Suasana sekolah hari ini masih sama seperti biasanya. Namun berbeda dengan suasana hati dan pikiran Tishya. Ia masih terlarut dalam pikirannya mengenai mamahnya. Ia hanya menyimpan semua yang ia tahu sendirian perihal mamahnya dan laki-laki lain. Ia tidak berani bercerita kepada siapapun bahkan orang-orang terdekatnya. Memendam, merasakan, memikirkan bahkan menahan sakit hati sendirian. Tak ingin siapapun mengetahui kelakuan mamahnya, cukup Tishya, mamah, laki-laki tersebut, dan tuhan saja yang tahu. Perihal akan terbongkar atau tidak itu urusan belakang, yang ia tahu sekarang adalah merahasiakan. Bukan karena ia melindungi sebuah kebohongan namun Tishya hanya lebih takut jika itu semua terbongkar.
Tishya berusaha menutupi semua beban pikirannya dan berusaha bersikap seperti tidak terjadi apa-apa agar tidak mengganggu kegiatan belajarnya. Bel istirahat berbunyi merupakan sebuah kebahagiaan tersendiri bagi para murid SMA Bangsa. Tishya dan Bela menuju kantin. Seperti biasanya, kantin selalu terasa sesak dan berisik akibat ramainya suara-suara murid yang mengantre untuk membeli makan, minum, dan jajanan.
"Ada burung namanya burung gelatik, ada juga yang namanya gagak. Eh eneng cantik, abang ganteng ini boleh gabung nggak?" tanya Irza pada Tishya dan Bela. Keduanya hanya tersenyum dan merasa aneh.
"Elu ngapain elah kutil badak, sorry ya atas kelakuan temen gue yang sinting ini," ucap Candra sambil menarik baju Irza seperti seekor kucing.
Gilang hanya diam dan menggelengkan kepalanya, matanya bertemu pandang dengan mata Tishya seperti memberi sebuah isyarat dan mengangguk. Tishya yang merasa tidak enak dan takut ketahuan oleh sahabatnya langsung menundukkan kepala. Bela hanya senyum-senyum karena kejadian tersebut dan tak lain karena ada Gilang. Ketiga laki-laki itu pergi meninggalkan Tishya dan Bela untuk mencari tempat duduk lain yang masih kosong.
"Aaa Kak Gilang cool banget ya Shya," ucap Bela yang masih terkesima dengan Gilang.
"Apaan sih lo, aneh banget. Udah lanjutin makannya, kalo gak dilanjutin gue makan makanan lo," ancam Tishya pada sahabatnya itu.
"Eee ya jangan dong, gue juga laper kali."
Saat keduanya sedang menikmati makanan masing-masing, Aldy meminta gabung di meja yang mereka tempati. Tishya dan Bela mengizinkannya karena memang semua meja sudah penuh. Seperti biasanya, Aldy yang iseng akhirnya mengusili mereka berdua dengan mengambil sesendok makanan milik Tishya dan Bela. Sepasang sahabat itu merasa kesal namun dibuat enjoy aja karena sudah paham dengan sifat Aldy.
"Eh rese lu main comot makanan aja," ucap Bela pada Aldy.
"Bel, berbagi itu indah. Lagian kalo berbagi kan dapet pahala juga," jawab Aldy membela dirinya.
"Ini sih bukan berbagi, lebih ke elo nyuri makanan gue."
Ketika sedang asyik bercanda, tiba-tiba Tishya tersenggol oleh seorang murid laki-laki yang tersandung. Karena Tishya yang tidak siap akibatnya ia hampir terjatuh ke belakang namun ditangkap oleh Aldy. Selama beberapa detik mata mereka saling menatap. Tanpa mereka sadari, seisi kantin memperhatikan mereka tak terkecuali tiga serangkai (Candra, Gilang, dan Irza) dan Risa yang naksir sama Aldy. Kejadian itu mengundang perhatian seluruh isi kantin dan tidak sedikit yang melontarkan kata cie-cie pada mereka. Aldy langsung melepaskan tangannya dari Tishya dan Tishya langsung membenarkan posisi duduknya. Risa yang melihat kejadian itu langsung merasa geram dan meremas botol air mineral yang ada di tangannya.
"Dasar manusia yang tidak berperi kejombolan, masa uwu-uwuan di kantin kan jiwa jombloku jadi meronta-ronta," celetuk Irza.
Gilang yang mendengarnya langsung melotot pada Irza mengisyaratkan untuk diam karena Candra sudah terlihat kesal melihat kejadian tersebut. Irza langsung menutup mulutnya dan menepuk jidatnya. Candra yang merasa kesal dengan kejadian tersebut langsung pergi dari kantin. Gilang dan Irza ikut keluar dari kantin dan mengikuti Candra. Candra memilih pergi ke pinggir lapangan, Gilang dan Irza juga mengikutinya.
"Siang-siang makan kedondong, eh Candra sahabat gue senyum dong," rayu Irza pada Candra yang membuat ketiganya tertawa lepas.
"Ih najis, jijik gue sama lo hahaha. Tapi gapapa lo bisa bikin mood gue balik lagi," jawab Candra sedikit gemas dan menjitak kepala Irza.
Bel masuk berbunyi, para murid bergegas masuk ke kelas. Lorong sekolah dipenuhi oleh murid-murid yang sibuk berjalan dan berlari menuju kelasnya masing-masing. Ketika Tishya dan Bela sedang menuju kelas, mereka berdua tidak sengaja berpapasan dengan tiga serangkai itu. Irza mengedipkan mata pada Tishya dan Bela yang berhasil membuat keduanya merasa geli. Gilang yang mengetahui hal tersebut langsung menolehkan kepala Irza dengan paksa.
***
Semburat warna jingga di langit yang memberikan keindahan dikala sore hari membuat siapa saja yang melihatnya terpana dan merasakan sebuah kedamaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fix Lies
RomantizmMenceritakan kisah seorang gadis cantik yang berusaha untuk memperbaiki ikatan dengan orang terdekatnya.