"Saat memilih kita tak bisa menarik pilihan itu kembali menjadikan rasa penyesalan membekas dalam ingatan, tapi biarlah itu menjadi rahasia kita sendiri dan menjalankan apa yang telah dipilih."
-Agaraya-
Hari ini adalah hari penilaian seni musik. Semua murid di kelas 10 IPA 2 kini berada di ruang musik. Mereka bergantian maju ke depan untuk menampilkan penampilannya semaksimal mungkin.
Tibalah saatnya Raya dipanggil maju ke depan.
Gadis itu dengan semangat menggebu-gebu memainkan alat musik pianika dengan sangat apik. Nadanya beraturan penuh ketenangan. Di menampilkan lagu kasih ibu. Selepas semuanya tampil gurunya memberitahu tahu siapa yang mendapatkan nilai terbaik pada penampilan kali ini."Jadi yang mendapatkan nilai terbaik adalah Hiraya Armana dengan nilai 95, selamat untuk Raya dipertahankan ya!" Guru itu memberikan tepukan tangan untuk Raya begitupun dengan yang lain memberikan selamat kepadanya.
"Selamat ya Ray, gue bangga sama Elo," ucap Rain memberikan selamat atas keberhasilannya.
"Makasih, Ren. Permainan Elo juga bagus kok," balas Raya.
Aga hanya mengalihkan pandangannya ke arah Raya dan memberikan senyuman agar persahabatan gadis itu dengan Rain tidak hancur karenanya.
****
Tidak terasa waktu pembelajaran SMA Demantara telah usai, mereka semua berhamburan untuk pulang. Raya kini sudah berada di parkiran. Saat dia hendak memasukkan kunci motornya ada seseorang yang membekap mulutnya dari belakang.
Keadaan sekolah lumayan sepi karena tadi gadis itu dan Rain harus mengerjakan piket kelas terlebih dahulu. Orang itu memakai hoodie hitam dengan masker menutupi wajahnya.
10 menit berlalu
Gadis itu membelalakkan matanya saat menyadari tangan dan kakinya diikat dengan tali yang dihubungkan ke kursi.
Gadis itu dikurung di gudang sekolah, hanya ada tumpukan benda-benda bekas disana. Dia mencoba membuka ikatan talinya sekuat mungkin, tapi tetap saat hal yang dilakukan sia-sia.
Pintu terbuka, ketiga laki-laki menggunakan masker, salah satunya menggunakan hoodie hitam. "Lepasin Gue!" Jerit Raya bingung kenapa tiba-tiba disini. Seingatnya dia tak memiliki musuh selain Bintang. Lagipula Bintang sudah damai, apakah mungkin memang dia yang melakukan karena ingin membalas dendam sebab kejadian tadi malam?
Laki-laki dengan hoodie tersenyum dengan smriknya. "Lepasin Raya," suruhnya dengan tatapan datar. Kedua temannya mengangguk dan melepaskan ikatan tali itu.
"Sekarang Elo hubungi Aga suruh kesini kalau ga gue gak akan lepasin!" Perintah laki-laki itu.
"Engga akan," tolak Raya.
"Okey." Kedua laki-laki memutarkan badannya berjalan menuju ambang pintu.
"Okey, fine gue telpon," pasrah Raya lalu menelpon Aga.
"Assalamu'alaikum, Ga. Kesini ya. Gue di sekap."
"Waalaikumsalam, kok bisa Ray? Kamu dimana?"
"Kalian sekap gue dimana?" tanyanya kepada ketiga laki-laki itu.
"Gudang sekolah," balas laki-laki yang memakai hoodie hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agaraya [END]
Teen Fiction"𝙺𝚒𝚝𝚊 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚜𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚔𝚒𝚛 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚍𝚞𝚔𝚊." ㅡ𝙰𝚐𝚊𝚜𝚊 𝙷𝚊𝚛𝚢𝚖𝚞𝚛𝚝𝚒ㅡ Aga dan Raya tidak salah hanya ingin saling menjaga justru berujung kesalahfahaman karena yang salah adala...