Menurut orang-orang Juanandra punya daya pikat tidak tertepis di sekujur tubuh, wajah yang penuh kasih, mata yang penuh ingin tahu, suara yang penuh penyambutan. Juanandra bisa menyelesaikan tumpukan buku kumpulan soal SBMPTN yang kemungkinan baru akan mereka sentuh mendekati semester akhir kelas dua belas.
Tapi Juanandra yang hampir sempurna punya rahasia di tiap lakonnya. Menukar jati dirinya dengan seribu topeng supaya orang-orang merasa bahwa dia berharga dan pantas dijaga dengan sejuta cara.
Juanandra yang katanya hampir sempurna cuma anak laki-laki biasa yang sedang jatuh cinta. Juanandra punya rahasia; dia mencintai Nareswara Syailendra. Dia anak laki-laki biasa yang jatuh cinta pada anak laki-laki lain. Juanandra jelas mengerti dunia tidak boleh tahu. Tapi Nareswara selalu membuatnya berani tanpa perlu memikirkan dunia akan bilang apa.
"Berdua doang? Lo berdua selalu sepaket ya," ujar seorang siswa ketika Juan dan Ares memasuki kelas baru mereka.
"Kalo lo mau jadi yang ketiga, gue sih ayo aja," celetuk Ares.
"Enteng amat," Juan meraih ransel di genggaman Ares, melempar benda itu ke atas meja yang letaknya tepat di depan meja guru sebelum melempar miliknya juga.
Juan keliatan gak mau ambil pusing ketika temen-temen lainnya keliatan jelas memandang iri kepada Ares yang berjalan santai untuk duduk lebih dulu.
"Lo gak bisa baca situasi ya? Gak liat itu anak-anak sekelas udah kayak mau masukkin gue ke kandang harimau."
Dahi pemuda Syailendra mengerut sebelum melanjutkan. "Lo udah sarapan belom? Gue laper nih."
Juan gak bisa gak ketawa.
"Udahlah, lo kayak gak tau nyokap gue ahli gizi aja, dari jam enam pagi udah dikasi ilmu cuma-cuma kalo sa-"
"Sarapan bisa mengurangi kemungkinan kena diabetes tipe 2." Ares menimpali.
"Sampe lo juga hafal." Juan menanggapi sambil mengeluarkan sebuah bekal lalu santai mengucapkan "nih, sarapan titipan mama mertua lo, diabisin ya biar gak kena diabetes tipe 2."
Suara keras obrolan siswa lain di sekitar mereka untungnya bisa menyamarkan dentuman di dada Nareswara. Yang Nareswara tidak tahu, dentuman itu bersambut dengan milik Juanandra.
"Dimakan Nareswara, sepuluh menit lagi kita baris," kata Juanandra di tengah suara deg-deg yang berusaha Nareswara samarkan. "Nanti kalo mertua lo ngambek, gak dikasi restu buat jadi pendamping anaknya."
"Iya, makasih, gue akan berusaha sebisa mungkin buat mempertahankan kedudukan di daftar calon suami masa depan dek Aliera."
Ucapan Nareswara segera dihadiahi sentilan pada dahi.
"Adek gue kebagusan buat lo," cecar Juan
"Gue juga kebagusan kalo buat lo," balas Nareswara.
"Keceplosan kan tuh, pengen jadi pendamping hidup gue."
Juan santai mengacak rambut Ares yang kini seolah sibuk menghabiskan nasi goreng dengan telur setengah matang, bikininan Mama Mira, nyokapnya Juanandra.
"Enak gak, lahap bener, itu lo demen apa laper."
"Masakan nyokap lo emang pernah gak enak gue tanya?"
Omongan Nareswara disambut oleh bel yang berbunyi.
"Bagus deh kalo rasanya kayak punya nyokap, itu sebenarnya gue yang bikin," aku Juan.
"Becanda lo gak asik."
"Nanti gue kirim bukti kalo beneran gue yang bikin tadi pagi, sekarang mending lo cepet beresin, ambil topi, sebelum pak Holan dateng." Oceh Juanandra, tangannya tanpa aba-aba mengusap sudut bibir Nareswara.
"Ada sisa nasi nempel, beneran enak ternyata buatan gue."
Juanandra berujar sambil lalu, mengambil topi untuk upacara.
"Lama lo, gue deluan dah."
Juanandra gak liat semu merah yang muncul lagi di muka Nareswara. Pun Nareswara gak bisa melihat semu merah tersebut menular pada Juanandra yang melangkah terburu-buru keluar kelas.
---
TBC.•Jihan weekly sebagai Aliera.
(Bukti Juanandra beneran masak)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lengkara || Jaesahi
FanfictieTentang rasa yang tak kunjung mati, meski semesta enggan mengamini. ⚠️ 𝗰𝗼𝗻𝘁𝗲𝗻𝘁 𝘄𝗮𝗿𝗻𝗶𝗻𝗴𝘀. inappropriate jokes. lots of profanity. setting lokal. Bestfriend to lover dynamic. typos. happy reading.