2. Pertemuan yang Bikin Gagal Move on

3.5K 161 6
                                    

Waaaauuu...
Author seneng banget karna viewersbdan ranking udah naik...

Yang baca udah segini, komen juga kalikkk
Biar lapak author rame. Biar author juga bisa self healing di sela-sela kejenuhan momong bocah.

Karna baca komen kalian tuh author bisa senyam senyum sendiri kayak habis di baperin sama pak Raka tau nggak.. 🙄🙄🙄

Tengkyuuu 27 K viewers

Full love from "BuBundCiss" Mmmuachh

_____________________***********______________

Hari ini Jingga tidak jadi ke kampus. Badannya mendadak panas dingin, kepalanya pusing dan sakit perut. Komposisi yang pas di saat stress sepertinya ini, migren dan asam lambung. Mas Awan jadi kuatir, adik semata wayang nya mendadak diam tak mau makan pasti ada yang di pikirin.

Jingga dan Awan hanya tinggal berdua. Ada Mbak Sri, ART mereka yang membantu mereka namun tak bisa tinggal 24 jam. Kedua orang tua mereka sudah tiada ketika jingga kelas 1 SMA, tepatnya 5 tahun lalu ketika menaiki pesawat dengan tujuan berlibur ke Bali. Jingga histeris sekali waktu itu, ia benar-benar belum bisa menerimanya hingga untuk beberapa lama Jingga hanya diam dan meratapi kesedihannya.

"Aku nggak mau adik aku kenapa-kenapa. Cuma dia yang aku punya. Aku nggak mau dia sedih ya..." Itu suara mas Awan, sayup-sayup Jingga mendengarnya dari dalam kamar. Suara Awan terdengar seperti menelpon seseorang.

"Kan bisa, rencanamu itu ditunda dulu... Mengerti sedikit lah... Iyaa.. aku tau, aku ngerti..." Lanjutnya, Jinggaa berfikir mas Awan sedang berbicara dengan siapa hingga bernada kuatir sepertinya itu.

"Mas Awan!!" Jingga memutuskan memergokinya daripada mati penasaran. Yang dipergoki kaget dan sontak memutus sambungan telponnya.

"Jingga!! Ngagetin aja. Gimana kamu sudah sembuh, mas panggilin dokter ya'

"Nggak.. nggak usah mas, paling nanti sembuh sendiri. Emmm... Emang mas Awan lagi nelpon sama siapa kok bawa bawa Jingga segala" gadis kepo.

"Mimpi kali kamu!! Makannya jangan kebanyakan pikiran, biar bisa bedain mana khayalan mana nggak!!" Kenapa mas Awan yang ngegas ih. Awan langsung nyelonong pergi. Jingga masih berdiri cemberut dan diliputi penasaran, ia tahu mas Awan sedang berbohong.

Jingga kembali ke kamar, di lihatnya notifikasi ponselnya. Ada panggilan tak terjawab dari Ferry dan satu pesan masuk darinya.

kordes Ferry
"Jingga, aku sudah koordinasi dengan pak Raka. Kata pak Raka, sebelum survey tempat, bapaknya pingin kumpulin kita dulu dengan beberapa kelompok lain yang diampu nya. Jadi ada 2 kelompok lain gitu yg DPL nya juga pak Raka. Besok pagi jam 9 di gedung F ya..."

Jingga:
Hmmm...

Bisa nggak Jingga tenggelam saja... Rasanya ia ingin gulung-gulung saja di kasur sambil teriak-teriak minta tolong.

Mbak Sri mengetuk pintu kamar, menanyakan apa makanan tadi pagi sudah habis dan piringnya bisa dibawa ke dapur. Jingga tak membalas pertanyaannya. Rasanya ia mati rasa.

"Waduh mbak jingga lhaa kok makannya masih utuh mbaak... Kalo kayak gini mbak Jingga bisa lemes mbaak. Mbak mau dibuatin apa, biar saya buatin" jingga menggeleng.

"Saya mau jalan-jalan sore mbak... Pingin nyegerin mata sama beli terang bulan dan martabak"

"Yaa perutnya diisi dulu, takut gak kuat badannya itu mbaak... Kalo ada apa2 di jalan nanti nggak ada yg nolongin gimana"

GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang