Welcome Home Mima

2 1 0
                                    

Sore itu sebuah mobil Pajero hitam memasuki pekarangan sebuah rumah mewah bertingkat dua bergaya modern klasik dan berwarna hijau tosca yang dikelilingi pepohonan rindang disekitarnya yang membuat rumah tampak sejuk dan menyenangkan.

Setelah pintu mobil terbuka tampaklah dua orang keluar dari dalamnya, seorang laki-laki dewasa dan seorang perempuan dewasa berhijab syar'i dengan gamis yang berwarna senada.

Tak lama dari dalam rumah keluarlah seorang anak kecil perempuan berusia sekitar 4 tahun dengan dress warna pink soft dan berbunga-bunga putih berlari kearah keduanya. Dengan rambutnya yang dikuncir dua ke atas yang membuatnya semakin menggemaskan karena kunciran rambutnya yang bergoyang ke kanan dan ke kiri, gadis kecil itu langsung menubruk pinggang perempuan itu yang tingginya mungkin hanya sekitar 150cm jadinya gadis kecil itu bisa mencapai pinggangnya.

" Mima...kangen." Gadis kecil yang bernama Annastasia Camelia Putri atau yang biasa dipanggil Anna itu memeluk manja perempuan itu yang dipanggilnya Mima.

Perempuan yang dipanggil Mima itu tersenyum hangat kepada gadis kecil itu sembari berjongkok dan memeluk gadis kecil itu seakan mereka berdua sudah berpisah sekian lama.

" Mima juga kangen sama Anna." Perempuan yang dipanggil Mima itu lalu menciumi Anna di seluruh wajahnya yang membuat Anna terkikik kecil kegelian.

" Sudah dulu kangen- kangenannya, kita masuk dulu ke dalam." Lelaki dewasa yang dipanggil Anna dengan panggilan ayah itu mengajak keduanya masuk ke dalam rumah.

" Ayo sayang kenalan dulu dengan kehidupan barumu." Pria yang bernama Ahmad Fadli itu merangkul bahu perempuan yang baru tiga hari dinikahinya.

Dan perempuan yang bernama asli Ramita Khadijah yang kemudian anak-anak itu memanggilnya Mima mengangguk pelan dan mengikuti langkah suaminya memasuki bagian dalam rumah itu dengan menggandeng gadis kecil itu yang sekarang telah resmi menjadi putrinya.

Tak lama daun pintu yang memiliki tinggi lebih dari dua meter itu terbuka lebar dan seorang perempuan muda berusia sekitar 17 tahun dan seorang lelaki tanggung berusia sekitar 11 tahun menyambut keduanya.

Keduanya langsung mengambil punggung tangan keduanya dan menciumnya tanda kehormatan seorang anak kepada yang lebih tua dan hal itu membuat Ramita atau biasa dipanggil Ami merasa terharu karena inilah kali pertama dia resmi menjadi ibu untuk ketiga anak itu.

Dengan air mata yang tergenang di pelupuk matanya dia mengusap kepala kedua anak itu tatkala mereka mencium tangannya. Hal inilah yang paling dirindukannya sepanjang hidupnya sekalipun ketiga anak itu bukanlah anak kandungnya dia tetap bahagia karena mereka mau menerimanya sebagai bagian dari hidup mereka.

Baru saja Ami dan putrinya yang bernama Airin dan merupakan anak pertama Fadli akan melakukan ritual pelukan selamat datang, Fadli langsung menarik bahu Ami melewati pintu rumah mereka.

" Ih...ayah apaan sih..main tarik- tarik Mima aja." Rengek Airin dengan bibirnya yg ditarik maju.

" Bukan gitu, kan lebih enak kalau mau kangen-kangenannya di dalam saja sekalian kita minum teh sore dan makan kue. Nih ayah bawain kue kesukaanmu." Balas ayahnya yang langsung disambut dengan senyuman bahagia dari ketiganya karena ayahnya membawakan mereka kue kesukaan mereka.

Mereka semua langsung menuju keruang keluarga yang melewati ruang tamu dan berada tidak jauh dari ruang makan dan dapur. Ruang keluarga yang hanya memiliki sebuah sofa bed dan televisi flat berukuran besar dihadapannya dan juga sebuah meja didepan sofa itu yang memiliki multifungsi.

Dua orang perempuan menyambut mereka, seorang perempuan paruh baya yang biasa dipanggil bude Ningsih dan seorang perempuan yang lebih muda yang biasa dipanggil mbak Arum. Keduanya menyambut mereka dengan senyuman hangat yang kemudian dibalas Ami dengan pelukan hangat penuh kecintaan.

" Bude, mbak Arum tetap jadi sahabat Ami ya! Jangan sungkan ya! Tegur Ami kalau Ami salah dan bimbing Ami selama disini ya!" Pinta Ami pada keduanya.

" Iya mbak." Keduanya menjawab kompak dan mereka tetap memanggil Ami dengan sebutan mbak karena itu permintaan Ami yang masih merasa risih kalau dipanggil nyonya atau ibu.

Mereka lalu duduk di lantai yang beralaskan sebuah karpet tebal yang berukuran besar. Mereka duduk mengelilingi meja kayu itu.
Ami tidak langsung duduk dan langsung menuju ke dapur yang berada tak jauh dari ruang keluarga. Dia hendak membuat teh untuk keluarganya dan kedua ART yang telah dianggapnya sebagai keluarganya sendiri mengikutinya termasuk putrinya Airin dan tinggallah Fadli dan anaknya Fadlan yang tetap berada di ruang keluarga.

Dengan tanpa canggung Ami menyeduh beberapa kantung teh celup ke dalam sebuah teko yang berukuran cukup besar dan memasukkan beberapa sendok gula pasir kedalamnya.

Setelah membuat teh dan menyalin kue yang namanya kalau di Makassar biasa disebut Jalangkote atau kalau di kota lain di Indonesia mereka menyebutnya pastel karena kemiripan keduanya. Kue yang bercita rasa gurih asin dan bertekstur garing kala digigit ditambah dengan isian sayuran, bihun, daging dan potongan kecil telur di dalamnya semakin membuat kue itu semakin istimewa. Karena itulah kue itu selalu menjadi kue favorit banyak orang di Makassar ini termasuk keluarganya Fadli yang sekalipun bukan asli Makassar tetapi mereka sudah berpuluh tahun hidup di Makassar ini membuat mereka sudah seperti orang asli Makassar.

Diatas meja kayu itu telah tersaji sebuah teko besar berisi teh manis hangat dengan beberapa gelas yang menemaninya dan sepiring besar jalangkote beserta lomboknya atau sambelnya yang bertekstur encer dan bercita rasa pedas, asam manis menyertai sore pertama mereka dengan kehadiran seorang anggota baru di keluarga mereka yaitu ibu sambung mereka yang mereka panggil Mima.

" Welcome home Mima, selamat datang di rumah kita semoga Mima selalu bahagia disini ." Airin membuka percakapan dan mengangkat gelasnya ke udara sebagai tanda penyambutan untuk anggota baru di keluarga mereka.

Ami pun tersenyum dengan tingkah polah anak gadisnya itu. Ia lalu memeluk dan menciumi Airin yang duduk di sampingnya. Anna yang sedari tadi duduk di pangkuannya merasa iri kepada kakaknya dan diapun langsung mencuri ciuman di seluruh wajah Ami yang membuat Ami tertawa bahagia.

Dan Fadli yang duduk diseberangnya tersenyum bahagia dengan pemandangan tersebut, sebuah pemandangan yang telah lenyap semenjak 4 tahun yang lalu. Fadlan pun tersenyum bahagia dan langsung menuju ke arah Ami untuk ikut memeluknya seperti yang dilakukan kedua saudarinya. Bude Ningsih dan mbak Arum pun tersenyum bahagia dan terharu melihatnya.

Itulah pemandangan di sore pertama di rumah Fadli semenjak kedatangan Ami yang dipanggil oleh anak-anaknya dengan sebutan Mima semenjak pertemuan pertama mereka.

🥰🥰🥰
Assalamualaikum hi, semuanya kenalin nama saya  Shofiyyah al-Fatih bukan nama asli sih nama pena aja...
Ini cerita pertama saya...kalau menurut kalian bagus tolong di kasih vote dan komennya ya!
Love you friend....

Afternoon And A Short CakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang