BAB 2

21 1 0
                                    

Rumah? rumah ini menurut Gantari sudah tidak nyaman lagi untuk ditinggali, Maminya yang super sibuk, bahkan hampir tidak pernah bertemu. Sedangkan Papi sudah pergi dan mungkin sudah bersenang-senang dengan selingkuhannya, Akhirnya Gantari memutuskan untuk kabur dari rumah.

"Maafin Gantari Mi, Gantari sayang Mami, tapi Gantari udah capek Mi," ucap Gantari pergi.

Sudah hampir satu bulan Gantari pergi dari rumah, sudah berkali-kali juga dia lari dari kos-kosan yang dia tinggali karena seringnya di kejar oleh bodyguard yang di utus maminya untuk memaksanya kembali kerumah. Dalam diam dia merindukan Abangnya tapi tak pernah sekalipun dia memberi tahu Abangnya, karena tidak ingin kuliahnya terganggu.

***
Malam ini Gantari sedang jalan-jalan di taman dekat Restoran terkenal, namun tidak sengaja dia melihat Kakak tingkatnya di Kampus yang juga notabennya Kakak sepupu sahabatnya, dengan cepat dia menghampiri pria tersebut.

"Hey, lagi ngapain Kak sendirian pakai jas segala lagi," tanya Gantari tiba-tiba.

Balindra nama Kakak tingkatnya ini, "Biasa lagi ngedate," ucap Balindra

"Tapi mukanya datar gitu ya?" tanya Gantari

Balindra pun menunjukkan senyum terbaiknya, "Yaudah, kalau sekarang gimana?"

"Nah gitu dong Kak, seenggaknya nanti ada cewek yang mau sama Kakak hehe," balas Gantari tertawa pelan.

"Masang wajah datar aja banyak yang antri, apalagi senyum,"

Gantari memincingkan matanya mendengar jawaban Balindra yang super PD, membuat dirinya ingin muntah, "Oh, ya?"

Gantari langsung mendekati Balindra dan merapikan Jas Balindra yang sedikit berantakan, "Hum, Bagus deh, lain kali banyak bersyukur ya Kak. Have fun ngedatenya,"

"Lah gue bercanda kali Gan, ini lagi ada acara keluarga. Btw masuk aja ada Jennie didalam,"

Gantari menggelengkan kepalanya pertanda menolak ajakan Balindra, "Nggak ah, kan nggak di undang. Lagian mau ada, emm sesuatu juga. Salam buat Jennie ya Kak," ucap Gantari tersenyum ke arah Balindra.

"Sesuatu maksudnya gimana?" ucap Balindra bingung

"Ya gitu, lagian baju Gantari juga kan nggak cocok sama pestanya. Lain kali aja ya kak, makasih salam buat Jennie," ucap Gantari setelah itu langsung pergi menuju taman meninggalkan Balindra sendirian

"Yaelah diajak makan gratis nggak mau,"

Melihat Gantari yang pergi begitu saja membuat Balindra merasa aneh dan langsung menyusul Gantari.

Sesampainya di taman, Gantari langsung duduk di kursi menatap kosong ke langit malam sambil berbicara sendiri, "Hah, Kabur terus Gan, kabur terus,"

Balindra pun menghampiri Gantari dan langsung duduk disebelahnya, "Ngapain disini?"

Melihat kedatangan Balindra membuat Gantari sangat kaget, "Kok Kak Balin malah kesini? Bukannya masih ada pesta disana,"

"Cuman acara keluarga doang kok, lagian males ngomong sok formal depan orang, Lo sendiri kenapa nggak langsung balik?" tanya Balindra

Mendengar ucapan Balindra membuat Gantari tertawa pelan, "Sok formal?"

Melihat muka Balindra berubah datar, Gantari langsung menutup mulutnya, seketika Gantari menjadi gugup, "Oh, ini, emm di kos an masih banyak orang Kak, lagian langit lagi bagus, sayang kalau nggak di perhatiin," ucap Gantari tersenyum manis.

"Seriusan Gue, Lo tau nggak? Muka Gue kaku karena kebanyakan senyum didalam, si Jennie malah ketawa-ketawa bahagia liatin Gue," ucap Balindra kesal mengingat Jennie yang sedang menertawakannya.

Gantari terkekeh melihat ekspresi Balindra yang sedang kesal, "Makanya Kak tiap hari senyum. Bukan cuma kalau ada event doang, lagian Jennie emang anaknya periang kok. Baik juga, tuh liat bulan aja senyum," ucap Gantari sambil menunjuk ke langit.

"Kalau biasanya udah ditekuk mau gimana lagi dah, emang bulan punya bibir?" jawab Balindra tersenyum mendengar ucapan Gantari sambil melihat ke langit

"Coba deh kak syukurin hidup dengan cara senyum. Senyum juga nggak bikin gantengnya Kakak hilang kok, beneran," ucap Gantari tersenyum ke arah Balindra.

"Bulan emang nggak punya bibir Kak, tapi dia bercahaya kok. Tuh," ujar Gantari lagi menunjuk ke bulan.

"Lah Gue bersyukur banget malah dikasih nafas aja udah bahagia banget, lagian Lo kenapa juga merhatiin bulan? Lagi punya masalah? Udah cerita aja kayak gua orang lain aja," balas Balindra.

"Ah nggak apa-apa, Gantari masih bisa mengatasi masalah Gantari sendiri, Gantari nggak mau bagi-bagi kesedihan, apalagi sama Kak Balindra. Nanti yang ada Kak Balindra nggak senyum-senyum," ucap Gantari tertawa pelan

"Sok-sok atuh cerita aja,"

"Makasih Kak, Kakak disini nemenin Gantari aja udah cukup kok," ucap Gantari tulus

"Sok puitis deh Lo,"

"Orang beneran ngucap makasih malah di bilang sok puitis lagi, nyebelin," ucap Gantari memukul pundak Balindra pelan

"Aw aw sakit Gan, ampun deh ampun," ucap Balindra pura-pura sambil mengelus bahunya.

"Dih, orang Gantari cuma mukul dikit doang. Kalau gini baru keras nih," ucap Gantari kesal sambil memukul pundak Balindra keras.

"Tuh baru kenceng," ucap Gantari lagi

"Aduh sakit kali Gan, Lo becandanya kasar nih," ucap Balindra kesakitan sambil mengelus pundaknya

"Masa? Beneran sakit? Aduh maaf," ucap Gantari sambil mengelus pundak Balindra.

Setelah itu Gantari langsung melihat jam yang ada ditangannya, "Ah maaf kak, Gantari harus pergi. Maaf sekali lagi dan makasih,"

Gantari berlari langsung berjalan melewati Balindra.

"Iya maafnya diterima,"

Balindra pun menahan tangan Gantari, "Biar gue antar pulang ya," tanya Balindra.

Terlihat raut wajah Gantari menunjukkan rasa khawatir, gugup, bingung menjadi satu, "Ah nggak usah Kak, deket kok deket beneran. Tinggal jalan kok,"

Balindra bersikeras menahan Gantari dan memaksanya untuk mengantarnya pulang, "Ini udah malem kasian anak cewek  kalau jalan sendirian Gue anter aja,"

"Beneran dekat Kak, duh nggak usah. Kakak mendingan masuk gih ke pestanya, ya?"

"Ia gua nggak apa-apa ayo bareng Gue aja, tunggu disini gua ambil motor dulu," Balindra berlari ke parkiran langsung mengambil motornya

"Cakep-cakep batu sih di bilangin," ucap Gantari sambil menghela nafas

"Naik yok,"

Gantari langsung naik ke atas motor Balindra, "Ke kos an di sekitar sini Kak, yang depannya cat warna biru,"

"Iya paham,"

Balindra pun menjalankan motornya menuju kos an Gantari, selama di perjalanan tidak ada yang membuka suara, akhirnya mereka pun sampai di kos an Gantari.

Sesampainya di kos an, Gantari pun turun dari motornya.

"Kenapa Lo ngekos Gan?" tanya Balindra penasaran

Seketika Gantari panik mendengar pertanyaan Balindra, matanya terus waspada melihat sekeliling kos an, "Ah nggak apa-apa sih Kak, soalnya lagi pengen mandiri aja, mmh tapi maaf ya Kakak nggak bisa ikut masuk," ucap Gantari

"Lah itu kenapa kepala culametan gitu? Lagian siapa juga yang mau masuk," ucap Balindra meledek Gantari.

Balindra langsung menghidupkan motornya, "Gua balik dulu ya, masuk sana anak kecil nggak boleh di luar,"

Gantari tersenyum getir, "Hati-hati Kak,"

----- Bersambung

GANTARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang