"Ngapain pacaran? Kalau manggil temen sendiri sayang aja bisa."
...
"Goblok banget, itu berarti gue ini suka sama Alsen. Kenapa sih lo, Gi?! Bisa suka sama biawak dinding?"
Bercerita tentang dua sohib jomblo yang memiliki nasib yang sama, humor yan...
Gue tekanin Cerita ini memiliki bahasa yang kurang baik untuk di baca anak dibawah umur. Diharap untuk yang dibawah umur pindah ke book lain untuk menghindari sesuatu yang tidak di inginkan atas melihat kosa kata baru yang belum saatnya tahu.
❄️🍁
Regi menatap layarnya yang memperlihatkan sebuah postingan yang cukup membuatnya bergeming lama. Alsen yang terduduk sembari memperhatikannya sontak menaikkan satu alisnya bingung.
Melihat Regi yang lesu, dia dengan santainya menyahut hp Regi dari tangan Regi dan mulai melihat apa yang sejak tadi mengganggu pria mungil ini sampai terdiam tak bersuara.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
@/Leon_N9._ My day with my love
Oh? Mantan kekasih Regi bertunangan dengan seorang gadis lain? Lalu? Pria mungil ini sedang bersedih melihat hari pertunangan mereka? Lihatlah. Bodoh sekali. Dia begitu bodoh. Seorang pria mungil yang mengaku sebagai seorang pria yang tangguh tak pernah gamonin seseorang. Lalu ini apa? Apa yang kini ia lakukan bukan disebut sebagai gamon? Protes Alsen dalam benaknya.
Regi hendak meraih hpnya kembali, namun gerakannya kalah cepat dengan Alsen. Masih sama, Alsen menatap Regi dengan tatapan datar, membuat Regi terdiam sedikit takut.
"Apaan sih? Kembaliin gak, Sen?"
"Gue tanya, Lo gamon?" Tanyanya datar yang mengubah atsmofer di sekitar menjadi mencekam.
"Nggak!"
"Terus ini apa?"
"Kalau emang gue gamon terus kenapa? Urusannya ma lo apa? Nggak ada! Lo tuh cuma temen gue," ucap Regi yang kemudian merebut paksa hpnya balik.
Regi menyimpan hpnya di dalam sakunya dan kemudian menatap Alsen dengan tatapan tak suka. Alsen hanya menghela nafasnya, mulai menetralkan keadaan di sekililingnya.
"Gi, justru karna gue itu temen lo. Gue gak mau lo terkalut sama si brengsek itu."
"Gak ada juga yang terkalut sama dia—"
"Dih!? Boong! Gamon kan lo sama tuh brengsek?"
"Bacot Lo, Sen! Najis gua gamon ma tuh orang. Udah ah lupain, toh gua juga yang mutusin semuanya." Ucapnya yang kini sibuk membuka cemilannya yang berada di laci mejanya.
Alsen mendengus kesal. Regi masih saja terpaku pada masa lalunya yang terbilang toxic itu. Namun entahlah, sekeras apapun Alsen untuk mengubah pola pikir Regi. Tetap saja, yang hanya bisa merubah pola pikirnya adalah dirinya sendiri, bukanlah Alsen.
"Mm... Btw, tadi kenapa tumbenan jemput gua pagian? Biasanya juga mepet gerbang mau ditutup." Tanya Regi yang mengalihkan pembicaraan.
"Tadi? Oh... Gue nganter si Ceri awalan sih. Subuhan gitu,"