Thrillero • LOYALTY

18 2 0
                                    

Bedah Buku
LOYALTY
Karya ArgiNarun

Krisar

Akuasar
Aku gak akan berkomentar tentang bahasa, stoty, karakter, dan lainya. Karena aku tau yang lain pasti berkomentar tentang itu. Jadi pengen beda aja 

Dari covernya benar-benar menonjolkan mawar hitam. Warna yang monokrom seperti menyimbolkan isi buku yang tidak berwarna warni, alias dark. Cuma aku belum terlalu ngerti apa maksud kertas-kertas itu, mungkin kalau aku bacanya sampai tamat nanti paham, atau itu memang gak ada atinya dan cuma penghias. Oh, aku baru sadar, kenapa gak ada nama pengarangnya?

Di part awal, menurutku itu tidak perlu. Lebih baik memperkenalkan kerekter seiring berjalannya cerita. Karena gak semua pembaca mudah ingat (aku contonya) dan menyampaian yang kayak gitu bisa menambah elemen kejutan di cerita. Elemen kejutan bisa membuat membaca semakin penasaran dan ketagihan bacanya.

Work ini mulai ditulis tanggal 15 Mei 2021 dan selesai 15 Juni 2021 dengan menghasilkan 29 part. Artinya work ini ditulis hampir setiap hari (mungkin). Cuma orang-orang yang terbiasa menulis yang bisa nulis setiap hari satu part. Work ini udah masuk daftar pendek wattys 2021, jadi cukup recomended.

@Gracia_Tinkerbell
Aku baru membaca sampai dua bab. Menurutku, ide ceritanya cukup bagus, mengangkat topik mengenai intelijen yang cukup jarang aku temukan. Kekurangan ada pada penggunaan tanda baca, terutama enter. Mungkin Al lupa bahwa setiap menemui dialog baru harus dipisahkan oleh enter. Jadi, semisal ada dialog yang disampaikan oleh tokoh A, kemudian disahut oleh tokoh B, maka dialog yang diucapkan oleh tokoh A dan tokoh B harus dipisahkan dengan tanda enter. Tujuannya adalah agar pembaca tidak kebingungan tokoh mana yang sedang berbicara.

Aku juga setuju dengan Kak Nita. Aku menyesalkan keputusan Al untuk menaruh perkenalan tokoh di bagian awal dan bukan menjelaskannya secara pelan-pelan. Ini justru membuat tokoh seperti tidak hidup di benak pembaca.

Penggunaan beberapa kata asing, seperti misalnya "flat face" sebaiknya diganti dengan bahasa Indonesia. Lebih baik lagi jika flat face itu dijelaskan secara rinci, misalnya "matanya sayu, hanya tersungging senyum tipis tak bermakna di wajahnya" dan semacamnya.

@mosttragic
Halo saya mau mereview hasil membaca novel Loyalty.

Dari judul saja, saya harus akui tema dan judul unik banget.  Gaya penulisan sangat bagus, mengalir cerah.
Sayang sekali, tiruan bunyi atau biasa di sebut Onomatope sering muncul. Serta hanya karna ini kurang mengekpresikan suasana yang seharusnya jadi deg-degan.

Agak terganggu, sehingga setiap kali muncul saya harus skip bagian tersebut. Namun, saya sangat mendukung alur novel ini. Energi atau suasana novel ini yang perlu garis dibawahi adalah, tegas. Saya sangat menyukainya dan juga enjoy sambil membacanya.

Akhir kata, semoga ulasan saya cukup diterima. Siapa tahu ada novel lainnya yang ditulis author, dengan tema yang mirip.

@Chaoticimpulse
Haii, ini krisar jo yaaa. Maaf banget kalau pendek atau gimana, jujurly aku masih acuh sama six of crows
/HAHAHAHA LUPAKAN.

Pembawaan bahasa di buku udah cukup bagus, dibacanya juga enak. Kata-katanya juga nggak overdose atau banyak banget, ini sih bacaan aku banget hehe kalau lagi mager baca. Topiknya juga keren, nggak banyak topik gini di wp. Cuma aku rasa, aku setuju sama Kak Cila, tata peletakkan dialognya kudu dipilah-pilah dikit kayaa apa yaa. Tadi pas aku baca, terlalu rengket. Aduh bahasa indonya rengket itu apa ya, terlalu digabung semua gtu hehe.

Nama-nama tokohnya indah!! Sayangnya, aku tadi agak lupa-lupa-ingat pas baca. Tokohnya siapa aja, dan dia berperan yang kaya gimana. Oiyaa, kalau bisa buat bahasa asing, di-italic ya, atau lebih bagus diterjemahkan jadi bahasa indonesia.

Tapi, overall, karyanya keren! Keep going to fix and make them more good to read <3

@Catrella2
Hm, ini krisarku. Maaf ya, Arch komenan yang mau kukomen rata-rata udah di bahas member lain.

Aku suka konsepnya, jarang yang ngangkat konsep kek gini—sejauh aku menyelam di WP sih—jujur, aku baru baca sampe bab 2/nangis di pojokan/ soalnya ini masih kejar makalah kelompok yang rupanya blm rampung

Cuman tadi, aku nemu kata Step brother setauku itu bahasa asing, 'kan ya, jadi seharusnya di italic (kalau ternyata nggak maaf).

Komenan lainnya sama kek member lain; penggunaan tanda baca yang kadang ... kurang benar, dsb.

Ceritamu keren, beneran. Berani angkat tema kek gini—karena kalau salah riset kan, anu, ya—semangat terus Arch!

@mnafisalmukhdi1
Pertama, aku masih ingat ketika Al mempromosikan karya ini di grup asrama. Sampulnya yang dulu sederhana, membuatku merasa ada teman yang memiliki kesamaan. Sekarang, sampulnya telah diganti. Entah kenapa untuk dari desain terutama font, aku rasa yang dulu lebih bagus. Itu perspektif pribadi tentunya. Dan ya, aku cukup mengikuti perkembangannya tapi kali ini harus membahasnya.

Topik yang diambil sangat berani dan entah bagaimana, terjadi sekarang. Pandemi. Mengingat Al mengaku ini berasal dari tulisan lama yang telah didaur ulang dan dipublikasikan setelah dihias sedemikian rupa. Genre yang sebenarnya sudah cukup sering sampai ke aku, dan aku tertarik kepada beberapa penyajiannya. Medical Thriller adalah genre menarik, namun riset agar sesuai fakta harus dilakukan dan itu cukup susah.

Secara garis besar, Anda telah menyadarinya. Cerita yang sudah bagus, ejaan sedikit diperbagus lagi terutama pada dialog tag dan saudaranya. Terkadang di paragraf bisa juga. Tapi itu hanya hal yang kecil. Skip time berupa ganti scene yang cukup cepat, aku sangat memakluminya karena mengalami hal yang sama, apalagi genre dengan riset ribet.

Terakhir, selamat. Karya Anda masuk Daftar Pendek Wattys 2021 dan itu sudah cukup membanggakan. Tetap semangat berkarya.

@IchiHikaru
Aku baru baca tiga bab. Tapi enggak papa, kan?


Oke, jadi review ini kemungkinan akan berisi pendapat pribadiku.

Pertama, karakter yang langsung dijelasin di bab awal semua. Padahal beberapa di antaranya aku liat ada yang baru muncul di bab ketiga. Ini cukup mengganggu karena aku jadi kesulitan mengingat nama karakter, dan semua fakta tentang mereka.

Menurutku ada baiknya karakter dijelaskan pelan-pelan lewat narasi dalam ceritanya. Maksudku, jangan sekalian muncul bergerombol gitu. Atau kalau mau dibuat list kayak novelnya S. Mara Gd, buat singkat-singkat aja yang penting pembaca ada gambaran. Selebihnya tentang di mana mereka kuliah atau kerja, bisa nanti dijelaskan dalam cerita.

Terus untuk penulisan dialog. Di sini Al keliatannya masih banyak keliru di penggunaan titik atau koma sebagai penutup dialog. Dan penggunaan dialog tag (misal: ucap, tanya) masih banyak yang memakai huruf kapital.

Terus elipsis (...) Kalimat setelah elipsis harusnya dimulai huruf kecil. Misalnya "Ah ... kenapa lagi sih?"

Dan lagi, banyak kata-kata dalam bahasa asing yang belum di-italic. Dan ada kata "... versi offline nya." Kayaknya di sini Al lupa naruhin tanda -
Sebaliknya, ada kata "laptop-nya", "helm-nya" dan lain-lain yang menurutku enggak perlu ditaruhin tanda -

Terus untuk penulisan angka. Seingatku, bilangan yang terdiri dari tidak lebih dari tiga kata, ditulis pake huruf. Kayak "Sepuluh tahun yang lalu." Jadi bukan "10 tahun yang lalu."

Oke, mungkin segini aja dulu. Aku yakin cerita ini bakal bagus ke depanya. Tapi kalo boleh jujur, aku kurang menikmati ceritanya karena poin pertama tadi. Kalo direvisi lagi, pasti hasilnya bakal jauh lebih keren.

Salam manis,
Tim Thrillero

Recensio BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang