5.

989 129 1
                                    

Mamanya yang lebih dulu masuk dalam pandangan Jeno. Wanita itu duduk di atas kursi dengan mata sembab, disampingnya ada Echa—istri Lucas.

Jeno masih ngeliatin orang-orang yang hadir, hingga tatapannya tiba di peti berwarna putih, tempat di mana kakaknya tidur untuk selama-lamanya.

Kaki Jeno rasanya lemas, nggak bisa melangkah mendekat, terlalu takut nerima kenyataan kalo kakaknya beneran udah pergi untuk selama-lamanya.

"Jen." Lucas nepok pundaknya, lelaki itu agak kaget ngeliat dia udah di sana. "Lo nggak balik dulu?"

Jeno menggeleng, dibantu Lucas ia melangkah mendekat, mamanya balik histeris pas Jeno udah bersimpuh di dekat peti kakaknya.

Wanita itu luruh, meluk dia erat, teriak kencang yang bikin Jeno ikut pilu.

Kakaknya tidur dengan lelap di sana, senyumnya masih sama dengan yang difoto, bedanya udah nggak ada nafas yang terembus di sana.

"Jen ..."

"Ma ... maaf terlambat."

Mamanya menggeleng, masih nyengkram erat lengan sweater yang ia pakai, "Kakakmu Jen ..."

"Iya Ma ... kakak udah pergi."

Air mata lolos dari pelupuknya, Jeno narik napas panjang, ini hari paling berat untuk dilalui sepanjang tahun ini.

***

stemmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang