"Hati-hati, Chan, Wen!" seru Malik melambaikan tangan ke arah mobil keluarga Chandra yang sudah menyala. Siap menjelajah dunia dari Malaysia.
"Bang, makasih udah nerima kita nginep di sini," ujar Chandra sekali lagi.
"Kayak sama siapa aja, santai aja Chan. Wen, kalau Chandra udah keliatan capek langsung suruh istirahat, ya? Dia kalau ambis suka gak sadar diri." Malik tergelak sembari memegangi perut.
Wendy mengangguk, menoleh pada suaminya sebentar lalu kembali menatap Malik. "Pasti, Bang. Doain kami selamat sampai nanti balik ke Indonesia lagi."
"Selalu," ujar Malik dengan senyuman. "Anak-anak, sampai jumpa ya! Nanti pulangnya kalau gak ada kendala lewat Malaysia lagi." Malik mengepalkan tangan ke udara, mengalihkan pandangan pada anak-anak Chandra di kursi belakang. Mereka mengangguk dari jendela mobil.
"Berangkat sekarang ya, Bang, Kak!" pamit Chandra pada Malik dan istri di sampingnya.
Begitulah pertemuan, selalu dibarengi dengan perpisahan. Namun, kali ini perpisahan yang disertai dengan doa dan hati riang. Meski sebentar menyambangi sahabat saat masih sekolah dulu, Chandra tidak akan melupakan bagaimana jasa Malik membantunya mengurus pengiriman mobil yang susahnya minta ampun itu.
Chandra menginjak pedal gas, membawa mobil itu menjauh dari kediaman Malik. Satu jengkal, dua jengkal, tiga jengkal, sampai bermeter-meter, sampai dia tidak bisa melihat sosok Malik dan rumahnya lagi. Yang berarti bahwa mulai saat ini Chandra tidak akan mengenal siapapun lagi. Semuanya akan menjadi pengalaman baru, bertemu dengan orang baru, menginjakkan kaki di tempat baru, begitu seterusnya sampai dia merasa cukup.
"Aku dengar semalam waktu Ayah sama Bang Malik ngobrol soal pengiriman mobil kayaknya seru banget, ya?" Sempat hening beberapa menit kini suara Wendy menjadi pusat perhatian Chandra dan kedua anaknya di belakang, sedangkan Nusa sudah terlentang bersama mimpinya.
Chandra kembali memfokuskan diri pada jalanan. Jalanan Malaysia ini membuatnya senang, sebab semua teratur. Saat ada lampu merah, tidak ada pengendara tak sabaran yang memencet klakson. Tidak ada pengendara yang ugal-ugalan. Informasi jalanan mudah ditemui, meskipun Chandra harus berpikir keras untuk memahaminya karena terkadang Bahasa Melayu dan Indonesia memiliki perbedaan arti yang cukup jauh.
"Oh, itu. Iya nih, Bun. Banyak drama di pelabuhannya, gak di Indonesia gak di Malaysia. Sama aja ada mafianya." Chandra tertawa pelan, meskipun dalam hatinya menjerit karena dia merugi banyak.
"Emang gimana gitu, Yah?" Renja bertanya dari belakang. Rupanya remaja itu diam-diam tertarik dengan obrolan orang tuanya itu.
Chandra melirik kaca spion lalu tersenyum lebar sampai gigi-giginya nampak. "Bener ternyata kata senior overlander yang lain. Lebih baik ngirim mobil dari Sarawak. Jadi kita ke Pontianak dulu, baru ke Sarawak. Nah, dari situ baru kirim ke Klang," jelas Chandra. Sebelum memulai trip, Chandra lebih dulu banyak mencari informasi dari para overlander asal Indonesia yang menjelajah dunia.
"Kok bisa gitu?" kini Wendy yang semakin penasaran.
"Ya, bisa. Soalnya langsung ke Malaysia tuh mahal, harus pake kontainer. Bisa sampe puluhan juta karena ada permainannya."
"Loh, kemaren kita habis berapa jadinya, Yah?" Wendy mulai awas. Karena sejak ke Malaysia dia tidak ikut campur mengurus mobil.
"Sekian, Bun. Lumayan buat biaya hidup kita sebulan di Indonesia. Malah ada sisanya banyak," jawab Chandra membuat sang istri diam hampir terserang stroke saking kagetnya.
"Emang gak bisa lewat Sumatera, Yah?" Rinjani mulai memberi perhatian. Obrolan ini sungguh menarik karena sampai membuat sang ibu bergeming.
Renja menyerobot. "Gak bisa, Rin. Setau Abang gak ada pelabuhan yang bisa bawa mobil pribadi gini. Ada juga motor katanya itu diangkat sama orang. Kebayang mobil kita yang gembrot ini dibawanya gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey Of Love
ФанфикThere is no sincerer love than the love of family. Chandra memiliki impian, keliling dunia bersama sang istri dan anak-anak lucu mereka. Hingga suatu hari setelah penantian sepuluh tahun, keluarga mereka mewujudkan mimpi itu. Bersama Wendy dan ketig...