Hari ini kau tampak beda, lebih bersinar. Senyum itu, senyum yang tak kau tampakkan 6 bulan yang lalu. Benarkan? sesuai dengan puisimu yang aku curi dari guru bahasa indonesia. Meski aku menyangkal, sekarang aku mengiyakan. Meski yang kau tuliskan itu kata-kata percaya diri yang kusimpulkan namun kata-katamu itu benar. Yah “suara cinta menyejukkan hatiku, senyumannya membuat dunia tak terlihat sulit” haha mengenang masa itu membuatku tertawa seharian dihari ini.
Setelah cinta itu kau ucapkan entah mengapa dunia terasa begitu indah, hari itu juga kau bilang ingin mengunjungi tempat yang jauh, singapore. Hati ini mengukuhkanmu untuk pergi kerumah omahmu itu, karena aku tahu dan aku percaya.
“ ra aku pergi kerumah omah dulu yah?” katanya saat itu juga sementara aku masih tercenggang dengan kejadian yang berurutan dan tak terkira itu .
“untuk apa?” tanyaku tersenyum
“entahlah 5 adik kecilku masih disana. Aku merindukan mereka, aku akan email kamu dari sana, kalau pulang ke asrama nanti liat aja di email kamu ada 12 halaman pesan dari aku” balasnya tersipu, suasana hari itu membuat segalanya terlihat aneh. Tak biasa. Tak biasa, ia seperti itu.
“jadi 12 hari lagi kamu masih ikut wisuda kan?” tanyaku memastikan, wajahnya lagi-lagi tersenyum. Tersenyum cerah.
“insya Allah sebelum bunga ini mekar dipadukan embun di pagi hari, dan sebelum kau menginjakan kaki di bandara untuk ke Kanada”
Pulang dari sekolah dan menuju asrama segera ku buka email dan membaca buku yang berjudul 12 halaman itu. Membaca halaman demi halaman yang sangat berkesan selama perjalanan kita selama ini. Yah lebih kurangnya sudah 3 tahun kita boarding school. Kejadian yang kufikirkan tak kusangka terfikirkan juga olehnya. Apa bukan itu adalah hal yang sangat luar biasa ia tuliskan lembar demi lembar dan ia tahu segalanya. Selama ini aku memang menyukainya tapi melihat ekspresinya yang terlalu tak perduli mana bisa ku tebak ia dapat merangkai kata semanis itu dalam rangkaian 12 halaman. Hadiah yang pertama kali aku terima selama ini.
EMAIL 1 : “hujan, hari itu hari pertama ku melihatmu sebagai makhluk yang lembut terkena butiran hujan. Yah aku mengingat hujan sebagaimu setiap saat. Sikapmu yang dingin, yah mengapa sifatmu tak seperti perempuan kebanyakan yang ku temui. Kau yang cepat marah, wajah yang tak pernah di hiasi senyum. Haha mengerikan. Jujurku kau menyeramkan. Aku mencoba untuk tak memikirkanmu dengan sifat yang selalu bernada tinggi ketika marah itu. Tapi di penglihatanku kau lah yang terlalu lembut ketika kau diam. Waktu itu tiba waktu berbuka puasa, ya seperti biasanya kita akan berkumpul di masjid bersama untuk menyantap makanan buka puasa.hari ini dipenuhi hujan dan kau datang dengan gaun biru itu, wajahmu yang basah dan begitu datar. Sementara beberapa gadis lain terlihat berteriak kecil kebasahan. Ingat lagi? Waktu itu rapat osis. Itu pertamanya kita berbicara bersama, ya aku tahu itu hal kecil, namun aku baru tahu saat itu kata-katamu yah meski hanya kata-kata singkat kau sangat baik dalam berbicara. Meskipun kali itu suasana sedang genting kau bisa menenangkan suasana .”
Membacanya membuatku tertawa, iya aku memang terlihat menyeramkan. Selalu berkata cepat-cepat dalam segala sesuatu. Aku tak suka mengulur waktu untuk bersenda gurau seperti yang lain. Meski aku ingin. Teringat, waktu itu hari minggu. Ku putuskan sarapan di aula sekolah sedangkan letak aula dan lapangan itu berhadapan sangat dekat. Pagi sekali kau putuskan mengenakan pakaian sepak bola dan bermain disana. Aku berusaha tak perduli atau bahkan sinis namun itulah aku, aku menampakkan segalanya berkebalikan karena aku takut akan sakit hati meski ingin aku menoleh dan melihatmu.
kau juga, ketika kau berjalan kau bahkan terlihat seperti orang yang tak membutuhkan manusia lagi, tidak aku hanya bercanda. Tapi itu sungguh hal yang benar-benar aku artikan di otakku. Biasanya kau akan lewat yah seperti itu dan aku menyimpan perasaan untuk orang yang bahkan tak pernah memandang orang lain dihidupnya. Jangankan membutuhkan orang lain, menoleh saja kau tak pernah. Bagaimana aku tahu jika rasaku terbalaskan? Sampai sekarang aku masih tak mengerti. Di rapat kali itu karena aku merasa nyaman duduk bersebelahanmu saat kau pertama kali bertanya tentang permasalahan itu.
Entah mengapa setelah membalas email di halaman pertama ada hal yang membuatku menahan untuk tidak membaca 12 halaman itu sekali waktu. Tak biasanya, aku selalu membaca buku berpuluh-puluh halaman dalam satu hari. Kali ini... ahh mungkin aku ingin membuka halaman perhalaman sampai hari kelulusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
₩₩₩
Short Story"kau yang tertampan, seorang pemimpin yang Tuhan hadirkan untuk melewati sisi kehidupanku walaupun sesaat. Terima kasih Tuhan, Kau telah hadirkan Ia sesaat dalam hidupku mengenalkan tali cinta yang kau rangkaikan untuk seterusnya ku tujukan kepadamu...