Taery memang berubah sekali. Menjadi liar. Begitu berani memancing Jimin dan Yoongi ke kamar yang sama. Bahkan tingkahnya seperti mengamini ide gila yang ditawarkan kedua laki-laki itu, melakukan threesome.
Wanita yang pura-pura tetap tenang ini sebenarnya antara mau dan tidak mau. Merasa tertantang. Penasaran bagaimana rasanya dihancurkan oleh dua laki-laki ini sekaligus. Bagaimana kedua benda intim mereka keluar masuk di kedua liang yang ada di bawah sana.
Pasti panas sekali. Basah. Mungkin akan menyakitkan tapi pasti tertutup dengan rasa nikmatnya.
Beruntungnya—atau sayangnya dia tahu diri. Tubuhnya masih letih. Takut kalau lecet. Apalagi baru saja Jimin dan Yoongi memberikan jaminan pengobatan untuk Taery. Sedikit bisa membayangkan bagaimana gilanya kedua singa yang kelaparan ini. Pasti terkoyak. Habis. Tidak tersisa.Dan beruntunglah saat menegangkan itu, ponsel Taery berdering. Beruntung sekali karena mendapatkan alibi baru untuk tidak meladeni permintaan gila mereka.
"Siapa?" tanya Jimin dan Yoongi berbarengan.
"Kalian posesif sekali. Ini dari teman kantorku," jawab Taery. "Perempuan!" imbuh Taery
dengan penuh penekanan sebelum kedua laki-laki ini berpikir yang tidak-tidak.Bahkan Taery sampai menunjukkan layar ponselnya pada mereka untuk membuktikan bahwa yang tengah menghubunginya adalah rekan kerja perempuannya.
"Halo? Ada apa?" Taery mengangkatnya.
"Taery! Apa kau gila?! Kau di mana? Kenapa langsung meninggalkan tempat kerja? Bos mencarimu! Kau membuat masalah lagi? Astaga Taery." Rekan kerjanya mulai menerocos.
"Aku ada di rumah. Tadi dia memintaku pergi, ya sudah aku pergi. Kenapa mencariku?" Taery tampak santai menanggapi.
Jujur saja, sebenarnya dia sudah tidak betah bekerja di tempat itu. Rasanya seperti menjadi budak korporat yang harus tunduk pada bos otoriter itu.
"Wah, kau benar-benar sinting! Kembalilah ke sini secepatnya! Aku sampai harus berbohong untuk menyelamatkanmu!."
Taery terkekeh."Aw, kau manis sekali. Baiklah aku akan cepat ke sana."
Meskipun Taery ingin mengundurkan diri dari sana, dia masih sadar diri bahwa ia belum memiliki rencana baru kedepannya.Terpaksa harus menerima kenyataan dan kembali ke realita untuk menguatkan diri menjadi upik abu di perusahaan.
"Kenapa? Ada masalah?" tanya Jimin.
"Urusan kantor," jawab Taery singkat. Malas menceritakan urusan pekerjaan pada mereka.Kepala Taery sudah pening akibat mendengarkan kebisingan dari orang-orang sekitarnya.
"Sudah berapa kali aku bilang, kalau kau tidak suka, keluarlah dari sana." Tentu saja sebagai mantan kekasih Taery, Jimin tahu apa yang terjadi pada wanita yang masih dicintainya itu.
"Kau ingin keluar dari tempat kerjamu?" Yoongi ikut menanggapi.
"Keluarlah dari sana!" Jimin kembali berpendapat. Memberikan dorongan pada Taery untuk melepaskan belenggu dari lingkungan pekerjaannya yang toxic.
"Kau gila menyuruhnya keluar dari pekerjaannya begitu saja? Dia akan langsung keluar jika memang benar-benar ingin melepaskan diri.
Wanita sepertinya butuh kepastian
sebelum melepaskan sesuatu. Kau tak mengerti dia rupanya." Yoongi menyanggah perkatakaan Jimin dengan pedas.Jimin kesal sendiri. Seperti tengah diolok-olok. "Kau pikir aku tidak tahu apa yang Taery—"
Prok!
Taery menepuk tangannya. Menghentikan pertikaian kecil yang sebenarnya menyenangkan untuk ditonton. Rasanya mereka seperti tengah merebutkan Taery. Manis sekali. Taery sampai bingung harus memilih yang mana.
"Guys, sebenarnya aku masih ingin menonton perkelahian kalian, tapi aku benar-benar harus ke kantor. Tidak ada pilihan lain. Pundi-pundi uangku masih di sana. Jadi ada yang
bisa mengantarkan aku kembali ke tempat kerja?"
Jimin hendak beranjak dari ranjang, tapi Yoongi lebih dulu berjalan mendekati Taery dan meraih tangannya."Karena aku kekasihmu dan kau kekasihku, aku yang akan mengantarmu. Lagipula, tadi kau bilang ingin mengambil barangmu yang lain kan?" Taery mengangguk.
Yoongi pintar sekali membuat alasan agar Taery memilih Yoongi untuk
mengantarnya. Taery tahu bahwa Yoongi itu bukan laki-laki yang bodoh. Taery sengaja menuntunnya ke sini dengan alasan meminta dijemput karena mengambil barang, padahal kenyataannya Taery malah tengah bersama Jimin. Yoongi pasti paham jika itu permainan Taery saja.
"Kau benar." Taery tampak senang. Merasa Yoongi mau mengikuti permainannya. Lantas wanita itu pergi mengambil sebuah padding favoritnya."Sudah. Ayo pergi!" Taery memeluk lengan Yoongi.
"Hanya itu saja? Sisanya bagaimana?" tanya Yoongi bingung karena barang Taery masih banyak di kamarnya.
"Tentu saja aku akan kembali ke sini lagi. Barang-barang yang aku tinggalkan di sini menjadi alasanku agar aku bisa ke sini lagi." Taery menjawabnya dengan santai.
Sementara Yoongi sudah menunjukkan muka masamnya karena tidak suka dengan perkataan Taery.
"Kau ingin kembali ke sini untuk menemui dia?" tanyanya lagi sembari mengedikkan dagunya ke arah Jimin. Jimin yang mendengarnya tersenyum. Wanitanya itu memang nakal sekali. Suka bermain.
"Aw, manis sekali. Apa kau sedang cemburu?" Taery tertawa sembari mengacak-acak rambut Yoongi.
"Karena ini rumahku juga, Yoongi. Sertifikat rumah ini atas namaku juga. Jadi semestinya aku tidak harus memiliki alasan khusus untuk kembali ke sini, kan?" imbuhnya.
Jimin ingin tertawa sampai terbahak sambil memberikan tepuk tangan yang paling meriah untuk Taery. Yoongi sampai dibuat bungkam dengan tingkahnya yang menjadi seajaib ini. Sayangnya Yoongi juga punya caranya sendiri. Yoongi is a player as well.
"Tinggalkan rumahmu ini, aku akan membelikan yang lebih besar." Laki-laki tampan berkulit pucat ini
memberikan tawaran. Taery sampai terkejut. Sayang sekali, Yoongi begini bukan karena benar-benar menyayangi Taery.Dia hanya tidak ingin kalah dari Jimin. Menyenangkan sekali melihat adegan ini.
"Tawaranmu menakutkan, Yoon." Taery pura-pura murung.
"Menakutkan?" Taery mengangguk.
"Takut sekali kalau aku menjadi kucing di rumah yang kau tawarkan.
Belum siap kalau tubuhku harus dilukis dengan kata-kata vulgarmu."Yoongi kembali dibuat tercengang. Wanita ini benar-benar sesuatu. Terlalu berani. Kucing nakal. Ingin dikurung saja, tidak boleh pergi kemana-mana. Hanya boleh di kamar Yoongi. Tiap malam harus dihukum.
Tiba-tiba Yoongi mendekatkan bibirnya ke telinga Taery dan berbisik,"Kalau tidak ingin jadi kucing, bagaimana kalau jadi anjing betinaku saja? Aku akan mengajakmu ke taman surga dengan rantai."
Deg.
Pangkal selangkangan Taery tiba-tiba sedikit ngilu. Kepalanya sudah dipenuhi oleh hal-hal kotor. Napasnya saja langsung memberat. Ada sengatan aneh yang memacu adrenalinnya.
Tapi Taery bukan lagi wanita yang lemah. Sudah berubah. Dia tidak mau di bawah dan Yoongi harus mengerti bahwa Taery bukan wanita yang bisa dia kendalikan.
Taery mengatuk-atukkan telunjukknya ke dagu. Seperti berpikir tentang tawaran Yoongi.
"Kalau kau saja yang jadi anjing jantanku bagiamana? Tiap hari aku janji akan mengusap kepalamu."
Wanita itu meraih puncak kepala Yoongi dan mengusapnya."Seperti ini," imbuhnya sembari
mempraktekkan apa yang akan Ia lakukan pada Yoongi. Kemudian berlari.
"Ayo, cepat!." Teriaknya dari luar kamar.Dan Yoongi kembali dibuat terkejut. Liar sekali. Bagaiamana dia bisa mengendalikan Taery? Sementara Jimin hanya diam. Matanya memincing tajam. Ada sesuatu yang dia pikirkan. Sebuah rencana untuk bisa menaklukan Taery sebelum Yoongi melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE
Fanfic[ LEBIH BAIK FOLLOW DULU SEBELUM BACA ] WARNING 21+⚠️⚠️ story dan bahasa Vulgar _________________________________________ Kadang alasan seperti bosan menjadi satu frasa yang digunakan untuk mengakhiri sebuah hubungan. Sama seperti yang dialami Taery...