Chapter 04 -- Ketika Masalah Selalu Muncul

8.8K 1.4K 7
                                    

"Bibi!"

Hae Gyu yang baru saja pulang sekolah, bertemu dengan ibu sang pahlawan, Lee Ha Na. Wanita itu memang sudah memasuki usia empat puluh tahunan, tapi wajahnya masih cantik, tubuhnya kecil, dan penampilannya sangat segar. Ketika berbicara, suaranya lembut sekali.

"Kau tetangga-samping-rumah," Lee Ha Na terkejut melihatnya.

Hae Gyu tersenyum. "Saya belum memperkenalkan diri dengan baik kemarin. Nama saya Lee Hae Gyu. Bibi bisa memanggil saya Hae Gyu."

"Kau sopan sekali," Ha Na mengusap wajah Hae Gyu dengan satu tangannya, tangan yang lain memegang belanjaan.

"Bibi baru pulang belanja? Sini, biar saya yang bawakan."

Tanpa menunggu jawaban, Hae Gyu sudah mengambil alih kantung penuh dengan sayur dan daging itu.

"Terima kasih, ya..." kata Ha Na. "Bibi biasa belanja untuk satu minggu ke depan. Jadi sekalinya belanja, banyak begini... pasti berat, ya."

"Tidak sama sekali," Hae Gyu tersenyum manis.

Ha Na kembali mengusap wajah Hae Gyu dengan gemas. Pemuda itu sangat manis, beda dengan anaknya yang kaku. Chang Min selalu sibuk dengan urusan sekolah, belajar, atau kerja paruh waktu. Jadi jarang sekali pulang cepat. Sekalinya pulang cepat, dia akan sibuk mengurung diri di kamar.

Pekerjaannya sendiri hanya seorang pelayan hotel, gajinya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

"Chang Min jarang sekali langsung pulang ke rumah setelah sekolah usai," tiba-tiba Ha Na bercerita. "Anak itu sejak kecil sudah belajar menjadi dewasa, sudah mengerti keadaan ibunya. Sekolah mengandalkan beasiswa, kebutuhan sekolah lain mengandalkan uang dari hasil kerja paruh waktunya. Dia sudah semandiri itu, tapi bibi masih egois ingin dia selalu ada waktu untuk bibi..."

Hae Gyu agak terkejut mendengarkan cerita itu. Apa biasanya orang-orang memang seterbuka ini dengan orang baru? Tapi dia mencoba menanggapi dengan baik.

"Orang tua yang masih ingin dekat dengan anaknya adalah orang tua yang sangat normal," katanya. "Saya lahir dari hubungan yang tidak sah." (Ha Na langsung menegang mendengar itu.) "Anak dari istri pertama ayah saya tidak menyukai saya, bahkan ayah saya sendiri tidak terlalu peduli pada saya. Intensitas pertemuan kami, bahkan percakapan yang kami lakukan, tidak lebih banyak dibandingkan dengan pelayan di rumah kami. Ada atau tidak adanya saya di rumah itu, tidak berarti apapun, maka dari itu saya memilih pergi dari rumah."

"Lalu bagaimana dengan ibumu?"

"Ibu saya sudah meninggal," Hae Gyu tersenyum seolah-olah ingin terlihat kuat di depan lawan bicaranya. "Ketika dia meninggalkanku di rumah ayah kandungku, saya tidak tahu jika dia sedang sekarat. Dia meninggal sendirian. Ayah saya tidak peduli padanya, dan saya marah padanya karena berpikir dia telah meninggalkan saya. Dia sendirian... sampai mati."

Wajah Hae Gyu terperangah. Memikirkan itu membuat hatinya tiba-tiba terasa berat, dan kemudian air matanya turun tanpa pertahanan.

"Ah, maafkan saya..."

Tapi Ha Na langsung memeluknya, menepuk pundaknya dengan pelan. "Tidak apa-apa. Kau anak kuat. Kau anak baik. Tidak apa-apa."

Hae Gyu tidak tahu jika ceritanya telah menumbuhkan rasa simpat besar pada Ha Na. Ada banyak kesamaan antara dia dan putranya. Melihat Hae Gyu sekarang, dia seperti melihat nasib Chang Min—lahir dari hubungan tidak sah.

"Chang Min Sunbae sangat beruntung karena memiliki ibu yang sangat baik dan perhatian seperti Anda, Bibi." Kata Hae Gyu sungguh-sungguh. "Meski tidak sering di ucapkan, pasti dia sangat bersyukur di dalam hatinya. Jika ibu saya masih hidup, pasti dia akan hangat seperti Anda."

[BL] Hiduplah Untuk Bahagia [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang