Dilemma 44

1.5K 66 0
                                    

Silakan ditonton videonya. Jangan lupa like, subscribe dan share ke temen-temen kalian, ya.

*
*
*

Napas Valya sempat tertahan untuk beberapa saat. Dia mengedarkan pandangan, mendapati semua orang mematung di tempat masing-masing sembari menatap Kinan. Situasi ini benar-benar di luar kendali. Dan sudah menjadi tugas Valya untuk mengatur semuanya.

Perempuan itu mendekatkan diri pada Tristan, lalu berbisik, “Suruh Fabian siapin cincinnya. Kita improvisasi aja.”

“Hah?” Tristan terhadap dari lamunannya. “Oh, iya, iya.” Ia segera melangkah menuju Fabian. “Yan, siapin cincinnya sekarang.”

Valya melangkah menuju Kinan. Dia tersenyum lebar, berusaha mencairkan suasana yang mendadak kaku di antara mereka. “Welcome, Ki!” seru Valya dengan riang. “Tahu aja kita lagi siapin kejutan buat lo, datang gak bilang-bilang. Kalau kayak gini, bukan cuma lo. Kita juga ikut kaget.”

“Ini ... beneran gue yang lupa tanggal lahir sendiri, ya?”

Bukannya menjawab, Valya justru terus menebar senyum. Dia mengalihkan perhatian Kinan pada macaroon yang ada di atas meja. Saat perempuan itu hendak menoleh, Valya langsung menghalangi pandangan Kinan dengan wajahnya.

Di belakang sana, Tristan sibuk mengatur semua orang untuk bersiap. Skenario diubah dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Tidak akan ada sambutan hangat pada Kinan, obrolan sana-sini untuk sekedar basa-basi, juga pidato dari para keluarga untuk merestui hubungan Kinan dan Fabian. Langsung saja ke acara inti, pemberian cincin.

Kinan berbalik saat mendapati kehadiran Fabian di belakangnya. “Bukannya kamu futsal sama ....” Napas Kinan tercekat saat Fabian tiba-tiba berlutut. “Yan, ngapain? Bangun, heh!”

Seraya berusaha untuk tetap tenang, Fabian mengeluarkan kotak beludru dari saku celananya. “Ki, ini semua keluar dari skenario gara-gara kedatangan kamu yang mendadak. Jadi, kalau aku ada salah kata, tolong dimaklumi.”

“Hah?”

Fabian membuka kotak itu, sehingga terpampang dengan jelas sebuah cincin cantik di dalamnya. “Hubungan kita emang baru 7 bulan, tapi kamu udah bikin aku merasa yakin untuk gak cari yang lain lagi. Kamu kasih aku kenyamanan, kebahagiaan, dan ketulusan. Bukan cuma manis, kita juga sama-sama melewati masa sulit dan pahit bersama. Aku gak keberatan, asal menghadapi semuanya sama kamu.”

Tanpa sadar, air mata sudah jatuh membasahi pipi Kinan. Bukan hanya Fabian, saat ini dia juga merasakan gugup yang tiada duanya.

Ucapan Fabian terjeda untuk beberapa saat. Dia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya kembali bersuara. “Dan aku mau terus sama kamu, Ki. Cuma kamu, bukan yang lain. Aku mau kita menghabiskan waktu lebih banyak lagi, membuat cerita yang lebih menarik lagi, mengisi kisah satu sama lain. Dan dengan ini, aku meminta kamu untuk nikah sama aku.”

Refleks Kinan mengalihkan pandangannya. Dia ikut menarik napas, mengisi rongga parunya sampai benar-benar penuh. Ia sama sekali tidak menyangka akan mendapat kejutan seperti ini.

Karena tak kunjung mendapat jawaban, Fabian meraih tangan Kinan. “Ki, kamu mau nikah sama aku, 'kan?” tanyanya dengan nada putus asa. “Aku akan berusaha bikin kamu bahagia. Aku akan jadikan kamu ratu di hidup aku. Cuma kamu, satu-satunya.”

Dilemma [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang