Beautiful In White

1.2K 95 22
                                    

"Bu Dahyun, ada seorang wanita yang ingin menemui Ibu," ucap Gahyeon, asisten Dahyun yang membuka pintu ruang kerjanya.

Dahyun mengerutkan kening, karena ia ingat kalau hari ini tidak ada jadwal bertemu dengan klien. "Siapa? Dia sudah membuat janji sebelumnya? Atau aku kenal dengan wanita itu?"

"Kau kenal denganku, Dahyunie," ucap seorang wanita yang langsung masuk tanpa permisi ke ruangan Dahyun.

Gahyeon yang mendengar itu hanya dapat menelan ludahnya. Pasalnya, tidak ada yang berani memanggil atasannya itu dengan sebutan 'Dahyunie'. Ia pun langsung undur diri dan menutup pintu ruang kerja atasannya.

Berbeda dengan Gahyeon, Dahyun diam mematung ketika mendengar suara wanita itu. Suara seorang wanita yang telah menghilang dari hadapannya selama 10 tahun dan ia mendengarnya kembali.

Wanita itu hanya melihat sekeliling ruang kerja Dahyun. Ia melihat meja kerja Dahyun yang terdapat tumpukan sketsa gaun pengantin pesanan para klien yang menggunakan jasanya. Oh, jangan lupakan juga kibor yang diletakkan sang pemilik di samping meja kerjanya.

Tubuh Dahyun berdiri diam, tetapi tidak dengan matanya yang tidak berhenti mengikuti mata milik wanita yang melihat sekeliling ruang kerjanya.

Tanpa dipersilakan, wanita itu duduk di kursi di hadapan Dahyun. "Aku ingin kau membuatkanku gaun pengantin, Dahyunie."

Kaki Dahyun melemas dan ia terduduk di kursi kerjanya. Sudut bibir miliknya menyunggingkan senyum sinis pada wanita di hadapannya itu. "10 tahun kau meninggalkanku tanpa ucapan salam perpisahan dan kau kembali ke hadapanku untuk minta dibuatkan gaun pengantin?"

"Bukankah kau sendiri yang berjanji akan membuatkan gaun pengantin untukku jika kau sukses?" tanya wanita itu mengingat-ingat janji Dahyun padanya.

"Siapa orang paling beruntung itu, Sana?" tanya Dahyun.

"Chan," ucap Sana.

"Bang Chan?" Dahyun memastikan. Sejujurnya Dahyun takut jika Sana mengiyakan pertanyaannya.

Sana mengangguk tanda mengiyakan.

Dahyun menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dia menghela napas dalam-dalam. "Tuhan, apa salahku? Bagaimana bisa orang yang aku cintai datang padaku dan minta dibuatkan gaun pengantin. Dan lucunya, calon pengantin prianya adalah sepupuku sendiri. Kalau Engkau ingin bercanda, tidak seperti ini, Tuhan."

Dahyun pun menatap Sana, berharap ia sedang bercanda. Sialnya, Sana tidak bercanda. Sana serius dengan ucapannya.

"Kapan?" tanya Dahyun.

"Tiga bulan lagi. 1 Agustus tepatnya. Is it enough for you to make one? Aku tidak mempermasalahkan desain dan bahannya, aku tahu kau akan melakukan yang terbaik dan mengesampingkan perasaanmu" ucap Sana.

"Is he treating you well?" tanya Dahyun tidak mengindahkan ucapan Sana.

Sana mengangguk dan tersenyum bahagia. "Kalau saja aku tidak bertemu dengannya di Australia, aku sudah menjadi pelacur di sana. Aku dijual oleh orang tuaku sebagai pelacur demi melunasi utang-utang mereka."

Dahyun mulai mengerti kenapa Sana meninggalkannya selama 10 tahun dan kembali meminta padanya untuk dibuatkan gaun pengantin.

Dahyun berdiri mengambil pita ukur. Sana yang tahu bahwa Dahyun akan mengukur tubuhnya pun ikut berdiri.

Ketika Dahyun memulai mengukur lingkar pinggangnya, Sana sedikit risih. "Kenapa?" tanya Dahyun.

Sana hanya menggeleng tidak ingin Dahyun khawatir. "Dahyun, ukurannya lebihkan 5 sampai 10 senti ya?"

Anthology: MiHyun & SaiDaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang