Story of Kevin Andrean

495 9 0
                                    


"Tak apa jika kau membenciku, bukankah dengan begitu artinya kau selalu menyisakan suatu tempat khusus dilubuk hatimu untuk memikirkanku" -

A/N: Keseluruhan cerita diambil dari sudut pandang Samudra.

Kak Kevin bertahanlah...
Aku terus mengucapkan itu lagi dan lagi sambil mencengram lenganku sendiri menghiraukan rasa kebas yang sekarang sudah mulai menjalar dikedua lenganku itu, berharap dengan melakukan itu dapat membuatku sedikit merasa lebih baik, walaupun sepertinya itu sama sekali tak berpanguh apa apa padaku.
Rasa bersalah dan kecewa pada diri sendiri sudah terlanjur merasukiku, mempengaruhi seluruh sistim syarafku, dan membuatku berkeringat dingin saat ini, kalau aku boleh memilih, aku ingin pingsan saja, tetapi sepertinya Tuhan tak mengizinkan tubuhku untuk melakukan itu, karena satu satunya hal yang kulakukan dari tadi hanya berdiri membeku didepan pintu ICU ini menunggu team dokter yang berada didalam ruangan itu bersama kakakku membuka pintu itu dan memberitahu bahwa kakakku baik baik saja, karena dia memang harus baik baik saja! Demi Tuhan kalau sampai Kak Kevin kenapa napa, Aku benar benar akan membenci diriku sendiri! Akulah orang paling pantas untuk dipersalahkan disini, karena sudah memukulnya...
Karena sudah membencinya... membenci kakakku sendiri...
Aku merasakan bahwa seseorang meremas bahuku pelan, tetapi tubuhku terlalu kaku, bahkan hanya untuk sekedar menoleh.
"Kamu tahu Sam, Kevin... Dia selalu menyayangimu," itu suara Lunar, sahabatku dari kecil, gadis yang kusukai sejak aku mengenal apa itu yang namanya cinta, sekaligus alasan utama kenapa aku sangat memusuhi kakakku. "Bahkan setelah semuanya, kamu tetaplah adik kebangaanya..."
Air mataku mengalir begitu saja, aku tidak mau dicap orang sebagai lelaki cengeng, tetapi untuk kali ini saja... tidakkah aku bisa menangis? Ini terlalu berat, dan aku hanyalah anak laki laki delapan belas tahun yang bahkan masih harus dibangunkan oleh ibuku untuk berangkat kesekolah... Aku menoleh pada Lunar, dan dengan pandangan kabur oleh air mata aku dapat melihat bahwa dia terlihat tegar saat ini -tak ada air mata, walaupun aku dapat melihat air mukanya mengeras, tetapi kupastikan bahwa wajahnya kering saat ini, entahlah, apakah karena dia sudah terlalu sering menangis sehingga sudah siap untuk saat seperti ini, atau karena dia tidak ingin kakakku melihatnya dengan mata bengkak begitu siuman.
Aku mungkin membenci Kak Kevin, tetapi tentu saja aku tahu kakakku. Kak Kevin adalah orang yang paling tidak tahan meliat air mata... katanya itu akan membuatnya melelemah... dan demi tuhan, sekarang aku menangis...
Aku mengusap kasar kedua mataku, menghiraukan bahwa kemungkinan besar hal itu dapat membuat kedua mataku lecet, lalu kembali menatap pintu ICU yang memuat kakakku didalamnya itu dengan fokus penuh. Dan ketika aku menutup mata untuk sekedar menata perasaanku yang benar benar bercampur aduk tak jelas saat ini, semua ingatan tentang kelakuan burukku pada Kak Kevin selama dua tahun belakangan ini mulai berpusar dikepalaku satu persatu, seperti filem yang diputar menggunakan proyektor oleh seseorang...
FLASHBACK
Tujuh bulan yang lalu
"Sam! Selamat ulangtahun!" Teriak Kak Kevin penuh semangat dengan senyum lebar yang sangat kusukai, dulu. Entahlah, bagiku senyum itu terlihat begitu pas dengan figure Kak Kevin, terliat begitu menenangkan sekaligus melindungi. Jika bisa kugambarkan dengan kata kata, maka senyum itu... -apa ya- dapat membuatku merasa dirumah...
Tetapi bukankah sudah kubilang kalau itu dulu, ketika kami masih sering berkumpul berdua, kertika kedua orangtua masih lebih adil terhadap kami berdua. Sekarang...? Sekarang Aku membenci orang yang berdiri dihadapkanku -yang tersenyum- padaku ini.
Aku benar benar membencinya! Karena dia selalu mendapatkan perhatian yang lebih besar dari ayah dan ibu. Bahkan ketika dia tak melakukan apapun yang berarti, ayah dan ibu masih akan terus memujinya, sementara aku... apa? Aku memenagkan sabuk hitam karate, tapi bahkan tak satupun diantara ayah dan ibuku yang datang keacara ku untuk menyaksikan kemenanganku.
Oh... Jangankan itu, bahkan, hari ini saja -yang mana adalah hari paling bersejarah sepanjang hidupuku- tak seorangpun yang mengucapkan salamat ulang tahun padaku -kecuali pemuda yang berdiri dihadapannku ini..., dan aku sama sekali tidak mengharapkan ucapan selamat darinya!
Aku menepis kasar kue ulang tahun itu, lalu berlalu kekamarku, dan membanting pintu sekeras mungkin. Walaupun sebenarnya dalam hati sempat tergoda untuk mencicipinya untuk sepersekian detik, tetapi kemudian aku langsung menenkankan bahwa aku membenci pemuda yang notabanenya adala kakakku itu, dan aku tak akan menerima apapun darinya!
FLASHBACK OFF
Hrari ini aku tahu dari Lunar bahwa hari dimana aku memenangkan sabuk hitamku waktu itu -dimana tak seorangpun datang untuk mendukungku- adalah hari dimana Kak Kevin menerima vonis bahwa dirinya mengidap penyakit Leukimia atau kangker darah putih, namun walaupun begitu dia masih menyempatkan diri untuk mengucapkan selamat padaku ketika aku sampai dirumah, yang mana malah kubalas dengan teriakan kecewa...
Aku telah berdosa... Aku tahu... dan jika Tuhan mengizinkan, aku benar benar ingin memperbaikinya...
Ketika aku menepis kue ulang tahun yang dia berikan waktu itu -dimana kedua orang tuaku bahkan tak mengucapkan selamat padaku- ternyata sebelumnya Kak Kevin dari rumah sakit, untuk memeriksa keadaanya, dan hari itu adalah hari diamana dia mengetahui bahwa keadaanya sudah tidak bisa ditolong lagi... Namun dia menutupinya dengan senyum didepanku... Terkadang aku heran sendiri, apakah hati kakakku itu terbuat dari emas? Atau berlian? Bagiaman dia bisa semulia itu...?! Bahkan pahlawan super sekalipun punya saat dimana dia merasa begitu rapuh dan butuh sandaran, tetapi Kak Kevin? Dia bahkan masih bisa tersenyum setelah menerima vonis dokter.
"Kenapa tak ada yang memberitahuku, kamu.., Ayah...? Ibu?! Kenapa kalian menyembunyikan ini dariku?!" kataku dengan nada putus asa, berusaha mencari seseorang yang bisa disalahkan atas kelakuan burukku pada Kak Kevin selama ini, namun pada akhirnya aku akan kembali lagi pada titik dimana satu satunya orang yang pantas dipersalahkan disini adalah diriku sendiri, karena begitu iri pada perhatian yang diberikan oleh semua orang pada Kak Kevin, karena iri pada prestasi perstasi yang diraih oleh Kak Kevin, sementara aku hanyala seorang berandal sekola yang hanya tahu satu hal, berkelahi. Marah karena bahkan satu satunya gadis yang berani kukecam sebeagi milikku, lebih memilih Kak Kevin ketimbang aku....
"Kevin melarangku Sam, sungguh, aku sudah berkali kali ingin memberitahumu, tetapi dia selalu menghentikanku...," jawam Lunar nyaris berbisik, menatapku dalam dalam, menampakkan kesungguh sungguhan didalamnya "Dia selalu mengancam akan berenti meminum obatnya kalau aku melakukan itu, kau sangat berharga baginya, dia tidak ingin kau terluka..."
Aku mendengus, ya benar benar terdengar seperti Kevin Andrean untukku. Kevin andrean yang selalu menjaga perasaan orang lain, Kevin Andrean yang bahkan untuk melukai semutpu spertinya tak akan mampu, Kevin Andrean yang selalu tersenyum ramah padaku, yang selalu melindungiku dengan caranya sendiri.
"Bukankah-bukankah... jika aku mengetahuinya seperti ini akan terasa lebih menyakitkan untukku? Dia selalu mengatakan bahwa dia sangat menyayagiku, tetapi kenapa aku menjadi orang yang terakhir mengetahui bahwa dia menderita Leukimia akut??!!! Kenapa? Apakah itu yang disebut melindungiku? Terima kasih kalau begitu, karena aku sama sekali tidak merasa terlndungi disini!!!" Air mataku kembali mengalir. Mungkin jika aku mengetahui ini dari awal, aku tak akan pernah tega untuk membenci kakakku itu, namun kenapa dia membuatku berada diposisi ini...? Membuat dirinya sendiri berada diposisi ini?
Kenapa dia mau membuat dirinya sendiri dibenci olehkku untuk alasan yang bahkan bukanlah salahnya sama sekali...
Kak Kevin aku mohon... Aku benar benar ingin memperbaiki semuannya... Bertahanlah... Kau harus sembuh, dan kita mulai semuanya dari awal... Aku kembali membatin.
FLASHBACK
Satu bulan yang lalu
"Sam!" Itu suara ayahku. Belasan tahun tinggal dibawah atap yangsama tentu saja membuatku mengenali suara ayahku sendiri, juga nada bicaranya, dan dapatku pastikan bahwa nada bicara ayah pada saat ini bukanlah nada bicara yang baik. Aku tahu ayah akan meledak mara sebentar lagi, apalagi jika melihat semua lebam lebam yang ada ditubuhku
"Apa yang kau lakukan pada tubuhmu?!" Ujar Ayahku lagi, menanatpku dengan tatapan yang sangat tidak kusukai, menghakimi. "Jawab ayah Samudra!" Aku mendengus ketika melihat Kak Kevin berdiri dibelakang Ayahku -menatapku- dengan kening berkerut, entah kenapa melihatnya menatapku dengan tatapan cemas begitu malah membuatku semakin tersulut emosi.
Dialah alasan kenapa aku bisa pulang malam dan babak belur begini, karena dia menyatakan cintanya pada Lunar dan Lunar langsung menerimanya, maka aku melampiaskan kemarahanku dengan menantang sekelompok pereman jalanan untuk berkelahi dan berakhir dengan dipukuli hingga babak belur begini.
"Apa peduli ayah, bukankah anak ayah cuma Kak Kevin saja? Kenapa masih mengurusiku?!" kataku ketus. Aku tahu kata kataku salah, dan aku tida seharusnya berkata begitu pada ayahku, tetapi entahlah, aku tak bisa menahan mulutku.
"APA?!" ujar ayahku
"Samudra!" tegur Ibuku.
Aku menghela nafas, lalu kemudian memandang melewati bahu ayahku -kearah Kak Kevin tepatnya- dengan tatapan tajam menusuk terbaik yang kumiliki, sebelum akhirnya kembali buka suara "Sudahlah, aku lelah, aku ingin istirahat,"
"Samudra!" Bentak ayahku
"Ku mohon ayah, lidahku tajam, dan aku tidak ingin menykiti perasaan ayah, jika aku terus berada disini, aku takut aku akan kembali kelepasan bicara" kataku lalu berlalu, menghiraukan teriakan yang dilontarkan oleh ayah dan ibuku, langsung mengurung diri dikamarku.
0-0-0
Satu jam sepertinya sudah berlalu, dan tiba tiba aku mendengar seseorang mengetuk pintu kamarku. Aku tentu saja tahu siapa pelakunya, hanya dialah yang mengetuk pintu kamarku dengan cara berirama begitu selama bertahun tahun belakangan ini
Aku memutar bola mata malas, namun kemudian akhirnya membuka pintu itu juga -walaupun aku selalu bilang bahwa aku membencinya, dan sangat membencinya, tak dapat kupungkiri, bahwa rasa saling meiliki yang telah kurasakan selama bertahun tahun ini tetap mempengaruhi dalam detil detil kecil seperti ini
"Apa?" kataku ketus
"Kakak boleh masuk?"
Aku mendengus, tetapi bergeser juga untuk member jalan padanya. Kak Kevin mendudukan dirinya diatas kasurku, lalu tersenyum ketika melihat pigura photo yang kuletakan diatas meja belajarku -photo yang memuat aku, Kak Kevin dan Lunar didalmnya.
"Apa?" ulangku sekali lagi. Aku benar benar tidak berniat untuk berada satu ruangan dengannya sekarang.
"Kamu tidak seharusnya bersikap seperti itu pada ayah kamu tau?" katanya
"Yah, dan itu disebabkan oleh seseorang," kataku meggumam, berusaha agar masih cukup jelas untuk didengan oleh kakakku itu "Kakak tidak tahu alasan kenapa kamu begitu membenci kakak Sam, tetapi... kakak mohon, kalau kamu memang mau membenci seseorang, cukup benci kakak saja, jangan benci orang lain juga," katanya
Aku terdiam. Kak Kevin juga terdiam
"Kenapa?"kataku pada akirnya "Kenapa kamu masih saja baik padaku padahal aku sudah terang terangan membencimu?"Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutku.
Kak Kevin tersenyum dengan senyum menenangkan yang sama seperti yang selalu dia lakukan "Karena, tak apa jika kamu memang memang membenci kakak, bukankah dengan begitu artinya kamu menyisakan satu ruang kusus didalam kepalamu untuk terus memikirkan kakak, kan?"
FLASHBACK OFF
"Lunar... Bagaimana Kevin?" Aku menoleh ketika mendengar suara familiar itu menyapa telingaku, dan ketika aku melakukanya mataku langsung bertatapan dengan manic mata ibuk yang saat ini tengah berkabut tertupi oleh rasa cemas dan juga kaget, cemas dengan keadaan Kak Kevin, dan keget, karena mungkinmelihatku berdiri didepan ruang ICU ini.
"Sam?" ujar ibuku
"Ibu..." kataku langsung menhambur kedalam pelukan ibuku dan kemudian terisak "Ini semua salahku bu, aku memukul Kak Kevin, tanpa tahu bahwa apa yang kulakukan dapat membuatnya seperti ini, aku menyesal sungguh... aku tidak tahu kalau semuanya akn jad begini... Aku terlalu larut dalam kebencianku sendiri, sehingga kebencian itu mengubahku menjadi sosok yang tidak kukenal..."
Ibu mengusap kepalaku, mencoba untuk menenangkannku "Bukan salahmu sepenunya Samudra, kakakmu... kakakmu memang tak pernah ingin kau tahu bahwa dia sedang sakit, dia sangat menyanyagimu,"
"Aku tahu.... Dan itu membuatku benar benar membenci diriku sendiri! Karena sudah berani membenci orang sebaik dan sehebat Kak Kevin..."
Pintu ICU tiba tiba terbuka, dan seorang dokter paruh baya berjalan keluar melewati pintu itu dengan wajah serius.
Hatiku berdebar -gugup, mungkin... atau lebih tepatnya, takut...
FLASHBACK
Dua belas jam yang lalu
"Kamu masih belum mau menyapa kakakmu?" Kata Lunar sebal, mendelik padaku.
"Lunar, kalau kamu hanya mau menganggu makan siangku dengan obrolan tak bermutu seperti itu, lebih baik tak usah bicara! Karena percuma, aku juga tak mau mendengarnya!" kataku
"Kevin menyayangimu Sam, asal kau tahu!"
"Berhenti membicarakn dia kubilang!" kataku setngah membentak. Lunar terdiam, begitu juga aku, aku tak pernah membentak gadis itu sebelumnya, dan sekarang aku membentaknay kerana Kak Kevin?!
Suasana menjadi aneh setelahnya, jadi aku memutuskan bahwa akan lebih baik untuk kami berdua klau aku minta maaf lebih dahulu "Lunar, aku tak bermaksud membentakmu,"
Gadis itu menghela nafas lalu kemudian berujar "Lupakan, temani aku ketoko buku siang ini,"
"Baiklah," kataku tersenyum "Nah, sekarang biarkan aku menghabiskan makanannku yang tuan putri," kataku, yang malah membuatnya memukulku dengan buku.
0-0-0
'Maaf Sam, aku pergi dengan Kevin jadinya,' Aku mengeram pelan ketika membaca pesa itu untuk entah yang keberapa kalinya sejak sepuluh menit yang lalu. Lagi lagi Kak Kevin, semua orang pasti akan selalu memilih Kak Kevin ketimbang aku!
Kak Kevin yang sopan, Kak Kevin yang pintar, Kak Kevin yang ramah... Bahkan orang di sekolah ini mengenalku sebagai adik dari seorang Kevin Andrean, bukanlah sebagai Samudra Agusta! Aku tahu jika dibandingkan dengan Kak Kevin prestasiku bukanlah apa apa, tetapi tidak bisakah setidaknya orang berhenti membanding bandingkan aku dengan kakakku?! Karena asal tahu saja itu agak menyebalkan sebenarnya!
0-0-0
Tiga jam yang lalu
"Menyenagkan? Kalian dari mana saja?"tanyaku dnegan nada sinis yang sama sekali tak repot repot kusembunyikan.
"Sam...." Kata Kak Kevin membuatku muak.
"Berhenti memanggil namaku dnegan nada sok lugu begitu! Aku membencimu! Dan semua yang ada pada dirimu! Berhenti bersikap baik padaku, berhenti berpura pura bahwa kamu adala kakak yang baik untukku sementara dari belakang kamu menikamku!"
"Apa maksudmu?"
"Aku sudah menyukai Lunar sejak lima tahun yang lalu, dan aku menunggunya, lalu tiba tiba kamu datang, menyatakan perasaanmu padanya, dan merusak semuannya! Aku masih berusaha baik baik saja setelah itu, tetapi sekarang, aku bahkan tak punya waktu barang sedikitmpun dengannya karena seluruh perhatinya sudah berhasil kamu ambil! Selamat! Kamu berhasil merebut apa yang seharusnya menjadi milik adikmu!"
Aku tahu kata kataku keterlaluan, tetapi aku bukanlah tipikal orang yang akan memikirkan perasaan orang lain jika emosiku sudah tersulut, dan ini adalah salah satu moment dimana hal itu terjadi.
"Samudra... Bersabarlah, pada saatnya kamu akan mendapatkan apa yang kamu inginkan," kata Kak Kevin padakumasih setenang biasanya. Membuatku merasa bahwa dia mengejekku dalam diam, sehingga akhirya aku memukulnya.
FLASHBACK OFF
"Kevin sudah stabil untuk saat ini, saya akan menyuruh perawat untuk memindahkannya keruang rawat, tapi kali ini dia benar benar harus dirawat pak, buk,"
Ayahku mengangguk "Saya akan mengurus aminitstrasinya,"
0-0-0
Lima jam kemudian....
"Kevin sadar!" panggil Lunar antusias lalu menoleh kebelakang untuk memastikan semua orang di kamar inap itu mendengarnya, aku melompat bangun dari posisi setengah tidurku, dan langsung menghampiri ranjang rumah sakit dalam waktu setengah detik.
"S-samudra?" Ujar Kak Kevin parau ketika melihatku.
Aku menatapnya, dan demi tuhan satu satunya hal yang ingin kulakukan saat ini adalah menangis, tetapi karena sebelumnya Ibu dan Lunar sudah melarangku utnuk melakukannya maka aku berusaha sekeras mungin untuk menahan air mataku agar tidak jatuh
"Kenapa kakak tak pernah memebritahuku," kataku lilirh "Bahwa semua orang memperlakukan kakak secara special karena kakak menderita kangker ini?" "Kalau aku tahu dari awal, aku tak akan mungin memukul kakak kan? Kak, jantungku hampir berhenti ketika melihat kakak tergeletak begitu saja setelah kupukul..."
"Kalau kakak memberitaumu Sam, lalu kamu akan apa? Ikut ikutan mengasihani kakak kan? Kakak tak butuh rasa kasihan, itu membuat kakak merasa lemah Samudra, dan Kakak tidak ingin merasakan itu!"
"Tapi... Tapi... Maafkan aku kak, aku... bahkan ketika aku mengatakan bahwa aku membenci kakak, aku berbohong, aku mencoba keras untuk itu, tetapi pada akirnya aku pasti akan kembali lagi ketitik dimana aku tak akan sanggup untuk melakuknanya..."
Diam untuk beberapa saat.
"Jadi... Kita baik baik saja sekarang?" tanya Kak Kevin lagi.
"Ya, ayo mulai lagi semuanya dari awal," kataku kemudian tersenyum. Senyum pertamaku pada Kevin kakakku dalam dua tahun terakhir ini.
0-0-0
Satu bulan kemudian:
"Lunar," Aku mendengar suara Kak Kevin memanggil nama Lunar. Aku masih tetap menyimpan perasaanku pada Lunar sampai saat ini, namun, entahlah sejak insiden satu bulan yang lalu, sepertinya jika Lunar berada di dekapan Kak Kevin, kurasa aku akan baik baik saja.
"Ya?" Itu suara Lunar.
"Kalau aku nati sudah tidak bisa menjaga Sam, kamu mau kan menjaganya untukku," Keningku berkerut. Apa maksudnya dia berkata begitu. Dia akan sembuh! Dia harus sembuh, masih banyak hal yang ingin kulakukan dengannya untuk menebus waktu waktu yang telah hilang dua tahun sebelumnnya.
"Apa maksudmu Kevin?!"
"Tidak! Hanya saja, jika aku sudah tidak ada disisinya untuk mengawasinya, kamu mau kan mengawasinya untukku? Memastikan bahwa dia makan dengan baik, tidur dengan cukup, tidak terlalu bersedih akan kepergianku, dan membingnya untuk mengapai cita citannya,"
"Aku tidak mau!" jawab Lunar "Sembuhlah, dan pastikan itu sendiri!"
"Ayolah, kita berdua sama sama tahu bahwa tak ada harapan untukku," Kak Kevin terekeh kecil sementara air mukaku mengeras. Bagaimana mungkin dia bisa berbicara mengenai kematiannya dengan nada seringan itu? Seperti hanya membicarakan apa ramalan cuaca untuk esok hari....
"Berjanjilah Lunar..."
"Tidak! Kau akan baik baik saja! Jangan buat aku membenarkan kenyataan yang tidak ingin kuterima!"
"Lunar...,"
"Baiklah, kamu memang benar benar menyayagi Samudra ya?"
"Tentu saja ! Orang hanya salah paham tentang Samudra, dia anak yang baik, bahkan walaupun terkadang dia sangat kasar, tapi bagiku dia seperti kaca, bening... mudah dibaca, sekaligus mudah pecah, jadi kau harus benar benar menjagannya. Sebagian besar orang selalu membandingkanku dengannya, tapi kami bukanlah orang yang bisa dibandingkan, dia punya bakatnya sendiri, dan aku juga puny bakatku sendiri....aku dan Sam, walaupun kami adalah adik kakak, adalah dua individu yang berbeda, orang hanya tidak mengerti akan itu,"
Lunar menghela nafas, namun memilh untuk tak mengucapkan apa-apa.
0-0-0
Kak Kevin terlihat sangat lain hari ini, selain muknya yangkurus dan pucat, dia juag terlihat bercahaya bagiku, entah ini hanya aku atau bagai mana, tetapi aku punya firasat buruk tentang ini. Apalagi saat dia menolak semua aktivitas luar yang biasanya selalu dengan terlalu antusian terimanya.
"Berentilah membolos demi kakak Sam," kata Kevin.
"Aku ingin menghabiskan waktu degan kakak," jawabku kemudian.
"Ya, tetai tidak dengan begini, menelantarkan sekolahmu demi kakak bukanlah hal yang patut dibanggakan kamu tau? Nilaimu kata Ibu menurun belakangan karena kamu jarang datang," Aku diam saja "Belajarlah dengan rajin, jadi suatu hari nanti kamu bisa menunjukan pada kakak bahwa kau dapat membantu banya orang, lalu pada hari itu kakak akan tersenyum bangga padamu," "Kakak menyayangimu Samudra"
"Aku juga," "Apa kakak ingin melakukan sesuatu hari ini?"
Kak Kevin menggeleng " Kakak hanya ingin berada dirumah, dan menghabiskan hari ini dengan adik kebanggaaan kakak..." katanya. Namun kemudian mengeram pelan, dan saat itu aku sadar bahwa dia sedang mengalamai serangan lagi. Aku sudaj akan berdiri untuk meraih obatnya, ketika tangan kurus pucat itu menghentikanku "Tetaplah disini Samudra! Kakak kedinginan," katanya tersendat sendat.
Aku menggenggam tanganya erat, lalu entah dapat keberaian dari mana berkata "Aku disini!" Firasatku bertambah buruk, entah kenapa aku merasa bahwa ini adalah saatnya.
"Kamu adalah adik kebanggaanku," katanya lagi mencoba tersenyum namun gagal, dan hanya membuatnay terliat seperti sedang meringis kesakitan.
"Karena kamu bangga untuk menjadi dirimu sendiri, untuk tampil dalam kubumu sendiri, tak mempedulikan apa kata orang, tak pernah mencba untuk menjadi pengikut, dan selalu berusaha untuk menjadi pemimpin... aku bangga padamu,"
"Sam..." kata kak Kevin kemudian "Kakak lelah... kejarlah cita citamu, mengerti" Dia berbicara sangat tida jelas, apa maksudnya dengan lelah, aku juga tidak tahu, apakah dia ingin istirahat, atau...
Air mataku mengenang, tapi aku menahanya, karena aku tak mau Kak Kevin melihatnya. Kak Kevin kemudian perlahan mulai menutup matanya, terlihat begitu damai, seperti orang yang sedang tertidur dengan mimpi indah... hanya saja... dia tak pernah lagi membuka matanya sejak saat itu.
0-0-0
Tujuh Tahun Kemudian
"Om Dokter!" Teriak seorang anak kecil kira kira berumur delapan tahun datang menghampiriku dengan mata bengkak seperti habis menangis. Aku tersenyum padanya lalu meraih gadis kecil itu kepangkuanku
"Mia kenapa menangis?" tanyaku kemudian
"Om doketr bisa sembuhkan Kak Bintang kan?" kata Mia dengan lugunya "Mia tida mau melihat Kak Bintang kesakitan," Bintang adalah pasienku, anak berumur dua belas tahun itu juga mendrita penyakit yang sama dengan Kak Kevin -Leukimia. Dan gadis kecil yang berada di pangkuanku saat ini adalah adik dari anak itu.
Aku menepati janjiku pada Kak Kevin tujuh tahun yang lalu, bahwa aku akan melakukan sesuatu yang beguna dalam hidupku, dan setelah kepergian Kak Kevin, aku belajar keras untuk menjadi dokter. Jika ada pepatah yang bilang 'belajar sampai mimisan' maka aku benar benar melakukannya! Dan apa yang kulakukan tak pernah sia sia, akuberhasil lulus kuliah kedokteran pada umur duapuluh dua tahun, lalu memgambil Spesialis sampai tahun lalu.
"Om dokter akan berusaha yang terbaik untuk Kak Bintang, jadi Mia jangan nangis lagi ya?" kataku.
Kak Kevin, aku dokter sekarang, aku menepati janjiku kan, kakak bangga padaku?
Angin berhemus pada salah satu jendela yang terletak didekatku, dan aku mendapat firasat bahwa Kak Kevin baru saja bicaa padaku lewat angin
Tentu saja, kau akan tetap menjadi adik kebanggaanku Sam,
FIN

Story Of Kevin AndreanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang