Gantari berjalan ke balkon kamar, angin malam terasa menyejukkannya. Tiba-tiba Gantari merasakan udara bercampur dengan asap rokok. Penasaran Gantari langsung melihat ke samping.
"Kak Balin," teriak Gantari
"Dih bocah, sana tidur," timpal Balindra sambil menatap Gantari.
"Kak, jangan sebut Gantari bocah terus. Nanti Gantari bawaannya pengen maki-maki Kakak lagi," balas Gantari Sandaran di pagar pembatas.
"Maki aja lagian telinga gue udah kebal," ucap Balindra sambil menghisap rokok.
Gantari langsung menatap ke arah Balindra, "Hidup itu yang sehat Kak, jangan cari penyakit!"
"Lagian mumpung nggak ada nyokap sama bokap gue," ucap Balindra
"Kak, syukur deh Kakak masih di sayang orang tua Kakak. Dilarang itu demi kesehatan Kakak, Kakak itu harusnya dengerin bukan di langgar kayak gini. Kakak juga udah merebut udara segar orang tau nggak," ucap Gantari sambil menutup hidung dan mulutnya pakai tangan.
"Yaudah ribet amat sana pake masker," suruh Balindra.
"Bukan masalah pake masker atau nggaknya Kak, kalau Kakak sakit gimana? Kita tuh harus bersyukur masih sehat. Yang sakit aja pengen sehat, yang sehat malah ngada-ngada kayak gini," jelas Gantari masih menutup hidung dan mulutnya pakai tangan.
Balindra menghela nafas, setelah itu mematikan rokok dan segera beranjak ke pembatas pagar menghampiri Gantari, "Bu haji tidur sana,"
Gantari terkekeh melihat Balindra, "Iya Kakak duluan aja, Gantari belum ngantuk,"
***
Pagi hari pukul 09.00 wib, Gantari berjalan dipinggir lapangan kampus sambil membawa cimol yang sempat dibelinya dari kantin tadi menuju kelas, Gantari melihat Balindra yang sedang merokok di sudut di bawah tangga."Dosa nih yang kayak begini," ucap Gantari
"Dosa gimana lagi sih,
"Dosa menyakiti diri sendiri,"
"Lah emang ada?"
"Adalah, itu asap masuk ke tubuh kakak, terus mendep tuh di paru-paru. Bukannya itu bikin kakak sakit? Nih ya. Liat kak Balin itu bawaannya pengen ceramah Mulu dah heran," ucap Gantari
Balin memutarkan bola matanya, mendengar omongan Gantari, "Yaudah jadi ustadzah aja sana sama Mama Dedeh kalau suka ceramah,"
"Tuhkan. Kepala batu ngeyelnya keluar. Ngeledekin Gantari kemaren-kemaren mah sekarang malah sendirinya," kesal Gantari
"Eh Gue ingat," ucap Balindra langsung menarik tangan Gantari untuk mengikutinya ke Gazebo belakang
Gantari berjalan terseok-seok mengikuti Balindra, "eh kak pelan-pelan dong,"
Sesampainya di Gazebo Balindra langsung mengambil paperbagnya, "Nih buat Lo,"
Gantari mengerutkan keningnya, "Ini apaan? Bom ya?"
"Handphone buat kemaren, pagi-pagi telinga Gua bising dengar sih Jennie tadarusan handphone buat Lo," ucap Balindra sambil melihat ke arah lain.
Mendengar ucapan Balindra, Gantari terkekeh, "Tadarusan? Yang benar aja,"
Gantari membuka paperbag sambil tertawa, terus langsung mengembalikan paperbag nya "Nggak usah kak, nggak apa-apa. Nanti Gantari beli pake uang Gantari sendiri aja,"
"Iya Gue tau Lo lebih kaya dari Gue, tapi seenggaknya terima aja, anggap aja ganti rugi,"
Gantari mengerutkan keningnya mendengar penuturan Balindra, "Nggak kebalik? Lagian nih ya. Ini handphone yang Kakak kasih lebih mahal dari handphone Gantari yang kemaren. Gantari yang kemaren aja, bukan yang ini,"
"Mubazir kalau nggak di ambil Gan, come on terima ya,"
"Mau barter nggak nih? Gantari bakalan terima ini, tapi ada syaratnya," ucap Gantari sambil menatap Balindra
"Ribetnya ya Tuhan, Apa Gan?" tanya Balindra
Melihat ekspresi Balindra, Gantari menahan ketawa, "Udahan ngerokok ya Kak,"
"Gue nggak bisa," balas Balindra sambil menunduk
"Kenapa? Pelan-pelan deh, Ya? Bisa kok Gantari yakin," ucap Gantari senyum meyakinkan sambil mengedipkan satu mata
"Itu mata biasa aja, Gua nggak bisa pokoknya,"
"Yaudah sih, Gantari cuma kasih penawaran yang baik buat Kakak. kalau gitu aku juga nggak bisa nerima ini. Maaf ya Kak, aku ke kelas dulu, dah Kakak batu," ucap Gantari pergi sambil melambaikan tangan.
"Hadeeh, bingung Gua mah," ucap Balindra pelan sambil mengikuti Gantari.
***
Gantari memasuki kelasnya, dilihatnya ruang kelas kosong tanpa penghuninya."Ini semua orang kemana dah? Ini gue yang salah jadwal, atau emang ada pemberitahuan pindah jam?" ujar Gantari bingung
"Maybe sih makanya jadi orang jangan kelewat rajin," jawab Balindra masuk ke ruang kelas
"Ini semua gara-gara Kakak nih, handphone Gantari rusak kan gara-gara teriakan Kakak yang kayak orang utan semalem, coba kalau kakak nggak teriak, handphone Gantari masih baik-baik aja tau," keluh Gantari sambil menatap Balindra
"Ini hamba berikan pada tuan putri," Balindra memberikan Paperbagnya lagi, "Ambil, jangan nolak kalau emang perlu,"
"Nggak mau," ucap Gantari sambil melipat tangan di dada, "Soalnya Kakak belum mau janji, dan selama Kakak nggak janji sama aku kalau Kakak mau berhenti merokok, aku bakalan terus nyalahin Kakak pokoknya," ucap Gantari menatap Balindra tajam
"Yaudah, Gue nggak ngerokok lagi,"
"Janji?" tanya Gantari sambil mengulurkan jari kelingking, "Janji dulu cepetan,"
"Ahh elah lebay pake giniin dah,"
"Nggak mau? Oh Yaudah kalau gitu. Just a choise for you,"
"Iya-iya," balas Balindra sambil mengaitkan kelingking nya di jari Gantari, "Deal,"
"Oke, thanks Kak Balin, tapi btw ini udah ada kartu sama kuotanya kan?" tanya Gantari sambil melirik Balindra
"Astaghfirullahallazim Gantari," jawab Balindra sambil berjalan keluar kelas dan hanya ditertawakan Gantari dari dalam kelas.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
GANTARI
RomanceSederhananya malam ini, aku rindu rumah yang di mana di sana ada aku, ayah, ibu, dan kakak. Dia Gantari Zemira. Gadis cantik berkulit putih dan pintar, usianya kini memasuki 18 tahun, dia terlahir dari keluarga yang berkecukupan namun tanpa adanya k...