-{01}

52 8 1
                                    

"Eh, res, lu kelas mana?" kata Cakra matanya menelusuri mading sekolah.

Hari ini tahun ajaran baru, tahun kedua sekolah menengah atas, sekolah mereka memiliki sistem rotasi kelas setiap tahun ajaran baru, yang tentunya menurut para siswa adalah sistem yang menjengkelkan karena artinya jika mereka kurang beruntung setiap tahun mereka harus kembali mencoba beradaptasi dengan orang baru.

"Kelas 11 IPA 1."

"GILA! Lo sekelas Juan lagi dong res?!" celetuk Dean. Cakra dan Ares yang disebelahnya tidak menggubris, mereka sudah terbiasa, hasil dari berteman sejak kelas sepuluh.

"Kenapa kalo Ares sekelas gue?" Juan yang baru saja datang menimpali obrolan mereka.

"Elo kan sumber contekan kita Ju, pake nanya lagi lo."

Juanandra ketawa, mengusap kepala Ares kemudian dengan santai melingkarkan lengan pada bahu yang lebih kecil. Ares reflek menyentuh telinga, kegiatan yang dilewatkan Cakra dan Dean yang sibuk mengolok satu sama lain pun Juan yang sibuk menengahi keduanya.

"Bodo amat dah," lanjut Dean.
"Padahal gue udah pede bisa lolos SNMPTN kalo tiga tahun berturut sekelas sama Juan, ada back up tiap ujian soalnya."

"Emang isi kepala lo gak ada benernya."

Itu Cakra yang berbicara,Dean memandang Ares, meminta pembelaan tapi yang bersangkutan malah kelihatan melamun, mukanya merah.

"Muka lu kenapa merah Res? Masih pagi harusnya belum panas2 banget buat lu atau lu belum sarapan ya?"

"Hubungannya muka merah sama belum sarapan apaan dah gue tanya?" ujar Cakra.

Juan ikut pandangi Ares, wajahnya betulan merah. Mungkin anak laki-laki yang dia rangkul ini benar sedang tidak enak badan, batinnya. Maka dia lepas rangkulannya kemudian tempelkan punggung tangan pada dahi Ares.

"Badan lo gak panas kok, tapi muka lo kenapa me-"

"Bangsat!" umpat Ares, kaget.

"Buk Risna, anak kesayangan ibu ngomong kasar nih," ledek Cakra.

"Kenapa sih lo Nat?"

Nata, kawannya yang lain, yang baru tiba menepis tangan Juan yang tadinya masih menempel pada dahi Ares.

"Canda doang elah, kayak gak biasa gue kagetin aja lu Ju."

Nata menampilkan senyum jahil. Mungkin Cakra, Dean, pun Ares akan memaklumi perbuatan Nata, menganggapnya sebagai salah satu tindakan jahil seperti yang biasa Nata lakukan.

Tapi Juan tahu, tindakan Nata lebih dari sekedar ingin menjahili Juan. Juanandra tahu. Dia pandang Nata tajam, yang dipandang menantang balik, seperti saling memperingatkan entah soal apa.

"Juan, kelas yuk," Ares berujar santai, seolah persoalan mukanya yang memerah tidak pernah terjadi.

"Kita deluan ya."

Juan sedikit melirik Nata sebelum menyusul Ares yang sudah berjalan beberapa langkah lebih dulu.

"Hati-hati Juanandra. Kalo kesandung belum tentu bisa bangkit lagi," celetuk Nata, lagi-lagi dengan nada seolah meledek.

"Gue selalu hati-hati Nat. Lo gak perlu khawatir."

Juan melambaikan tangan pada Nata yang Nata tanggapi dengan helaan nafas. Tanpa keduanya sadari ada Dean yang menyadari gelagat aneh, kedua kawannya pada pagi itu.

---
TBC.

• Jihoon sebagai Nata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Jihoon sebagai Nata

• Doyoung sebagai Dean

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


• Doyoung sebagai Dean

• Doyoung sebagai Dean

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Yedam sebagai Cakra

Lengkara || JaesahiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang