan Cho pada mendiang sahabatnya yang meninggal duabelas tahun lalu. Mereka sering kemari ketika sedang malas memasak dirumah.
Kairi membuka kertas menu yang disediakan kemudian memanggil waitress,namun ketika waitress sampai dihadapan Kairi,dia terkejut,mulutnya terbuka sedikit tanpa berkedip.
"Saya ingin memes--" ucapan Kairi terhenti ketika melihat ekspresi waitress itu. Kemudian ia melihat kearah Cho,"apa ada yang salah denganku?" ucapnya lirih namun masih dapat didengar oleh Cho.
Cho hanya mengedikkan bahunya tidak tahu,kemudian bertanya,"sumimasen... Apa ada yang salah?"
"Ah! Gomen," waitress itu tersadar dari lamunannya,"apakah anda Kairi?" tanyanya kemudian dibalas anggukan oleh Kairi.
"Apakah ada masalah?" kini Cho yang bertanya.
"Tidak... Hanya saja, anak saya sangat mengidolakan anda, jika berkenan apakah saya boleh meminta tanda tangan anda?" ucap waitress itu pada Kairi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crush Isn't Human?
أدب المراهقينSatu sentuhan, satu ciuman, satu malam, satu kesalahan, dan puluhan kesempatan. Terimakasih, untuk kamu yang membuatku selalu berusaha. Terimakasih untuk kalian yang menerimaku. Terimakasih untuk kebahagiaan yang tidak pernah bosan menungguku. Teri...