“Hei”
Kris menoleh, agak terkejut ketika bahunya disentuh dengan sentuhan ringan. Ia menyiritkan keningnya. “Xiao Luna?”
“Aku memangilmu sejak tadi tapi kau tidak mendengarnya”
Kris melepas earphonenya dan membiarkannya menggantung pada lehernya. Ia menatap mantan istrinya itu.
“Apa sudah sebulan?”
“Pekerjaanku selesai lebih cepat”
Kris mengangguk. Keduanya kini berada didepan rumah Kris. Kris membuka pagar rumahnya lalu keduanya melangkah bersama menuju pintu masuk. Kris menekan kombinasi angka yang merupakan tanggal lahir putra semata wayangnya.
“Masuklah” ucap Kris dengan singkat. Wanita itu memasuki rumah Kris yang selalu terasa dingin baginya. Ia duduk disebuah single sofa.
“Wu Shi Xun!!” panggilnya pada sang putra yang langsung menyahut. Tak lama, siluet anak berusia lima tahun muncul. Ia berlari kecil menuruni anak tangga.
“PAPAAA SUDAH PULANG?!” Ucapnya riang. Namun sampai pada anak tangga terakhir, Sehun mematung. Ia melihat sang mama berada disana dan tersenyum padanya.
“I’m home, Hunnie” ucapnya yang merubah senyuman lebarnya menjadi senyuman tipis.
“Welcome back, mama” ucapnya lalu menghampiri wanita yang tengah merentangkan tangannya itu. Sehun memeluk wanita yang sudah melahirkannya itu.
Rasanya hangat, namun ada yang kosong dalam hatinya. Ia menatap sang mama lalu tersenyum tipis sembari merapihkan anak rambut mamanya yang sedikit berantakkan.
“Mama menjemput Hunnie untuk pulang”
“Isn’t here also my home?”
Luna tersedak dengan air liurnya sendiri. Sehun benar. Rumah Kris adalah rumahnya juga, tapi..
“Mama yang memenangkan hak asuhmu, kau kembali bersama mama, jika Papa tidak sibuk, papa akan berkunjung ke Beijing” ucap Kris sambil duduk disebuah single sofa setelah mengganti pakaian kemejanya dengan kaus.
Luna agaknya terkejut dengan sikap Kris yang menyebut tentang ‘hak asuh’. Sehun baru berusia lima tahun, menurut Luna kata itu adalah kata yang berat dan belum tentu Sehun dapat menerimanya.
“Apa hunnie adalah piala? Lalu kenapa jika mama yang memenangkan hak asuh Hunnie? Hunnie tidak boleh main bersama papa?”
Luna kini menatap Sehun yang memandang Kris dengan keccewa yang dalam. Kris sendiri tidak memandang Sehun, ia fokus dengan ipad miliknya. Luna menarik nafasnya panjang,
“Bukan begitu, sayang..” ucap Luna, mencoba menjawab rasa penasaran sang putra. “Sampai Hunnie dewasa, Hunnie tanggung jawab mama, nanti setelah dewasa, jika Hunnie ingin tinggal bersama papa, hunnie boleh pergi kok”
Sehun menghela nafas lalu duduk pada sofa diseberang sang mama. Ia tersenyum tipis.
“Hunnie sudah dewasa” ucap Sehun sambil memangku wajahnya. Menatap sang papa lalu menatap mamanya lekat.
“Hunnie, kau baru berusia lima tahun, ingat?” ucap sang mama yang membuat Sehun tertawa kecil.
“Tapi bukankah anak kecil harusnya tinggal bersama dengan papa dan mama? Harusnya diperhatikan oleh papa dan mamanya? Hunnie tidak seperti itu, maka Hunnie bukan anak kecil” ucapnya yang membuat Luna menatapnya dengan lebih terkejut.
“Papa dan mama tidak memperlakukan hunnie seperti anak kecil, kenapa masih menganggap Hunnie sebagai anak kecil? Hunnie sudah dewasa”
“Hunnie bisa memakai seragam sekolah sendiri, Hunnie bisa turun dari gedung apartemen untuk menunggu bus sekolah sendiri. Hunnie bisa memanggang roti sendiri. Hunnie bisa mengerjakan tugas sendiri. Hunnie bisa tidur sendiri. Hunnie tidak mendapatkan bantuan apapun dari mama dan papa. Hunnie sudah dewasa berarti” ucapnya panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Krisyeol; The Immutable Truth
FanfictionI was in Love. Now, I'm in Pain. You were my Happiness. Now, You are my Sadness.