.
.
.
Jimin menelan ludahnya dengan susah payah. Ia kemudian menoleh ke kanan dan ke kiri. Memastikan pasukan ayahnya aman dari serangan musuh. Jimin kemudian melirik Jungkook yang berdiri tak jauh darinya. Jimin tentu saja dapat melihat tubuh Jungkook yang gemetar. Anak itu bahkan terlihat pucat sejak wanita tadi muncul dihadapan mereka.
"Jungkook, aku tahu ini sulit. Tapi berusahalah semampumu. Aku tidak bisa berjanji untuk selalu melindungimu-"
"Hyung."
Jimin menghela napasnya. Ia memejamkan sesaat matanya kemudian menoleh ke arah Jungkook. Sejak kapan anak ini memanggilku hyung- pikir Jimin.
"Jungkook, aku akan berusaha melindungimu. Tapi kau juga harus berusaha melawan. Ini bukan permainan, tunjukkan kemampuanmu yang sudah kau asah selama ini." Jimin memegang bahu Jungkook dan sedikit meremasnya. Berharap bahwa sentuhannya mampu memberikan motivasi untuk pemuda itu.
"Setidaknya bertahanlah hingga Taehyung datang." lanjut Jimin.
Mendengar nama Taehyung membuat tubuh Jungkook menegang. Jungkook kemudian mengusap wajahnya yang entah sejak kapan basah oleh air mata. Jimin maklum itu. Anak ini pastilah takut jika dihadapkan pada pertempuran seperti ini. Apalagi dari yang ia dengar, Jungkook harus melawan ibunya sendiri. Jimin tak tahu pasti apa masalah mereka, namun sepertinya cukup rumit dan berat untuk Jungkook sendiri.
"Jimin, kami sudah siap." suara yang cukup samar terdengar.
Jimin mengangguk. Ia ingat jika dirinya dan para wizard yang lain tengah mengaktifkan komunikasi internal mereka. Mereka mampu bertukar pikiran dan berkomunikasi tanpa perlu bicara secara langsung.
"Sesuai rencana awal, kita akan membuat sesedikit mungkin kerusakan. Kita akan membuat pelindung agar kerusakan dan dampak guncangan bisa dipersempit."
"Kami menunggu aba-aba darimu."
"Ayah, tolong bantu aku melindungi mereka." ucap Jimin pada sang Ayah yang berdiri di depannya.
Ayah Jimin menoleh. Ia kemudian menatap dua orang pemuda yang berdiri tak jauh dari putranya. Ia mengangguk dan menepuk bahu Jimin.
"Ayah juga akan berusaha melindungimu."
"Terima kasih."
Jimin tersenyum. Ia kemudian memegang pedangnya dengan erat. Mengarahkannya ke arah depan dengan kaki terbuka dan sedikit ditekuk.
"Jihoonie, kita akan berjuang bersama." bisik Jimin saat pedang di tangannya memancarkan cahaya. Pedang itu seakan merespon semua ucapan Jimin.
"Taehyung, kami menunggumu." batin Jimin.
Jimin ingat, sebelum Taehyung pergi mereka sempat membahas hal ini. Saat itu Jungkook tengah tertidur. Mereka membicarakan serangan dadakan yang mungkin akan dilakukan oleh Ratu Joohyun pada Jungkook.
"Ternyata kau benar, Taehyung." pikir Jimin.
Jimin kembali mengehela napasnya. Ia mendongakkan kepalanya dan melihat perlahan sebuah pelindung berwarna coklat tipis mulai menyelimuti wilayah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wizard [Taekook] END ✓
FanfictionJeon Jungkook, anak matahari yang ditakdirkan menjadi bulan. Anak bungsu pemalu yang ditakdirkan hidup mandiri. Mencari sang matahari untuk menyempurnakan sinarnya, yang sebenarnya tanpa ia sadari sang matahari selalu berada disampingnya, melindungi...