Tak terasa kini Axelia telah berada di dalam tubuh Clarissa selama 8 bulan lamanya. Itu artinya juga ia telah terbaring lemah di rumah sakit selama 8 bulan. Saat ini, Gavin telah mengetahui bahwa temannya tengah bertransmigrasi. Ia mengetahui hal itu dari Gerry. Namun, sampai saat ini ia belum sempat untuk menemui Clarissa secara langsung. Mereka hanya bertemu lewat videocall saja. Gavin berencana akan menemui Clarissa satu minggu lagi, yaitu tanggal 27 Juli, hari yang sangat penting bagi Clarissa dan Airoz.
Hari ini adalah hari Minggu, hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh Clarissa dan semuanya. Hari ini ia tidak memiliki jadwal khusus untuk dilakukan. Clarissa hanya berbaring di tempat tidur sembari bermain handephone dan menikmati cemilan yang telah ia bawa dari dapurnya.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar. Clarissa memutar bola matanya malas. Siapa yang berani menganggunya di pagi yang cerah ini?
"Masuk aja gak dikunci kok!" Teriak Clarissa dari dalam kamar. Ia terlalu malas untuk membukakan pintu untuk orang itu.
Orang itu pun langsung membuka pintu kamar Clarissa dengan sangat hati-hati. Ternyata orang itu adalah Irna. Ia datang dengan mata yang sudah membengkak, karena habis menangis.
Clarissa yang melihat hal itu pun langsung beranjak dari kasur dan menghampiri Irna dengan cepat. "Ehh tan, kenapa? Ada masalah? Sini, sini duduk dulu!" Clarissa membawakan segelas air yang ia bawa tadi dan belum ia minum sama sekali.
Irna meminum air itu dengan keadaan yang masih sesenggukan.
Clarissa mengusap-usap punggung Irna, berusaha untuk menenangkannya. "Kenapa, tan? Sini cerita sama keponakanmu yang cantik ini!"
"I-itu hiks–" Irna tidak melanjutkan ucapannya. Ia terus saja menangis di dalam pelukkan Clarissa.
Ya Allah ini emak-emak satu, kenapa? Aku cape ngadepin masalah terus Ya Allah. Aku ingin istirahat. Ini hari Minggu Ya Allah. Harusnya aku berbaring dan menikmati secangkir kopi di balkon sana. Tapi ini? Ah sudahlah. Batin Clarissa.
"Tan, kenapa? Ayo cerita pelan-pelan!" titah Clarissa dengan lembut.
"D-dari kemarin tante gak hiks dapet kabar dari hiks papanya Regan hiks," ucap Irna di sela tangisnya.
Clarissa menepuk jidatnya tak percaya. Ya Allah ni emak-emak udah kayak anak puber. Gitu doang pake acara nangis segala. Gue aja yang gak pernah dapet kabar dari jodoh gue biasa aja tuh.
"Ya Allah, tan, gak usah segininya juga kali! Mungkin papanya si Regan lagi sibuk. Dia, pengusaha besar, tan."
"Beneran, kan dia lagi sibuk? Dia gak selingkuh, kan?" tanya Irna kepada Clarissa.
"Enggak, tan. Mana mungkin dia berani ninggalin tante aku yang cantiknya kayak Malaikat gini."
Njim jijik banget kayak malaikat. Jijik Clarissa di dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Not Clarissa
FantasyIni akan menceritakan tentang seorang gadis yang sedikit tomboy bertransmigrasi ke dalam raga seorang gadis feminim dan dikenal sebagai seorang pembully oleh teman-temannya. Enggak pinter bikin deskripsi kayak gini:( Saya malas revisi ya gaess ya WA...