Menjelang tengah malam tak membuat kedai kopi tempat Naraja menghabiskan malamnya sepi, mungkin karena anak-anak sekolahan sudah menyelesaikan ujian semesteran mereka membuat anak-anak itu nongkrong dengan kata lain self reward. Naraja juga sedang self reward, walaupun dia tak punya teman malam ini. Juno tampak sangat sibuk dengan pelanggan di kedainya ini.
Sudah pukul 10 malam, Juno terpaksa membubarkan semua pelanggannya karena jam operasional kedainya ini sudah selesai. Tapi, Naraja tentu bukan salah satu pelanggan yang akan Juno usir. Naraja tetap di sofanya hingga satu per satu pelanggan kedai Juno pulang. Lelaki manis itu memainkan gitarnya random.
Juno duduk sebentar di sebelah Naraja, “Sorry ya Ja, gue ngacangin lo. Tadi rame banget.” Juno mengelap peluhnya.
“Santai aja, mau gue hantu tutup cafenya?” tanya Naraja, dia sedang berbaik hati, kasihan kawannya ini.
Juno mengangguk mengiyakan, bantuan gratis dari Naraja tentu akan dia manfaatkan mengingat pemalas seperti Naraja jarang-jarang mau membantu. Naraja mulai mengambili satu per satu gelas yang ada di meja, lalu memasukkannya ke dapur kotor. Sedangkan Juno menumpuk bangku-bangku yang ada di luar, sedikir berat karena terbuat dari besi.
Jika diingat lagi, mereka (Naraja dan Juno) hanya dua orang yang kebetulan bertemu di sebuah lingkaran pertemanan, lalu dekat begitu saja. Sayangnya, lingkaran pertemanan itu tidak berlangsung lama karena kesibukan masing-masing dan hanya tersisa Juno dan Naraja.
“Lama ya gak ngumpul.” Ucap Naraja ketika dia telah usai dengan kerjanya.
Juno mengangguk, lalu menghela nafas sejenak. “Sibuk semua, Ja. Yang gabut disini cuma lu.” ejek Juno.
Naraja mendengus, lalu dengan iseng dia mengungkit kisah lama Juno. “Pasti lo kangen sama mantan gebetan lo, kan?”
Juno menjerit, “Siapa?”
“Echan.” jawab Naraja lalu terkekeh.
Giliran Juno yang mendengus, “Gue udah ga suka sama Echan." Sangkal Juno.
Naraja berhenti terkekeh, lalu menaikkan alisnya. “Oh iya? Terus sekarang lu suka sama siapa?”
“Sama lo.” ucap Juno enteng, lalu menarik pintu cafe dan menguncinya.
“Bercanda lo ga lucu, sadboi. Lagian, lo suka sama si Echan yang blm move on." Cerca Naraja, sengaja sedikit cerewet agar dia tidak terlihat seperti orang yang salah tingkah. Karena itu sedikit memakulan, ibaratnya Naraja ini perasaannya disenggol sedikit saya langsung ambyar.
“Iya dah, serah. Buru balik, ke sini naik apa lo?” tanya Juno, kali ini diiringi dengan usiran halus.
“Hehe, nebeng dong, Mas Juno.” Kata Naraja sok memelas.
Juno akhirnya mengalah, membiarkan Naraja memboncengnya dan mengantarkan hingga tempat tinggal lelaki itu. Sebelumnya Juno membuka sweater biru mudanya dan menyerahkannya ke Naraja, meminta agar lelaki itu memakainya.
“Pake sweater gue, dingin.”
Naraja mengambilnya, kebetulan memang dingin karena mendekati tengah malam. Naraja memakainya, lalu membenarkan tatanan rambutnya, Juno membantunya.
“It look better on you.” kata Juno.
“ye." balas Naraja singkat.
“Serius, Ja. Lu paling cakep kalo pake warna baby blue gitu.” tambah Juno meyakinkan Naraja.
Naraja, berusaha. Berusaha untuk menguatkan hatinya pada kata-kata Juno yang mulai memasuki hatinya. Berusaha agar tidak terlalu mengambil ucapaan manis yang keluar dari mulut itu. Ingin sekali Naraja membungkamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
playlist [ nomin ]
FanficAda sebuah rasa yang dibawa dari lantunan nada-nada sebuah lagu. Bagi seorang Naraja, lagu-lagu ini bukan hanya sebuah karya dari sang penyanyi, namun sebuah pesan dan memori yang terkenang sekaligus bahasa rindunya bagi seseorang.