8. Perang Mulut

29 6 4
                                    

Holla! Hope you enjoy reading this story ♡



• Happy Reading •

Suara bel terdengar ditelinga Alkana. Bisik-bisik dari murid di dalam kelas meminta untuk segera keluar kelas. Guru yang mengajar pelajaran itu pun sudah lelah.

Lalu mereka semua keluar kelas untuk berlari ke kantin dan menyantap makanan yang sudah ada dipikirannya sejak 30 menit yang lalu.

Alkana berniat untuk mengajak Fanasya ke kantin, ia lelah sekali melihat Fanasya yang terus menyibukan diri dengan gambarnya itu.

"Sya ayo ikut ke kantin," ajak Alkana dengan semangat. Tak ada satu pun jawaban dari Fanasya.

"Ada Zeline juga, yakin lo gak mau?" Alkana meyakinkan.

Fanasya berubah pikiran ketika mendengar nama Zeline. Sebenarnya ia juga sangat lapar karena tadi pagi hanya makan sesendok nasi.

"Oke gue ikut." Ucap Fanasya sembari membereskan semua peralatan gambarnya ke dalam tas.

Alkana tersenyum senang karena Fanasya ingin ikut dengannya. Jarang sekali Fanasya menurutinya. Ia langsung melangkahkan kakinya menuju pintu untuk menunggu Fanasya disana.

Melihat itu, Fanasya langsung mempercepat sedikit kegiatannya itu dan tak lupa menutup resleting tasnya.

Fanasya langsung menyusul Alkana yang ada di depan kelas, tetapi baru tiga langkah ia berjalan, Fanasya melupakan sesuatu.

Ia kembali ke mejanya dan mencari sesuatu di sana, cokelat dari Alkana. Setelah mendapatkan itu ia berlari lagi menyusul Alkana ke depan kelas.

"Lama banget, ngapain aja sih." Ucap Alkana dengan tangan yang dilipat di depan dadanya.

"Nyari akhlak lo." Balas Fanasya dengan sedikit penekanan.

Alkana hanya memutar bola matanya malas, lalu meninggalkan Fanasya. Fanasya pun menyusulnya dengan sedikit berlari karena langkah kaki Alkana itu besar sekali, ia tak dapat menyeimbangi dengan langkah kaki kecilnya.

Banyak sorot mata yang melihat mereka berdua berjalan di lorong sekolah. Terutama segerombolan kakak kelas yang tadi datang ke kelas.

Tetapi Fanasya tidak terlalu memikirkan itu, toh dia memang hanya berteman dengan Alkana.

Lalu mereka pun berdua sampai di kantin yang sudah dipadati dengan murid dan beberapa guru.

Fanasya melihat Zeline yang sedang melambaikan tangannya. Ternyata disana juga sudah ada Aziel dan Dareen, dua persahabatan yang bisa dibilang seperti kucing dan tikus.

"Na, itu Zeline." Ucap Fanasya memberi tahu sembari menunjuk keberadaan Zeline.

"Oh iya. Ya udah lo duluan aja, BTW lo mau makan apa? Gue mau beliin." Alkana menawarkan kepada Fanasya.

"Serius lo?" Fanasya bertanya dengan terkejut. Sedangkan Alkana hanya menganggukan kepalanya sembari tersenyum.

"Ya udah gue samain aja deh kayak lo." Ucap Fanasya dengan cepat.

"Oke." Final Alkana.

Fanasya langsung menghampiri Zeline yang sedang menunggunya sedari tadi dan duduk disampingnya.

"Tumben banget lo ke kantin?" Tanya Aziel yang sedang mengaduk es teh yang dibelinya.

Dareen yang sedang menyeruput mie ayam Bu Asri itu hanya mengangguk-angguk saja.

"Laper gue Ziel, tadi sarapan cuma sedikit." Jawab Fanasya sedikit menjelaskan.

"Ooo." Ucap Aziel, Dareen, dan Zeline secara bersamaan.

Kanvas yang Telah UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang