3. Sang Dosen yang Still Available

3.3K 150 0
                                    

Jingga masih dongkol dengan Awan. Sedangkan awan tak berani menampakan batang hidungnya didepan Jingga. Fix dia ada apa apa dengan si brengsek itu!!!

"Hari ini aku nggak pulang, aku pingin nginep ke kosan Mayang" pamit Jingga dengan membawa satu tas ransel berisi pakaian nya kepada Awan melalui pesan WhatsApp. Awan tidak mau cekcok, kalau bertatap muka langsung bisa-bisa adeknya akan melemparkan kursi ke mukanya.

"Yaa ampun dek, belum KKN aja udah berangkat sendiri"
"Biarin, nggak usah urusin aku!!" Jawab jingga dengan menekan keyboard android penuh penghayatan dan penekanan padahal itu hanya menghabiskan tenaganya saja. Mulutnya masih komat Kamit nggak jelas.

"Yaudah kamu urusin KKN mu sendiri sana, mas nggak bisa ngasih kamu uang buat saku"
Jingga menghela nafas kasar, matanya merah, ia ingin menangis keras-keras.

"OKE FINE!!!"
=====================***********===========
Menunggu kedatangan DPL mereka sesuai janji kemarin, bagi Jingga seperti menunggu ujian. Cemas dan gelisah. Gadis itu mencari duduk paling pojok dan belakang agar wajahnya tak terlihat oleh Raka. Di depan Jingga adalah Ferry, sementara teman2 wanita lain berada di bangku paling depan. Kebiasaan kalau ada dosen ganteng dan mapan adalah cari muka.

"Assalamualaikum wr. WB selamat pagi" tiba-tiba suara bariton membuyarkan lamunannya. Jingga buru-buru menyembunyikan mukanya di belakang punggung ferry.

"Perkenalkan saya adalah Raka Raditya yang akan mengampu mata kuliah KKN kalian. Alias DPL kalian. Kebetulan ada 3 kelompok ya. Sama-sama di Nganjuk ya tapi berbeda lokasi. Disini saya ingin kita sama-sama saling mengenal agar selama kalian KKN kalau ada masalah tentang proker atau apa kalian bisa sharing. Jangan sungkan. Saya tidak mau jadi dosen yang asal kalian setor laporan, sudah selesai. Tapi saya ingin sekali momen KKN ini benar-benar kalian manfaatkan sebagai wadah untuk mengabdi dan membantu masyarakat. Karna sebenarnya tugas dosen pun sama. Sampai kapanpun dimanapun jiwa pengabdian kita harus tergugah" jingga mendengarkan penjelasan Raka sambil melamun. Ia mencorat-coret buku catatan nya yang kosong untuk membunuh kerisauan hatinya.

"Jadi kita tinggal tetapkan saja ya yang berangkat survey tempat besok. Saya minta perwakilan 2 orang kesana. Bisa kordes dan sekretaris. Nanti kita bisa langsung ketemu dengan titik kumpul di kantor kecamatan desanya ya untuk memudahkan"

"Baik pak..."
"Oh ya, saya belum kenal kalian satu persatu. Sebelum kita akhiri, saya presensi dulu ya"
"Ferry Ferdian"
"Saya pak"
"Ahmad Faisal haqiqi"
"Karina Dewi Putri"
"Jingga Aurora" deg!! Seketika tatapan keduanya beradu untuk beberapa detik. Jingga mengangkat tangannya. "Saya pak" lalu jingga mengalihkan tatapannya. Seperti kata Bu Sarah, bahwa Jingga seperti magnet. Setiap ada jingga, suasana begitu menyenangkan dan tak pernah sepi.

"Jingga whoy jingga! Tumben diem" celetuk teman-temannya.
"Sariawan dia"
"Belum makan 2 hari hahaha" riuh mereka disertai gelak tawa. Jingga memberengut dan melototi mereka.
"Suruh maju pak, maju biar kenal. Tak kenal maka tak sayang" celetuk Rossy yang satu kelas dengannya. Jingga hanya membatin "yaa Allah malu maluin banget"
"Jingga Aurora" panggil Raka, jingga mengangkat kepalanya.
"Maju, sesuai request teman-teman kamu" jingga memberanikan diri menatap mata Raka lebih intens dan lebih lama. Ada gurat sakit hati dan luka yang terpendam di dada Jingga.
"Saya ingin dengar profil kamu. Silahkan"
Plis ini bukan ospek! Bukan Maba!! Tapi kenapa begini Amat sih authooor!! Hiks.

"Nama saya Jingga. Saya dari fakultas ekonomi dengan jurusan manajemen. Saya tidak pintar. Saya juga tidak jago bikin proposal bisnis. Tapi saya bisa bernegosiasi dengan bapak tentang hati. Bapak tahu? Hati saya kalau digambarkan dengan angka indeks? Jarak waktunya selama itu, tapi hasilnya turun nggak seberapa" whuuuuuuyyyyy!!! Seisi kelas ramai riuh tak terbendung mendengar gombalan Jingga.

GRAMMAR IN LOVE (GAGAL MOVE ON) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang