Rabu,01 desember 2021
"December can you give me a happy ending?"
🦁
"Aiishh bulan nya kenapa cepet banget sembunyi sih, lukisanku jadi gelap gini"Gadis itu merentangkan lukisan yang telah dia buat lalu diarahkan ke langit
"Seharusnya bulan yang sembunyi itu ada diatas, diantara gambar penari cinta ini"
Lontaran demi lontaran kata ia berikan untuk hasil yang sebenarnya cukup menarik dengan background malam yang menjadi kenyataan untuk sekarang, langit malam yang dipenuhi kabut, mungkin sebentar lagi turunya permata cair dari langit. Suasana menjadi semakin redup ketika salah satu bayangan dari kisahnya terlintas dipikiran gadis itu.
"Pejamin mata kamu, pegang tangan saya jika kamu tidak melihat bulan untuk sekarang, kamu bisa melukisnya lewat perasaan apa yang terlintas dibenakmu" kata pria yang kini menutup wajah gadis itu dengan tangan besarnya atau bisa disebut genggam able haha memang ngaco tapi itulah kenyataanya, bahkan setiap perkataan tadi ia bisikan dengan tulus dan penuh penghayatan, sehingga tangan gadis yang sekarang melukis dengan mata terpejam itu mengikuti setiap ukiran garis yang membentuk satu bulan diantara penari cintanya. Semakin giat hiasan yang ia buat pada lukisan tersebut, sampai tidak sengaja kuasnya terjatuh dan membuat coretan sedikit pada lukisanya, seiring dengan pudarnya ingatan-ingatan kecil tentang masa lalu yang mulai ia lupakan secara perlahan namun sepertinya akan sulit. Dadanya semakin sesak mengingat pecahan-pecahan kisahnya tadi sampai isakan demi isakan mulai terdengar dengan datangnya seorang pria dari arah pintu itu berlari kearah balkon dan langsung menerjang gadis itu dengan pelukan.
"maafin aku kak el" ucapnya berat dan lirih, ia memeluk erat pria yang kini juga mendekapnya seakan tidak akan ada hari esok lagi.
"that's okay girl" balas pria itu sambil tanganya ia lepas untuk menangkup kedua pipi gadis itu, dengan posisi tangan salah satu dari mereka masih memeluk. Wajah yang terpampang nyata didepan pria itu setiap inci dari pemberian Tuhan ia perhatikan secara dekat bahkan mata yang sembab didepanya terlihat indah, sampai satu kecupan di dahi gadis itu membuat mata yang tadi terbuka kini tertutup seiring dengan terpaan angin di balkon kamar dan rintikan ringan dari hujan menjadi backsound untuk malam ini.
"bahagiamu dari saya safwana, I'm promise" ucapan terakhir dari pria itu seiring dengan satu tetes air matanya dan dekapan kembali menutup perbincangan sekarang.
hai semua!!!
sebagian kecil aku nulis ini sesuai apa yang aku alami beberapa bulan dan setahun kemarin, dan sebagian besarnya aku karang karena ada hal privat yang seharusnya tidak dibahas, tetapi apapun itu, ini hanyalah fiksi. Aku ketik ini sebagai penutupan bulan terakhir ditahun 2021 dan aku harap kalian para pembaca menyukainya. Aku sayang kalian, terimakasih dan sampai ketemu next part.
KAMU SEDANG MEMBACA
SASTRA UNTUK SAMUEL
RandomIni bukan tentang sastra Tetapi tentang sebuah rasa Setiap kata yang mengalir dipikiran saya Setiap kata yang melalui ketikan jemari saya Ini bukanlah sebuah karangan saja Tetapi kenyataan yang saya utarakan Untukmu pemilik keluh kesah yang menjadi...