Part 2

29 7 0
                                    

Aku sampai di kondiminiumku, aku langsung melepaskan jaketku dan menggantungnya di tiang gantungan yang ada tak jauh dari pintu. Aku pun juga langsung membuang tasku ke sofa dan bergegas duduk di bangku meja belajarku untuk memeriksa hpku, aku langsung membuka chatingku dan langsung membuka nomor Joong yang dimana terdapat tulisan 'Terakhir dilihat pada 20/05/2021'. Sungguh, aku penasaran dengan apa yang terjadi malam ini, aku melihat Joong di seberang jalan namun saat bus itu pergi dan menurunkan beberapa orang ia tak berada disana. Dan akun yang ku hubungi ini berdering, namun tak dijawab sama sekali. Sungguh, dia kembali lagi ke kota ini atau hanya khayalanku semata yang membuatku bereuni dengan kenangan bersamanya. Lalu aku memandang ke sebuah bingkai foto yang menutup diatas meja belajarku, ku ambil dan lantas aku teringat akan foto tersebut yakni fotoku dengan Joong saat ia membawakanku sebuah kue foundan yang cukup besar dengan hiasan boneka dua orang lelaki yang menatap menara Eiffel.

"Happy birthday kamu. Happy birthday kamu. Happy birthday kamu. Happy birthday Tee Tanaphon. Happy birthday to you."

Lalu aku meniup lilin yang menyala itu dan ia bersorak, kejutan yang hanya dihadiri oleh Joong dan rekan kerjaku di Starbucks cukup mengesankan.

"Kau tidak mengucapkan permintaanmu?" Tanya Axel dan aku menengok padanya.

Kemudian aku menengok lagi ke Joong dan menatap matanya dalam-dalam dan berkata, "Aku sudah mendapatkan apa yang aku mau, semoga saja Tuhan tidak memisahkannya dariku."

Dan kami bertatapan satu sama lain dan kami saling tersenyum satu sama lain dan Brandon memotret kami. Itu adalah momen yang paling berharga untuk ku tahun lalu. Aku masih duduk di bangku ku memandangi foto tersebut.

Pagi hari pun tiba, saljut sudah berhenti turun untuk sesaat dan aku terbangun diatas meja belajarku karena semalam aku ketiduran setelah mengerjakan tugas kuliahku. Aku bangun dan lantas meregangkan sejenak otot-otot didam tubuhku yang kaku dan aku merasakan sedikit nyeri di area tulang belakang leherku. Aku menguap dan mengecek laptopku yang ternyata mati karena kehabisan daya baterainya, lalu aku cek ponselku dan melihat daya bateraiku tersisa 10% saja.

"Sial, aku lupa mengisi daya ponsel dan laptopku." Gumamku.

Setelah itu aku mengambil chargerku untuk mengecas mereka berdua. Hari ini adalah hariku bersantai karena aku libur bekerja dan aku sudah menyelesaikan tugasku sampai nanti aku berhenti bekerja. Seperti biasa aku mengecek apakah ada kiriman susu, dan benar saja dua botol kaca berisi susu ada di gagang pintuku namun yang membuatku bingung adalah disana juga ada sebuah paket dengan sebuah kartu ucapan yang terbuka yang bertulisan "For You".

Sejenak aku melihat sekitar namun tak ada seorang pun yang meninggalkan paket tersebut, lalu aku pun mengambil semuanya dan membawanya masuk. Pintu sudah ku tutup dan semuanya aku letakan diatas tempat meja belajarku, bingkisan yang berbentuk kotak yang cukup besar yang entah apa isinya. Dan sungguh setelah di lihat dengan seksama tulisan tangan tersebut aku pun lantas mengenalinya, ya itu adalah tulisan tangannya Joong. Aku tak tahu kapan paket ini diletakan di depan pintuku dan tak mungkin juga aku mencarinya sekarang karena siapa tahu saja paket ini sudah di letakan disaat aku tertidur. Tidak lama kemudian ponselku berdering menerima panggilan masuk dari Raffa.

"Hallo Raffa." Ucapku menjawab panggilan telefon darinya.

"Sudah terima paket dariku?" Tanya Raffa.

"Oh, ini paket darimu?"

"Coba fotokan, sudah kau buka atau belum."

Lalu aku lantas menyambungkan panggilan video dengannya agar ia lihat langsung paket yang ada bersamaku sat ini.

"Coba mana?" Tanyanya.

Aku lantas membalikan kameraku menjadi kamera belakang dan anehnya ia bingung bahwa itu bukan paket darinya.

"Eh, itu bukan paketku." Ujar Raffa.

"Lalu ini dari siapa?" Tanyaku.

Sejenak aku duduk dan menyandarkan ponselku disana, "Ada apa?" Tanyanya.

"Aku tidak mengerti yang semalam itu benar adanya ataukah tidak."

"Apa yang terjadi?"

"Semalam aku melihat Joong."

"Sungguh?"

"Tapi aku tidak mengerti karena dia menghilang begitu saja."

"Kau hanya merindukan dia."

"Mungkin."

"Oh ya .." Raffa mengalihkan pembicaraan "... Lusa aku berangkat ke Paris!!" Serunya.

"Untuk apa?" Tanyaku yang bingung.

"Yeee, kan aku masuk ke grandfinal kompetisi musik klasik."

"Oh ya? Kenapa kau tidak cerita padaku kalau kau mengikuti ajang kompetisi?"

"Aku tidak percaya diri saat mengikutinya, tapi ternyata aku langsung dapat golden tiket dan langsung lolos di grandfinal."

Lalu kami berbincang banyak hal karena kami sudah lama tak bertemu, Raffa adalah teman baruku. Kami berteman sudah hampir 2 tahun dan berkenalan di sosial media instagram, namun sebelumnya kami sempat bertemu karena dia diundang olek rektor kampusku untuk menghadiri pesta hari jadi kampusku 2 tahun silam. Setelah itu aku mengungkapkan padanya bahwa aku sudah jadi penggemarnya dan akhirnya kami bertemu hanya 2 kali saja sebelum dia kembali ke Indonesia.

Pukul 9.00 aku pergi mencari tempat untuk sarapan bersama dengan Alex. Alex, pria berkebangsaan Indonesia dan aku juga sudah cukup lancar berbicara menggunakan bahasa Indonesia berkat ajaran Raffa. Saat ini kami berada diatas motor gedenya dibonceng sambil aku menyengkram pinggangnya untuk berpegangan.

"Kau ingin makan apa?" Tanya Alex.

"Terserah." Jawabku

"Lah, malah terserah."

"Apa saja yang penting aku bisa makan."

"Kau punya referensi tempat makan yang enak?"

"Banyak ."

"Oh, kita ke tempat makan langgananku saja."

***

It's Last TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang