74. Massacre

1.4K 269 27
                                    

Semenjak makan siang setelah pulang dari China, Sanzu jadi makin nempel dengan (Name). Lelaki itu selalu disampingnya. Memang (Name) menyuruhnya untuk tetap setia, tapi gak gini juga maksudnya.

Yakali (Name) diikuti sampai kamar mandi kayak anak ayam sama induknya. Bahkan saking setianya dia tidak membiarkan (Name) menyentuh air.

Suatu hari..

"Haruchiyo, jangan ikutin. Aku mau mandi" ujar (Name) dengan handuk di tangannya.

"Kumandiin" sahut Sanzu.

Mendengar itu membuat Haitani Kyoudai melotot dan langsung menggeplak kepala Sanzu berbarengan. (Name) langsung ngacir secepat kilat ke kamar mandi.

Bukan hanya itu saja. Semakin hari dia semakin ngotot dan menjadi-jadi.

"Keluar dari kamarku, Haruchiyo. Aku mau ganti baju" ujar (Name).

"Aku akan menggantikan bajumu" sahut Sanzu.

(Name) langsung menyeretnya keluar kamar.

Bahkan ketika malam hari..,

"Haruchiyo, kembalilah ke kamarmu dan tidur" ujar (Name).

"Tidak. Aku akan menemanimu tidur" sahut Sanzu.

Bahkan pernah juga...

"Haruchiyo, jangan ikuti aku. Aku mau ke toilet" ujar (Name) menatap sebal pada lelaki berambut pink yang berdiri di belakangnya ini.

"Kutemani" sahut Sanzu.

"Aku mau buang air besar" balas (Name). Berharap lelaki itu menyerah.

"Kucebokin" sahut Sanzu.

/Jangan bayangin;-;

PLAK!

Seketika sendal swallow mendarat dengan tepat di wajah Sanzu. Entah (Name) dapat darimana tu sendal.

(Name) mengambil kesempatan itu untuk masuk kamar mandi dan menguncinya selagi perhatian Sanzu teralihkan.

Lalu ia menghela napas lega karena bisa lepas dari Sanzu untuk sementara.

Karena perilaku Sanzu yang semakin hari semakin aneh, (Name) mencabut hukumannya agar Sanzu kembali seperti biasa.

Syukurlah itu cukup mempan.

༶•┈┈⛧┈♛♛┈⛧┈┈•༶

Hari ini, ia memerintahkan Sanzu dan Kakucho untuk mencari penyusup pemerintah yang berani masuk ke wilayah bandar sabu yang dikelola Bonten.

(Name) sendiri pergi menyerang kantor polisi yang berani mencari tau tentangnya. Dengan kata lain, atasan Inspektur wanita waktu itu. (Name) harus memastikan informasi tentangnya tidak bocor. Dan kali ini, ia memakai topeng kulit khusus, wig hitam yang mirip dengan rambut Inspektur wanita itu, lalu memakai softlens berwarna hazel untuk penyamaran.

(Name) adalah yang terbaik dalam penyamaran. Lagipula, sedari dulu ia sudah sering menyamar. Penyamaran, akting, dan kemampuan membunuhnya jauh diatas rata-rata.

Informasi kriminal sepertinya pasti berada di kantor polisi yang terkemuka. Ditambah lagi mereka mengirimkan Inspektur untuk mengurusnya. Membuat (Name) yakin asal perintah yang diturunkan itu berasal dari kantor polisi yang memiliki 3 lantai bangunan ini.

Karena menyamar sebagai Inspektur wanita yang waktu itu, (Name) tak perlu mengendap-endap untuk masuk ke dalam. Ia juga tidak takut. Justru kalau merasa ragu akan terlihat aneh di maaga orang. Jadi ia masuk ke bangunan itu dengan penuh percaya diri.

Sorry, I'm Not a Boy (TokRev x Reader) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang