3/3

1.9K 165 79
                                    

70+ comments for next chapter!

Di rumah sakit, Jeffrey kembali menangis setelah mendengar ucapan Joanna yang didengar dari ponsel Meta. Membuatnya benar-benar putus harapan dan merasa terluka luar biasa. Sebab, perjuangannya hanya tidur 2-4 jam selama empat tahun di California benar-benar tidak membuahkan hasil yang sesuai harapan. Karena finalnya, Joanna menikah dengan pria lain dan bukan dirinya.

"Bisa kalian keluar sebentar? Aku ingin sendiri sekarang."

Meta dan Jessica langsung keluar dari ruang rawat Jeffrey. Kemudian duduk di kursi tunggu dan menahan tangis. Karena sebenarnya, mereka juga belum rela jika Joanna menikahi pria lain dan bukan Jeffrey.

Tetapi, takdir berkata lain. Karena sepertinya, Joanna memang bukan jodoh Jeffrey. Sehingga delapan tahun berpacaran tidak menjamin jika hubungan mereka akan berakhir ke dalam sebuah pernikahan seperti apa yang telah mereka nanti-nanti.

Halo? Joanna, aku pulang! Ini hanya prank, kan? Aku akan menemuimu! Sharelock dan buka blokiran nomorku sekarang!

Jeffrey, aku tahu kamu tidak bodoh! Calon pemilik gelar PhD tidak mungkin lamban mencerna akan apa yang sedang saat ini terjadi! Kita selesai dan besok aku akan menikahi pria lain! Tolong jangan menyangkal seperti ini, aku tahu kalau aku salah karena tiba-tiba memutuskan hal ini. Tapi, keputusanku sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat lagi!

Apa salahku!? Kita hanya break, kan? Enam bulan lalu kamu mengatakan jika kamu ingin aku fokus mengerjakan tugas akhir saja. Kemudian kita kembali setelah aku sidang.

Maaf karena aku tidak bisa menepatinya. Aku memang wanita jahat, aku pantas disalahkan. Silahkan benci aku semau yang kamu bisa. Tapi tolong, jangan kacaukan acara pernikahan yang telah keluargaku dan calon suamiku rencanakan dengan matang.

Tega. Ya, itu yang ada di otak Jeffrey sekarang. Joanna tega berkata demikian seolah-olah delapan tahun yang telah terlewat bukan apa-apa dan hanya angin lalu saja.

Jeffrey mencintai Joanna, sangat. Dia memacari Joanna ketika usianya menginjak 27 tahun. Di mana saat itu dia sudah bekerja di perusahaan asing yang cukup ber-value. Hubungan mereka juga tidak pernah mengalami masalah yang serius.

Bahkan ketika Sandi meninggal dan menimbulkan banyak berita buruk. Terlilit hutang dan menggunkan rumah sebagai jaminan. Sehingga Jeffrey sekeluarga harus tinggal di apartemen Joanna selama berbulan-bulan. Hingga Jeffrey menemukan jalan keluar dan bisa membeli rumah sederhana yang masih ditempati hingga sekarang.

Sebenarnya, Jeffrey sudah memiliki banyak tabungan yang telah dikumpulkan sejak kuliah. Untuk menikah dan menghidupi istrinya di masa depan, karena dia ingin independen dan lepas dari bayang-bayang ayahnya.

Ketika memacari Joanna, Jeffrey juga sudah berniat ingin menikahi wanita itu di tahun kedua mereka berkencan. Ketika usinya 29 dan Joanna 2 tahun di bawahnya. Sudah cukup dewasa, kan? Terlebih, keluarga mereka juga sudah saling mengenal sebelumnya. Sehingga memperkuat keyakinan Jeffrey untuk lekas menikahi Joanna. Namun, justru musibah datang dan merusak semua yang telah direncanakan.

5th February 2034

Keadaan Jeffrey sudah membaik, saat ini dia juga sudah berada di dalam rumah sederhana yang dulu dibeli menggunakan uang tabungannya sejak kuliah hingga meninggalnya Sandi. Ada sedikit rasa sakit di hatinya, rasa sakit akan ketidakadilan yang menimpanya. Mengingat sudah sekeras apa usaha yang telah dilakukan untuk terus bersama Joanna.

"Kak, aku dan Mama mau siap-siap. Kita berangkat jam dua siang karena acaranya jam 8 malam. Kita pulang lusa, pagi aku dan Mama sudah ada di rumah. Di kulkas juga ada banyak makanan, tinggal dihangatkan saja."

Ucap Meta ketika memasuki kamar Jeffrey guna memberikan teh hangat yang baru saja dibuat tadi. Sekaligus memberikan beberapa cemilan dari dalam kulkas yang selama ini selalu diisi penuh oleh Joanna ketika awal bulan seperti ini.

Iya, Joanna memang masih sering datang meskipun akan menikahi pria lain. Sikapnya tidak berubah sama sekali. Sehingga, tidak heran jika Meta dan Jessica mau datang meskipun harus menahan sakit hati.

"Aku ikut! Kalian sudah pesat tiket pesawat? Dress code-nya warna apa?"

Jeffrey langsung bangun dari ranjang, lalu membuka lemari pakaian yang setiap bulan memang selalu dibongkar Jessica. Agar baju-baju mahalnya tidak jamuran dan dapat dipakai dalam jangka waktu panjang. Mengingat Jeffrey sudah tidak lagi mampu membeli barang-barang mahal sekarang.

Lihat saja, ponsel Jeffrey bahkan masih keluaran lama. Sisi kanan layarnya juga sudah berwarna kehitaman yang untungnya masih dapat dioperasikan dengan normal.

Sebenarnya, dua tahun lalu Joanna sudah ingin membelikan ketika mereka berjumpa di California. Namun Jeffrey menolak mentah-mentah karena harga dirinya akan benar-benar terluka jika Joanna sungguhan membelikan ponsel baru untuknya. Mengingat sudah sebesar apa perjuangan si wanita dalam menjaga keluarganya di Jakarta dan mau jauh-jauh datang ke California untuk menemuinya.

"Kakak serius? Kakak tidak akan macam-macam di sana, kan?"

"Aku tidak segila itu! Cepat! Warna apa? Ini sudah jam 11, kan? Tiket pesawatnya sudah dipesan?"

"Warna hitam. Pakai jas hitam saja, aku dan Mama juga pakai dress hitam. Temanya semi-semi formal atau apa namanya aku lupa. Sudah, baru saja kupesan. Aku pesankan satu lagi untuk Kakak sekarang."

Meta langsung mengambil ponsel dari saku celana, membuat Jeffrey langsung mendekat guna melihat. Berniat mencari tiket termurah agar tidak membengkakkan anggaran.

"Dari mana kamu dapat uang sebanyak ini? Ini uang dari Kakak atau kamu diam-diam kerja selama ini?"

"Sumpah tidak kerja! Aku---aku, diberi Kak Joanna."

Karena sedang dipojokkan sebab Jeffrey memang melarangnya bekerja, akhirnya Meta mengatakan apa yang selama ini diarahasikan dari Jessica dan Jeffrey. Yaitu tentang uang saku yang selama kuliah diberikan untuknya hingga saat ini.

"INI HAMPIR 100 JUTA! SEBANYAK APA YANG TELAH DIBERIKAN? KEMBALIKAN SEKARANG!"

Jessica yang mendengar teriakan Jeffrey, kini langsung mendekat. Guna melerai pertikaian mereka.

"Ada apa ini? Jeffrey! Kau apakan adikmu sampai menangis!?"

"DIA! DIA DIAM-DIAM MENERIMA UANG SAKU DARI JOANNA! SALDO REKENINGNYA ADA 98 JUTA SEKARANG!"

Jessica ikut terkejut tentu saja. Lalu menatap Meta yang sudah menangis sekarang. Tentu saja sembari menahan air mata yang juga ingin tumpah karena terharu akan kebaikan Joanna yang telah diberikan untuk keluarganya.

"Kenapa kamu tidak menolak? Kamu tahu sendiri dia selalu datang setiap awal bulan untuk mengisi kulkas dan membawa sekarung beras. Tidak tahu diri namanya kalau kita mau menerima semua ini dengan cuma-cuma."

Jeffrey kembali tercengang sekarang, dia juga mulai meninju pintu kamar karena frustasi sekarang. Air mata juga sudah menggenang di pelupuk mata. Membuatnya semakin tidak rela melepas Joanna yang sudah sebaik ini pada keluarganya.

Udah siap liat Jeffrey makin galau???

Nunggu komentar chapter 2-3 sampe target dulu, ok!!!

Tbc...

EVERLASTING [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang