Pagi ini Nataka sudah siap dengan seragam sekolah yang melekat ditubuh mungilnya. Dia memutuskan untuk pergi ke sekolah dari pada hanya berdiam diri di rumah dan merasa bosan lebih baik dia bermain-main di sekolahkan.
Nataka menatap pantulan tubuhnya di cermin.
"Cakep banget dah" Nataka terkekeh lucu sambil menyisir rambutnya kebelakang mengunakan sela-sela jarinya.
Remaja itu menatap cermin full body didepannya sekali lagi sebelum keluar dari kamar sambil membawa tas biru muda dipundaknya.
Nataka menuruni tangga menuju lantai bawah, dari tengah-tengah tangga dia bisa melihat bibi Elin sedang menata piring dimeja makan dan ada dua orang pria yang sedang duduk di sana, yang salah satunya dia ketahui sebagai Damian, ayah dari tubuh yang saat ini ditempatinya, dan pria lainnya yang dia tidak ketahui siapa itu tapi pria itu memakai seragam sekolah yang sama dengan yang dipakai oleh Nataka.
"Good morning bibi Elin" dengan senyuman lebarnya Nataka menyapa bibi Elin dan mengabaikan keberadaan dua orang lainnya yang ada di sana.
"Selamat pagi tuan muda"
"Bibi, Nata berangkat dulu ya bye-bye" Nataka berlari sambil melambaikan tangannya setelah mengecup pipi bibi Elin.
"Sarapan tuan muda! Ini masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah!" Teriak bibi Elin, tapi sayangnya bocah yang dia panggil sudah tidak terlihat lagi.
"Dia tidak seperti biasanya, ada yang aneh mengapa pagi ini dia tidak mencari perhatian padaku dan Alden?" Batin Damian sambil menatap kepergian Nataka.
***
Disisi lain, Nataka menatap kagum gedung sekolah berlantai lima didepannya, anak itu baru saja sampai setelah diantar oleh supir, untuk saat ini dia akan meminta supir mengantarnya karena dia belum tau dimana letak sekolahnya dan mungkin besok-besok dia bisa berangkat sendiri karena sudah mengetahui dimana letak sekolahnya.
"Bagus juga sekolahnya. Okey, sekarang gue nggak boleh kekanakan, harus bersikap dewasa inget umur lo yang asli udah 19 tahun"
Nataka mulai menyusuri koridor untuk mencari dimana letak kelasnya, kelas 10 IPA 2.
"WOI! NATA" Nataka tersentak kaget mendengar seorang remaja laki-laki yang berteriak tak jauh darinya.
"Tu orang manggil sapa dah? Mana sambil dadah-dadah lagi, kayak orgil njr" Nataka bergidik ngeri lalu segera berbalik meninggalkan remaja itu yang mulai mendekatinya.
"Lah! NATA MAU KEMANA LO. Tungguin gue!" Remaja itu mengejar Nataka yang sudah berjalan beberapa meter didepannya.
Plakk
Nataka meringis karena punggungnya ditepuk dengan keras oleh remaja yang dianggapnya gila itu.
"Anjir! Kecil-kecil jalannya cepet juga lo. Mau kemana sih? Kok dipanggil malah pergi" ucap remaja itu lalu merangkul pundak Nataka.
Nataka menghentikan langkahnya lalu melepaskan tangan yang masih merangkul pundaknya dengan sedikit kasar.
"Wess santai bos jangan emosi ini masih pagi"
"Sapa sih lo? Sksd banget!" Ucap Nataka, matanya memandang penuh permusuhan pada remaja yang kira-kira seumuran dengannya itu.
"Wah-wah cuma nggak masuk lima hari lo udah lupa sama bestai lo yang lucu ini? Setega itu lo ngelupain gue?" Ucap remaja itu dengan mendramatisir.
"Ini gue Dimas, bestai lo dari jaman TK. Kalo lo lupa nama lengkap gue itu Dimas Wahyu Anggara anaknya Wirya Anggara sama Rahayu Puspita. Bapak gue RW kalo lo lupa juga" cerocos remaja itu yang ternyata bernama Dimas sambil menggoyangkan pundak Nataka brutal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Dad! (HIATUS)
FantasyMario adalah remaja yang ingin terus hidup meskipun dia tidak memiliki tujuan hidup. Bagaimana jadinya jika Mario si remaja pemalas bertransmisi ketubuh Nataka aruki narendra anak bungsu keluarga Sanjaya yang dibenci oleh keluarganya. Apakah Mario...