Taruhan?

22.9K 1.5K 77
                                    

"Apa dia belum menelponmu, Baby?" Tanya Taehyung sambil membersihkan ujung bibir Jungkook yang terkena saos sushi
Jungkook menggeleng, "Mungkin sebentar lagi, Dad"
"Sepertinya dia sedang shock" kekeh Taehyung
"Kau terlalu berlebihan memberinya hadiah, Dad" ujar Jungkook cuek.
"Siapa tahu dengan hadiah dariku, dia langsung menyerah"
"Hanya aku yang boleh membatalkan perjanjian itu Dad" kekeh Jungkook
"Dasar Psycho"
"Dasar Monster" balas Jungkook sambil menjulurkan lidahnya.

"Tuan Kim datang..."
"Bersama istrinya..."
"Ya ampun! Dia menggendong istrinya!"
"Jantungku!"
"Aku mau jadi selingkuhannya!"
"Andai aku bisa bertukar tempat dengan pemuda itu!"
"Seorang bodyguard naik pangkat menjadi Nyonya muda!"
"Dia pikir dia Cinderella"
"Menyebalkan!"
Semua bisikan karyawan disana terdengar jelas ditelinga Taehyung dan Jungkook
"Daddy, bisa stop sebentar?" Tanya Jungkook pelan. Taehyung langsung berhenti dengan cepat Jungkook turun dari gendongannya dan menatap semua karyawan yang ada disana, "Aku sudah jadi istri Taehyung tapi kalian masih saja berani menggunjingkan posisiku?" Tanya Jungkook, "Ini peringatan pertama sekaligus terakhir dariku. Sebaiknya kalian simpan kata-kata busuk kalian itu dalam hati. Karena jika aku mendengarnya lagi..."
TAK!
Belati Jungkook sudah tertancap di meja resepsionis, semua orang terperanjat melihatnya.
"Aku pastikan lidah kalian sudah tidak akan ada pada tempatnya lagi" seringai Jungkook, "Ada yang keberatan?" Pemuda itu menatap tajam semua orang yang ada disana, "Jangan mencobaiku, karena aku tidak pernah main-main dengan ucapanku" semua orang yang ada disana langsung menelan ludah mereka kasar dengan wajah pucat, ketakutan.
Istri boss mereka ternyata sangat menakutkan!
Jungkook berjalan santai ke arah Taehyung dan tersenyum manis
"Sudah?" Tanya Taehyung sambil menggendong istrinya lagi
Jungkook mengangguk lucu, "Sudah Dad!"
Taehyung menatap dingin semua karyawan yang ada disana, "Jika sekali lagi kalian tidak menghormati istriku, bersiaplah menjadi gelandangan. Mengerti?" Orang-orang yang ada disana mengangguk kaku. Sepertinya mereka harus meralat kata-kata tadi.
Boss mereka dan istrinya sama-sama sangat menakutkan!
"Aw, Daddy membuatku takut" bisik Jungkook terkikik pelan.
"Anak nakal!" Kekeh Taehyung sambil berjalan ke lift khusus miliknya.

****

"ARGH! BRENGSEK! BRENGSEK! BRENGSEK!"
"Tu..tuan" sang maid mulai ketakutan melihat tuannya mengamuk.
"Bahkan Clan bodoh itu tidak bisa menghancurkan seorang bocah berumur 21 tahun! Sialan! Aku bisa kalah jika terus seperti ini!"
"Kau terlalu gegabah sayang" kekeh seorang pria paruh baya yang tiba-tiba memeluknya dari belakang, "Seharusnya kau mengikuti saran dariku"
Pemuda itu membalik tubuhnya hingga berhadapan dengan pria paruh baya tadi, "Aku ingin segera memiliki hadiahku, paman!" Ujarnya sambil merajuk.
"Kau terlalu terobsesi padanya sayang"
"Paman tahu aku bukan? Aku selalu mendapatkan semua yang kuinginkan, termasuk dirimu" kekeh pemuda itu sambil melompat kecil meminta pria yang lebih tua menggendongnya, "Sepertinya adik kecilmu sudah merindukan lubangnya, paman"
"Kau memang jalang kecil yang cerdas" kekeh pria itu
"Bagaimana kalau disini saja?" Usul sang pemuda. Mereka sedang berada di ruang tamu dengan banyak maid yang sedang mondar mandir ngomong-ngomong
"Kau menantangku?" Seringai sang pria, "Jangan salahkan aku jika spermaku mengotori sofa mahalmu ini"
"Kau bisa menggantinya dengan yang baru kan?"
Pria itu terbahak, "Dasar jalang" dan merekapun melakukannya disana, disaksikan oleh semua maid yang bahkan sudah terbiasa dengan pemandangan itu.
Ayah, Ibu, dan anak sama saja! Jalang!

****

"Bam..." Bambam tersentak menatap Yugyeom yang sudah duduk disampingnya, "Apa yang kau pikirkan?"
Bambam menghela napas berat, "Jackson..."
"Kenapa dengan Jackson hyung? Kalian bertengkar?" Tanya Yugyeom penasaran
Bambam menggeleng pelan, "Dia melamarku semalam..."
"Ah, dia melam... HAH?? DIA MELAMARMU?" pekik Yugyeom kaget.
Bambam menatapnya kesal, "Sepertinya lehermu itu harus ku gorok agar tidak berfungsi lagi!"
Yugyeom langsung meraba lehernya, takut. Bambam lagi-lagi menghembuskan napasnya berat.
"Kapan dia melakukannya?"
"Saat kami dalam perjalanan pulang dari resepsi Jungkook"
"Apa yang dia katakan?"
"Dia ingin mengikatku, ingin aku selalu disisinya, membangun sebuah rumah tangga yang hangat, dia ingin memilikiku seutuhnya"
"Lalu apa jawabanmu?"
"Aku akan memikirkannya"
Yugyeom langsung cengo, sahabatnya ini pasti sudah tidak waras, "Ya! Mana boleh kau menjawab seperti itu, bodoh!" Kesal Yugyeom
"Lalu aku harus menjawab seperti apa? Aku tidak mau menikah, begitu?"
"Kau benar-benar tidak ingin menikah dengan Jackson hyung?" Bambam terdiam, "Kau sudah lama mengenal Jackson hyung, hampir separuh umurmu jika aku tidak salah menghitung. Hubungan kalianpun sudah terbilang cukup matang dalam segala aspek. Lalu apalagi yang kau tunggu, Bambam? Atau kau sudah tidak mencintainya lagi?"
Bambam terbelalak, "Ya! Mana mungkin seperti itu! Aku selalu mencintainya! Tidak pernah berkurang sedikitpun!"
"Lalu?"
Ada hening sejenak disana.
"Aku takut.." lirih Bambam. Yugyeom menatapnya iba, "Aku takut jika nanti kami menikah dan terikat lalu tiba-tiba aku atau Jackson harus pergi menjalankan misi dan tidak pernah kembali. Kau pikir bagaimana kami bisa bertahan hidup jika itu terjadi? Aku selalu berpikir saling mencintai tanpa terikat pernikahan mungkin lebih baik untuk kami"
"Tapi Jackson hyung tidak memikirkan hal yang sama" Tebak Yugyeom, Bambam mengangguk lemah "Apa kau pikir dengan tidak menikah akan menghindarkan kalian dari kejadian seperti itu?"
"Setidaknya kehilangan tanpa ikatan itu tidak begitu menyakitkan dari pada jika kami menikah"
Yugyeom mengerutkan dahinya, "Kau yakin dengan kata-katamu itu? Bukankah sakitnya akan menjadi dua kali lipat? Kehilangan seseorang yang kita cinta tanpa saling memiliki dan terikat terlebih dahulu? Penyesalanmu akan lebih besar jika kalian tidak menikah bukan? Apalagi Jackson hyung sudah melamarmu"
"Ta..tapi aku.."
"Dengar! Pikirkan semuanya dengan matang Bam, jangan sampai kau menyesal seumur hidup nanti. Jackson hyung sudah melangkah seberani ini, artinya dia sudah siap dengan segala kemungkinan yang terjadi bahkan kemungkinan yang kau takutkan itu. Sekarang giliranmu, apa kau mau melangkah dengan berani juga sama sepertinya atau bersembunyi dan terus takut pada hal yang belum tentu terjadi" Yugyeom menepuk bahu Bambam memberi semangat, "Apapun keputusannya aku, Sorn, dan Jungkook pasti akan mendukungmu. Kau tahu itu kan?" Kekeh Yugyeom, "Sorn sudah menungguku. Gunakan waktumu untuk memikirkan semuanya, ok? Aku harap kau bisa memberi jawaban yang terbaik untuk Jackson hyung. Sebuah jawaban yang tidak akan membuatmu menyesal nanti." ujar Yugyeom sambil berlalu turun.

****

"Dad..." panggil Jungkook begitu dia bangun dan tidak mendapati Taehyung disampingnya. Pemuda itu langsung berjalan keluar dari ruangan khusus milik Taehyung, mencari keberadaan suaminya.
"Sudah bangun, Baby?" Tanya Taehyung tetap membaca tumpukan berkas dihadapannya. Jungkook mengambil susu pisangnya di lemari pendingin dan duduk disofa sambil terus menatap Taehyung. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam dan Taehyung belum selesai dengan berkasnya.
"Masih banyak, Dad?" Tanya Jungkook
"Kau bisa lihat sendiri, baby" kekeh Taehyung, "Mau pulang saja?" Tawarnya kemudian.
"Dan tidur sendirian dikamar? No, Thanks!" Tolak Jungkook, Taehyung terbahak.
Jungkook meraih ponselnya dan menelpon Wonwoo
"Ya sayang?"
"Hyungie, bisa tolong antarkan bajuku dan Taehyung ke kantor? Sepertinya kami akan menginap disini, kerjaan Taehyung masih sangat banyak"
"Baiklah, nanti biar Jackson yang mengantarnya. Ok?"
"Call!" Kekeh Jungkook
"Ah, kalian sudah makan malam?"
"Belum hyungie!"
"Mau kubuatkan sesuatu?" Tawar Wonwoo
"Dosirak saja hyungie, Taehyung harus makan nasi" ujar Jungkook.
"Baiklah, akan hyung buatkan yang simple untuk kalian"
"Terima kasih hyungie!" Kekeh Jungkook kemudian memutuskan sambungan teleponnya.
"Daddy.." Jungkook berjalan kearah Taehyung
"Ya baby?"
"Dia sudah meneleponku tadi"
Taehyung menghentikan pekerjaannya, "Benarkah? Apa katanya?" Tanya Taehyung
"Ini belum berakhir, katanya dia masih punya senjata terakhir dan aku pasti kalah kali ini"
"Kau takut?"
Jungkook menggeleng sambil duduk dipangkuan Taehyung, "Untuk apa? Selama bersamamu tidak ada yang kutakuti"
"Clever! Itu jawaban yang kuinginkan, baby" kekeh Taehyung sambil mengecup bibir Jungkook singkat.
Jungkook memperbaiki posisi duduknya, menghadap Taehyung seperti anak panda dalam pangkuan induknya kemudian menyederkan kepalanya di pundak Taehyung, "Aku ingin seperti ini. Daddy lanjutkan saja pekerjaannya"
Taehyung mengangguk dan kembali membaca berkas didepannya tak lupa memberi usapan lembut dipunggung Jungkook agar istrinya itu merasa nyaman.
Dia tahu betul Jungkook itu seperti apa, mungkin dia memang tidak takut tapi dia akan selalu memikirkan pembicaraan itu dengan bonus segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.
"Dad.."
"Jangan terlalu dipikirkan, Baby. Kau bisa sakit nanti. Aku tidak mau itu terjadi"
"Tapi.."
"Tidak ada tapi, Kim Jungkook. Dia tidak akan menang. Bukankah kau sendiri yang mengatakan hal itu, Baby? Sekarang berhentilah memikirkan kata-katanya. Aku tidak mau kau stress hanya karena sampah seperti dia. Hmm?"
Jungkook mendengus pelan, "Baiklah Dad"
"Good boy" Taehyung mengacak rambut belakang Jungkook gemas. Pemuda itu semakin merapatkan pelukan pandanya. Mengingat kembali pembicaraannya dengan jalan sialan itu.
"Ini belum berakhir bocah! Camkan itu! Aku akan mengerahkan seluruh kemampuanku dan kali ini bersiaplah untuk kalah!" Kekeh seseorang diseberang sana
"Kau terlalu percaya diri, sialan" balas Jungkook, "Aku tidak pernah kalah dalam permainan apapun. Jadi bermimpilah!"
"Jangan terlalu yakin bocah, kau bahkan tidak tahu akan senjata terakhirku"
Jungkook terbahak, "Aku sudah bisa menebak siapa senjata terakhirmu, Park Jihoon-ssi. Aku akan menunggu aksimu selanjutnya. Dan mari kita segera mengakhirinya karena aku sudah menikah dan ingin hidup bahagia dengan suamiku"
"Hidup bahagia? Jangan mimpi kau! Aku yang akan hidup bahagia dengan suamimu. Aku akan memenangkannya dan kaulah yang akan mati dan kalah dalam permainan ini"
"Park Jihoon-ssi, apa kau lupa? Aku adalah orang yang menciptakan permainan ini. Kau pikir kenapa aku selalu jadi pihak yang menunggu?" Hening sejenak, sepertinya Jihoon juga sedang memikirkan pertanyaan Jungkook.
Jungkook menyeringai, "Karena dalam setiap aksi dan kekalahanmu, aku akan menanam bom waktu yang siap meledak pada saat yang sudah kutentukan. Kau tidak berpikir sejauh itu bukan?" Tanya Jungkook sambil terbahak.
"Sekarang bersiaplah, karena bom yang pertama akan segera meledak. Kau dan sugar Daddy sialanmu itu"
"Kau pikir aku akan termakan bualanmu itu, Jeon?"
"Kim. Namaku Kim Jungkook sekarang. Nyonya Muda dari keluarga Kim yang terhormat" kekeh Jungkook, "Posisi yang selalu kau impikan itu sudah menjadi milikku, jalang sialan. Dan aku tidak akan memberikannya pada siapapun terlebih padamu. Jadi teruslah bermimpi!" Jungkook langsung memutuskan sambungan teleponnya

"Tunggu dan lihatlah jalang sialan, besok pagi kau akan mendapatkan kejutan yang indah dariku" kekeh Jungkook dalam hati, "Kau, Mentri Ekonomi dan juga si brengsek Lee Dongwook akan menerima akibatnya. Karena dalam permainanku bukan hanya nyawa yang akan melayang, tapi reputasi dan juga hartamu! Kau menerima tawaran yang salah, Park Jihoon-ssi"













TBC

Hai teman-teman!
Aku kembali!
Setelah refreshing otak yang cukup, akhirnya ilham menulisku muncul lagi! 😄😄😄😄
Maaf ya membuat kalian menunggu lama...

Hope you like it!
Luv..luv..luv..

Jangan lupa vote dan comment ya teman-teman..😍💜

[END] DOUBLE BUNNY GUARD ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang